Saran Bisnis dari Saputra

Saat Putra bergabung kembali komunitas, Damaskus sedang berbicara dengan beberapa orang sambil menghisap cerutu di salah satu lounge, sementara Ali sedang berusaha menggoda seorang wanita di pub.

"Heh Jongos!" Ali mengeplak kepala Putra dari belakang. "Jangan enak-enakan di sini! Ayah nyariin lo tuh! Mau dikenalin ke Presdir PT apalah itu!"

"Aiiih, baru juga mau nafas sebentar. Kacung nggak usah manggil-manggil jongos dooong, wakakakkak!"

"Nggak usah ketawa, bang-sat! Pekak kuping gue!" sungut Ali.

"Hey Mantu, sini kamu," Damaskus melambaikan tangan ke arah Putra. Saat berhadapan dengan kolega ayah mertuanya yang tak henti-hentinya mau mempermalukannya di depan umum agar dijudge jelek-jelek di masyarakat.

Hal itu dilakukannya Damaskus agar mental Putra terkena, dan pria itu menceraikan Nadine karena merasa dunia mereka sudah jauh berbeda.

Bagaimana pun, dana untuk operasi Ibunya sudah ditransfer, jadi yang harus dilakukan Putra hanya berakting semaksimal mungkin sekarang.

Pria itu mencoba menahan semua kebiasaannya menyeringai aneh dan bersikap lembut seperti yang sudah diajarkan Nadine tempo hari. Masalahnya kalau ia gugup, syndromenya muncul. Jadi kebiasaan mulutnya yang suka tremor tau-tau ketawa sendiri tak bisa ditahannya.

"Yaaa, Ayah?" tanya Putra.

"Nih, kenalkan, Randy dari C-Corp. Tadinya dia yang mau saya jodohkan sama Nadine, tapi tuh anak malah milih kamu yang nggak guna," kata Damaskus.

"Haha, Pak Dam ini jangan gitu dong," Pak Randy mengibaskan tangannya, "Istri saya sedang bersosialisasi sekitaran sini nih, kalau dia dengar bisa-bisa diamuknya saya sampai di rumah,"

"Yang namanya Jodoh sih Tuhan yang tahu ya Pak Randy," ujar Putra.

"Naaah iya benar itu!" kata Pak Randy.

"Siapa yang tahu saya punya istri dari anak konglomerat khihihi," kata Putra sambil terkikik.

"Siapa juga yang tahu istri saya yang sekarang, dulunya ibu tiri saya, hahahaaha,"

"Walaah, Pak Randy ini ternyata lebih huebbaaat wakakaka!" Dan akhirnya mereka malah cengengesan berdua.

Membuat hati Damaskus jadi semakin panas saja.

Niatnya untuk mempermalukan Putra malah gagal total.

“Pak Randy ini pengusaha kah?” tanya Putra.

“Saya memiliki usaha property, tapi belakangan dapat tender dari Pemerintah untuk pembangunan Rumah Murah. Karena kan korban pengungsian akibat gempa dan gunung berapi semakin banyak.Tapi kami agak pusing dengan pencocokan harganya ya,” kata Pak Randy.

“Iya, kalau masalah harga sih nggak akan untung kalau urusan sama pemerintah,” kata Damaskus. “Kapal saya disewa KKP buat ngambilin kontainer-kontainer yang hanyut di laut waktu kemarin ada yang tenggelam itu, sampai sekarang tersendat pembayarannya,” keluh Damaskus ke Randy. “Belum penitipan kontainer-kontainer terbengkalai itu diletakkan di lahan kami. Jumlahnya ratusan pak, tak tahu lah harus dikemanakan,”

“Kontainer yaaaa, heheheh. Jadi ingat dulu warga kami senang sekali kalau ada kontainer terbengkalai. Kami jadikan rumah tinggal pak. Kalau digusur ya tinggal pindahin aja pakai roda hahahahaha,” sahut Putra.

Damaskus sampai menedang betis Putra, “Begitulah kalau ngambil menantu dari jalanan, otaknya suka miring. Jangan diperhatikan ya pak orang mabuk nih,” ejek Damaskus.

Tapi di depannya, Pak Randy terdiam sambil memperhatikan Putra, “Kamu benar juga,” desisnya.

“Benar khaaaan khihihi. Mertua saya punya bahan, Pak Randy punya lahan. Padukan berdua jadi rumah murah. Ada untungnya juga jadi kaum pinggiran, wekekeke!”

“Bagaimana kalau besok kita meeting mengenai hal ini Pak, bisa jadi ini langkah awal kerjasama kita,” usul Pak Randy dengan bersemangat ke Damaskus.

Lagi-lagi Damaskus menghela nafas panjang.

**

Sementara itu di sebuah Apartemen Mewah di bilangan Jakarta Pusat.

