Pewaris Yang Tertindas

Pewaris Yang Tertindas

Kesialan Saputra

"Duke! My Lord, Please behave!!" seru orang-orang misterius yang sedang berlari mengejar seorang anak muda berambut coklat.

"Ngomong apa sih lo semua?! Jangan ngejar melulu ngapa?! Kan gue capek larinya!" pekik si pemuda panik sampai melompati jembatan di gang kecil, lalu ia buka pintu salah satu rumah warga.

Supeno, tukang becak, pemilik rumah, bengong melihat ada orang tinggi besar ganteng sangar masuk rumah sambil bilang, "Pak, numpang lewat!" seru Sang Duke sambil masuk dan langsung naik tangga ke arah loteng.

"Ati-ati Tong! Gentengnya baru gue perbaikin pake baja ringan!" seru Supeno kesal.

"Darimana lo dapet duit buat beli baja ringan?" Sang Duke itu rupanya kenal dengan Supeno, sejenak berhenti berlari sambil mengernyit ke arah Supeno dengan curiga.

Supeno menyeringai, "Hehe… Juhari baru jual motor dong," Juhari itu anaknya Supeno, teman dekat Saputra.

"Nying, Juhari maling motor kagak ngajak-ngajak gue," umpat si Duke

"Kalo ngajak elu mah yang ada sial melulu, badan lo bongsor, dari jauh baru Nawaetu aja langsung ketahuan mau malingin,"

"Eh sue bener, gini-gini gue ganteng,"

"Ya sono ngelamar jadi sales bank, ngapain lu masih dimari," gerutu Supeno.

"My Lord!!" seru orang-orang misterius. Mereka keukeuh mengejar Si Duke.

"Buset dah tuh bule-bule kagak nyerah dong!" seru Duke si pemuda berambut coklat itu dengan panik.

"Sapa sih?" sambil mengernyit Supeno memanjangkan lehernya melihat suasana di luar rumahnya yang reot.

"Gue juga nggak tau mereka siapa! Mereka bilang gue bangsawan! Nyebut nama gue pake Duke-duke apalah itu! Dari tadi gue dikejar-kejar buat ikut ke negaranya!"

"Lah, ati-ati hiuman trapiking lu!" Supeno ikutan panik. Ini maksudnya Human Trafficking atau perdagangan manusia.

"Makanya gue kabur! Gue liwat atap lu ke jalan tol di atas, tulung halangin pintu pake becak!" seru Si Duke sambil naik ke lemari Supeno lalu menggeser bukaan plafon dan naik ke atas.

"Aneh-aneh bener sih hidup lo sejak keluar dari lapas?!" keluh Supeno.

Lalu kepala Si pemuda nongol ke bawah sedikit, "Pak Peno, ini taneman apa'an kayak singkong di atep?"

"Udah kagak usah ngudak-ngudak barang pribadi dong," gerutu Supeno, "Itu bukan singkong!"

Sang Duke menyeringai sinis, "Ya masa singkong, gue juga tahu kali. Nakal lu ya… Ketangkep jangan bawa-bawa gue!" sahutnya sambil menutup plafon.

"Udah gue tolongin kabur, kagak tau diri lo!" umpat Supeno sambil meraih senapan angin Tiga Generasi-nya. Entahlah masih bisa dipakai untuk menembak atau tidak, yang jelas sehari-hari ia gunakan untuk menggedor-gedor atap rumahnya saat tikus mulai ramai pargoy (Party Goyang).

"Where is he? Duke Of Northampton?" bule tinggi dan hidungnya seperti papan seluncuran masuk ke rumah Supeno sambil menunduk karena atap rumahnya mentok ke kepala. (Terjemahan : Mane tu bocah? Duke dari Utara-nya Hampton)

Duke adalah salah satu gelar bangsawan dari Kerajaan-kerajaan Eropa yang menganut sistem pemerintahan Monarki Konstitutional, gelar ini semacam Pangeran kalau di negara kita.)

"Dia naik ke atep jalan pintas ke jalan tol di atas. Lu semua jangan ikutan, kalo nggak mau gue Dor!" ancam Supeno sambil mengokang senapan anginnya. Supeno sebenarnya tidak mengerti para bule bicara apa karena perbedaan bahasa, tapi ya dia kira-kira saja. Apa lagi kalau bukan mencari pemuda semprul yang tadi nerobos masuk rumah gubuknya, kan?

"He has a gun," gumam salah satunya. (Terjemahan : Lah dia pegang bedil).

"Yes i know, i'm not blind," gerutu bule paling depan. ( Terjemahan : Gue tau, bego, gue ga buta!)

"Is it a real gun? It's looks weird," kata salah satu yang di belakang. (Terjemahan : senapan asli tuh? Kok bentuknya anehi-nehi)

"We cannot take a risk," kata bule di depan. Ia angkat tangannya tanda menyerah.(Terjemahan : gue kagak mau ambil resiko ah!)

"Back up, we're having another way,"  (terjemahan : Mundur, Cuy. Cari jalan lain aje lah ya) dan ia pun mundur lalu keluar dari rumah Supeno.

"Awas lo semua sekali lagi muncul di mari! Gue bilangin ke Pak RT!" seru Supeno sambil membanting pintu rumahnya.

"We've lost him," gumam si bule paling depan. (Lagi-lagi kehilangan dirinya).

"Maybe we can turn another way and try to-" (Bro, kita tuh masih bisa muter ke sono, terus ke sono dan ke sono lalu ke sono).

"It's to risk, this is not our world," (Terjemahan : terlalu beresiko, ini bukan area kita. Lah bilang aje males lu Coeg!)

