Penyerangan

“Kamu jangan bercanda di saat begini dasar brengsek,” geram Damaskus ke arah Saputra.

“Artemis dan Griffin sedang menuju ke rumah sakit,” Saputra lalu menoleh ke arah Widiyanti Ega, “Anda sudah keterlaluan kali ini,”

“Tidak mungkin dia meninggal, Anak buah saya menembak Ali di area tubuh yang tidak berbahaya. Benar kan?” Widiyanti menatap ke salah satu anak buahnya. Tapi mereka tampak jengah.

“Benar, Kan?!” seru Widiyanti menekan intonasinya.

Tapi tidak ada yang merespon pertanyaannya.

Widiyanti Ega memucat. “Ka-kalian...” ia mulai gugup. Lalu menarik nafas dengan gemetar.

Saat ini ia tahu, untuk menghindari konflik dengan Damaskus ia harus...

Melenyapkan pria ini.

Widiyanti Ega secepat kilat berjongkok untuk menghindari moncong senjata Elroy, sambil menarik pistol di balik blazernya, ia arahkan moncong senapannya ke arah Damaskus.

Lalu ia tekan pelatuknya.

Saputra mendorong Damaskus ke samping, peluru Widiyanti bersarang di bahu kanannya.

Widiyanti berkelit dan lari sekuat tenaga ke luar ruangan, ia juga menembak Elroy tapi tak kena. Namun akibatnya Elroy membuka jalan untuk wanita itu agar bisa kabur.

Semua anak buah Widiyanti menembaki Damaskus dan Saputra. Saputra menarik lemari file di sebelahnya untuk melindungi tubuh mereka berdua.

Sementara Elroy dan Alder membalas tembakan anak buah Widiyanti.

“Pak, pintu sebelah sana, ada tangga ke arah torent. Turun dari sana, Panglima Bene menunggu di bawah dengan mobil untuk ke rumah sakit,” sahut Saputra.

“Siapa Panglima Bene?!”

“Atasan Elroy dan Alder,”

“Kita harus bicara dengan lebih serius mengenai khayalan kamu ini!” Damaskus merasa sangat gemas.

“Pak, satu lagi...”

“Apalagi!!”

“Saya... tidak memperkosa Nadine. Anak dalam kandungan Nadine adalah anak Anthony Ega,”

“Hah?”

Saputra tersenyum masam, lalu menunjuk pintu di balik gorden di seberang mereka, memberi kode ke Damaskus kalau ia harus segera pergi dari sana, “Lindungi mertua saya!” serunya ke Elroy dan Alder.

“Siap Baginda!” seru mereka.

Lalu Saputra memeriksa luka di bahunya, darah tidak berhenti keluar dari sana. “Lagi-lagi sial, khehehehehe,” gumam Saputra sambil bersandar ke lemari dan mengatur nafasnya.

Ia melihat Damaskus berhasil kabur dari sana, dan terdengar ribut-ribut dari arah pintu masuk. Pasukan Bang Rasno menghambur masuk ke dalam.

Saputra tersenyum lega dan memejamkan matanya.

**

"Raja kan biasanya punya selir, untuk memperbanyak keturunannya. Coba kalau seperti baginda yang sekarang, dia setia dengan satu wanita, begitu nggak ada pewaris malah kebingungan sendiri," kata Sersan Elroy menggelengkan kepalanya tanda prihatin.

"Kan masih ada sepupunya, sepupu dari sepupu, ipar dari sepupu bapaknya, ibunya punya ipar dan iparnya punya adek?" Letnan Dua Alder buka suara

"Jangan kampret dong kamu, saya kan jadi pusing sendiri!" sahut Panglima Bene

"Laaah kan saya benar dooong?! Kecuali memang ada konflik antar saudara," kata Alder.

"Memangnya kau mau warisanmu jatuh ke anak ipar dari iparmu? Saudara jauh yang kamu nggak kenal betul siapa dia. Mau?" Panglima Bene mulai sewot.

"Ya kalau jadi Raja ya hal semacam itu sudah resiko dong," sungut Letda Alder.

"Tapi kalau dipikir-pikir, Permaisuri macam Mbak Nadine mana mau Raja-nya punya selir? Bisa-bisa langsung dipotong pas Baginda lagi tidur itu sih! Serahkan saja urusan itu ke Kerajaan deh!” gumam Elroy mulai malas berpikir.

"Dia benar, biarlah itu jadi urusan Kerajaan saja," kata Panglima Bene sambil mengangguk

"Urusan kerajaan ya urusan Panglima dong?" Ujar Sersan Elroy ke arah Bene.

"Duh kamu benar juga, saya bisa ganti jabatan jadi koki saja tidak ya?" gumam Panglima Bene.

Sayup-sayup Saputra mendengar perbincangan absurd pengawalnya, lalu ia pun membuka matanya.

“Baginda!!” seru semua sambil menghampiri Saputra.

“Sir! Anda hanya sadar sebentar lalu pingsan lagi, atau sadar sepenuhnya?!” tanya Panglima Bene.

“Apa sih Panglima?! Diusahakan sadar sepenuhnya dong!” sungut Elroy.

“Ya kalau dia mau lanjut pingsan lagi, masa kita larang-larang sih?” kata Panglima.

“Panglima rada-rada nih, jangan terlalu makan cilok makanya. Saluran oksigen ke otak kesumbat tepung Aci kayaknya,” kata Elroy lagi.