(Percakapan berikut langsung diterjemahkan ke dalam bahasa Gen Z).

“Ben, jangan mondar mandir melulu, pusing kepala saya liatinnya,” gumam Letnan Dua Aldebaran. “Kita udah pusing nyariin Duke Of Northampton nggak ketemu-ketemu ini masih ditambah dirimu bolak-balik!”

“Ban Ben Ban Ben, panggil pake 'Sir' dong, gini-gini saya ini Panglima loh! Saya juga lagi pusing nih! Malah saya heran kenapa kamu bisa duduk tenang-tenang saja di sana!” seru Benedict Bryce, Panglima Pasukan Pengamanan Khusus Kerajaan The great Kingdom Of Eterny.

“Masa orang segede itu bisa ngilang gitu aja ya, punya ilmu ninja kayaknya," kata Sersan Elroy de Vinci. "Tapi di negara ini tuh masih kental sih ilmu mistisnya,"

Benedict berdiri di depan jendela sambil melihat ke arah rumah sakit di depannya. Di sanalah terbaring ibunda Putra yang sedang sakit.

"Jalan satu-satunya memang menunggu Duke of Northampton datang menjenguk ibunya," gumam Benedict.

"Izin tinggal kita sampai kapan sih?" tanya Aldebaran.

"Sampai Juni, masih lama. Kamu kawin lagi terus cerai masih bisa bolak balik 2 kali tuh," kata Elroy.

"Semprul," gumam Aldebaran, tapi dia pikirkan juga rencana bejat dari Elroy itu.

"Tapi masalahnya kan kita nggak tahu berapa lama lagi usia Raja, beliau udah 95 tahun loh,"

"Kemarin masih menang kompetisi Panahan, cuy,"

"Ya kalo tiba-tiba diem, terus mati, kan bisa aja,"

"Kalau itu sih kita semua juga bisa,"

"Tapi di sini enak ya, nggak harus berkutat dengan senapan dan birokrasi seharian, liat aja tuh saya sampe Champion 5 kali hari ini, dari pagi main Apex Legend nggak ada yang ganggu," Aldebaran terkekeh.

"Sst!" Elroy memicingkan mata ke arah Pak Panglima yang sedang termenung di pinggir jendela, "Jangan sampai dia denger nanti kita disuruh kerja,"

"Halah, paling Bang Ben lagi mikirin bentar lagi mau makan apa," desis Aldebaran

Sambil mengernyit di samping jendela, dengan serius Benedict Bryce berpikir "Enaknya makan apa ya? Kemarin udah martabak, sumpah itu makanan enak banget! Kenapa gitu-gituan kagak ada yang jual di Eterny, coba?! Tapi kayaknya hari ini mau nyoba tongseng kambing yang di depan rumah sakit itu, ngantrinya panjang pasti enak,"

**

Rumah keluarga Prabasampurna.

“Hebat kamu!!” seru Nadine sambil menggeret Putra masuk ke kamarnya. “Katanya kamu membantu bisnis Ayah ya!”

Putra hanya menghela nafas, “Nggak niat sebenarnya Non, tau-tau ide dateng gitu aja,” pria itu melepas pakaiannya untuk bersiap cuci muka di kamar mandi.

“Ngomong-ngomong, Non... itu bapak ente udah berapa lama jadi duda?”

“Kenapa tanya-tanya itu sih?!” Nadine tampak sewot.

“Bawaannya tuh emosiii melulu, lah gue kan bingung yak gimana mau ngadepinnya. Senyum salah, nggak senyum malah digebuki. Dia pikir gue tembok yang diamplokin kagak babak belur?!”

“Bukannya beneran setengah tubuh kamu dari tembok yak? Orang normal udah pasti nggak bisa jalan loh kalau dipukuli ayah saya,”

“Dia PMS nggak berenti-berenti kali ya? Hidupnya penuh cobaan jadi gue yang dijadiin pelampiasan, soale anak buahnya udah kebas,”

“Ayah saya jadi duda sudah sejak Ibu meninggal setelah melahirkan saya. Sejak itu Ayah tidak menikah lagi,”

“Ohya?” Putra mengangkat alisnya. “Kok bis atahan? Khihihihi,”

“Jangan ketawa, Joker. Serem banget kalo lo ngikik begitu. Kepala kamu sering kenap pukul ya jadi sinting!”

“Wekekekekekek! Penyakit saraf gue malah sering menyelamatkan gue dari kekejaman duniawi loh, pada takut soalnya!”

Terpopuler

Comments

Rose_Ni

Rose_Ni

Iparnya Meo

2024-03-27

0

Arin

Arin

Kok ya mesakne sih si Putra apa2 haha hehe.... kebanyakan di pukuli orang kepalanya jadi geger otak dia

2024-02-08

0

YK

YK

owalaaah....

2023-06-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!