”Jangan ngawur ya, trayeknya udah beda jalur! Satu ke atas, satu ke bawah! Massa tepung lebih berat jadi nggak mungkin dia ikut ke atas atau sel darah putih saya sudah bereaksi dari tadi!” Panglima Bene mulai sewot.

“Hey,” gumam Saputra lemah dengan pikiran masih di awang-awang.

“Ya Baginda?!” seru ketiganya serentak.

“Apa bisa kita menjalankan sebuah kerajaan dengan penduduk 10 juta jiwa manusia kalau tingkah kita nggak jelas begini?” tanya Saputra.

Semua diam.

“Baginda nggak tahu aja kalau setiap individu rakyat di Eterny itu aneh-aneh. Baginda tahu nggak kalau kita itu punya Siluman Serigala Albino dan Penyihir Terkuat di bumi?”

“Raja dengan perangai seperti Baginda Saputra ini mungkin yang sangat cocok memimpin,”

“Soalnya gue lebih aneh gitu?” ujar Saputra.

Semua mengangguk.

“Dasar sinting semua,” gumamnya sambil kembali merebahkan dirinya. ”Sudah berapa lama gue pingsan?”

“Tiga hari, Paduka kehilangan banyak darah sampai harus transfusi,”

“Darah gue kan termasuk langka loh, A- hanya bisa menerima transfusi dari golongan darah A- dan O-,”

Panglima Bene menyeringai, “Iya, kebetulan Pak Damaskus punya goldar yang cocok. Dia A- juga. Tipikal penduduk Barat punya goldar Rhesus Negatif, sih ya,”

Saputra pun terdiam.

Dan semuanya tersenyum memaklumi. “Jadi sejak lama, Anda ini sudah tahu ya kalau ayah kandung baginda adalah penduduk dari luar negara ini?”

“Iya tahu, tapi tidak pernah gue duga kalau statusnya Pangeran,” kata Saputra, “Lagian kerjaan nyokap kan juga di club, dulu. Jadi manusia dari negara mana saja bisa berhubungan dengannya.”

Panglima Bene mengacak-acak rambut Saputra untuk memberinya semangat.

Dan mereka pun terdiam sejenak, memikirkan banyak hal.

“Anuuuu, Baginda mau pingsan lagi nggak? Saya mau ke Subway dulu nih, mau beli sandwich. Ngantrinya agak panjang sih,” kata Panglima Bene.

“Makan terooos sampe tabungan habis buat jajan!” sindir Elroy.

**

Damaskus duduk di sofa sambil melihat-lihat album foto lama di sofa ruang tamunya. Di depannya ada Nadine yang masih dengan mata sembabnya dan kerudung tipis yang disampirkan begitu saja di bahunya, duduk dengan lemas di depan pria itu.

Album foto lama berisi foto-foto Ali sewaktu masih bayi. Juga di sana ada foto Rania, Almarhum istri Damaskus yang sedang tersenyum ke arah kamera sambil menggendong Ali saat masih bayi.

Keduanya kini sudah kembali ke sisiNya.

“Saputra mungkin bisa bekerja sama dengan kita untuk menyembunyikan status anak kamu. Tapi apakah Anthony bisa? Di saat begini, apa pun bisa saja terjadi karena kondisi sudah semakin panas,” kata Damaskus dengan mata nanar.

Nadine hanya bisa menunduk menyesali perbuatan bodohnya.

“Untung saja si sinting membicarakan hal itu di awal. Jadi ayah bisa berjaga-jaga dari sekarang. Hubungan Widiyanti dengan Ayah sudah rusak, dan sebentar lagi kalau dia tahu status kamu, semua perusahaan ayah akan diambil alih, mungkin saja rumah ini juga akan diselidiki dan disita pengadilan,”

“Ayah...” namun Nadine tidak sanggup berpikir. Ia juga tidak tahu harus bagaimana.

“Ayah bekerja di bawah Ibu Widiyanti sejak belum memiiliki apa pun, kamu siap-siap saja kita hidup melarat. Dari semua barang di rumah ini, tidak ada yang benar-benar milik kita. Ayah membeli semuanya dari uang hasil kerja sama dengan Widiyanti,” sambung Damaskus.

Nadine hanya bisa menunduk.

“Nadine...” desis Damaskus.

Nadine pun mengangkat wajahnya, menatap ke arah ayahnya.

“Maafkan ayah,” lirih Damaskus.

“Kenapa ayah minta maaf? Seharusnya aku!”

Damaskus menarik nafas dan menghembuskannya dengan rasa sesal, “Ayah telah memberikan kehidupan yang keras bagi kamu dan Ali. Setiap harinya cukup berbahaya untuk dilalui. Ayah mohon maaf tidak bisa memberikan rasa aman bagi kalian,”

Apa yang bisa diucapkan Nadine? Jelas tidak ada.

Ia hanya bisa menarik nafas dan menerima semua dengan ikhlas.

Semua sudah  terjadi, tidak ada rasa maaf yang setara dengan kematian Ali.

“Ayah akan memperkarakan hal ini di pengadilan, kamu siap-siap diumbar ke publik. Jangan acuhkan semua cercaan yang datang, jangan balas pesan apa pun, sekesal-kesalnya kamu. Mengerti?”

Nadine mengangguk lemas.

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

😂😂😂😂...enak tau jajan apa lagi jjnan SD 🤣

2024-01-26

0

May Keisya

May Keisya

sangat mumet😂🤣

2024-01-26

0

Miss Rumm

Miss Rumm

ini pasukan loh yg ngomong soal makanan mulu, hadeeehhhhh

2023-11-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!