Si bule paling depan berkacak pinggang sambil mengamati sekitarnya. Kampung kumuh Jakarta dengan rumah-rumah karatan hampir ambruk dan jalanan penuh sampah, "Our Lord, living in a junk on the third country, so pitiful and overwhelm," (Terjemahan : Tuan Bocil kita tinggal di tempat sampah di negara berbunga pulak! Miris bener dan diluar perkiraan BMKG.)

**

Malam harinya,

“Ja-ja-jadi begini Pak Putra,” Dokter di depan Putra menjelaskan dengan gagap saat Putra tiba di rumah sakit, “Kondisi Ibu Anda memang sudah melewati masa kritis, namun kandung empedu sudah mengalami pembusukan. Selain itu dia mengalami pembekuan darah. Yang harus kita lakukan adalah Operasi angkat kandung empedu, namun kami akan melakukan berbagai tes dulu untuk melihat kondisi kesehatannya,”

“Hem....” gumam Putra sambil menyeringai. Entah apa yang ia tertawakan yang jelas Sang Dokter ketakutan melihat seringainya.

“Kemungkinan dengan cara Laparoskopi ya Pak Putra, karena komplikasi yang muncul akibat kolesistektomi laparoskopik sangat jarang terjadi, tapi-“

“Bagaimana kalau kita bicarakan mengenai biaya dulu Dok, pait-paitnya saya harus sediakan berapaaa khehehehehe,”

Dokter pun terdiam, ia malah mempelajari tingkah laku Putra.

“Anuuu... untuk tes awal, operasi, dan pemulihan termasuk kamar dan lain-lain, bisa jadi sekitar seratus jutaan Pak,”

“Hahahahahaha!! Nyawa ibu saya harganya segitu!! Sial bener ya sayaaa, Hahahaha!”

Dokter sampai-sampai bangkit dari duduknya karena kaget mendengar Putra tertawa.

Tapi, sebagai seorang tenaga medis, ia tahu bahwa ada yang tak beres dalam diri Putra.

“Pak Putra... anda ini memiliki Syndrom ya? Mungkinkah ganguan fungsi saraf atau Tourette?” tanya Dokter hati-hati.

“Lah, iya Dok. Kalau mau nangis saya malah ketawa. Saya juga kurang sensitif dengan rasa sakit, kecuali sakit hati yaaa, khehehehe,”

“Hooo, paling tidak, saya tahu Anda masih normal, bukan orang gila,”

“Yang jelas saya orang jahat. Tega membiarkan ibu saya seperti ini dalam waktu lama,”

“Anda bisa mengajukan pinjaman ke Bank rekanan kami,”

“Pak Dokter, saya akan cari biayanya. Walau pun harus menyerahkan nyawa saya, khehehehe, mohon bersabar yaaa,” Putra akhirnya beranjak untuk pamit.

Walau pun Putra bicara begitu, tapi setelah keluar dari rumah sakit, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Jadi ia ke kos-kosan Juhari, teman bekas satu sel yang dulu ditangkap untuk pencurian motor yang juga anaknya Pak Supeno. Menginap di sana beberapa hari sambil mencari-cari pekerjaan.

Terang saja... tidak dapat. Mana ada yang mau menerima pria dengan kondisi sepertinya?! Ujung-ujungnya lagi-lagi jadi kurir Narkoboy ini sih. Begitu pikir Putra.

**

"Laper gilaaaa…" keluh Putra sambil tiduran di pos kamling salah satu gang perumahan di kawasan Jakarta Utara. "Gini amat hidup gue," gumamnya sebal.

Ia tidak tahu harus kemana.

"Kerja, cuy!" desis Juhari sambil menimpuknya dengan botol aqua dari jalan.

"Nggak usah lempar-lempar kalo gada isinya kampret!" seru Putra sambil melempar kembali botol aqua kosong itu.

"Kalo nggak bisa jadi ojek, tuh Bang Sa'ad buka lowongan deb… Apa sih namanya deb deb-pan" sahut Juhari sambil menerima botol Aqua itu dan melemparnya kembali ke Putra.

"Debt Collector b3goooo, wakakakakak!!" gerutu Putra.

"Gue udah kesana, syaratnya harus tamatan SMP minimal. Lah gue SD aja kagak lulus!" Putra menangkis botol aqua sampai mental ke Juhari.

"Lo bukannya siswa berprestasi jalur lapas yak?!"

"Lo pikir gituan diakui di sini?"

"Gimana kalo jadi tukang parkir? Ikut Bang Rasno!"

"Ohiya masih ada Bang Rasno!" Putra kali ini tidak menangkap botol aqua, ia biarkan masuk ke tong sampah di dekatnya.

"Semangat dong jancu-k! Tuhan tidak tidur,"

"Terus selama ini gue dibiarin terlantar, maksud Tuhan apa? Gue pikir Beliau memang lagi tidur…" Putra ngedumel.

"Kena azab lu! Oksigen di sekitar lo langsung berhenti tahu rasa megap-megap! Jangan sampe, udah menderita di dunia, menderita juga di akhirat!" omel Juhari sambil menstarter motor bebek bututnya untuk menginjak kopling. Lalu memutar gas dengan tangan kurusnya.

Putra mengernyit. "Dia bilang 'Jangan sampe, udah menderita di dunia, tapi menderita juga di akhirat'… Waaah," Putra menggelengkan kepalanya sambil berkacak pinggang. "Fix! Tuh bocah tandanya mau nyolong motor tapi kagak ngajak-ngajak gue!" gerutunya.

Ya, karena motor kalau dijual paling gampang laku. Dan uangnya bisa buat menikmati dunia.

Sudah pasti kalau hidup banyak dosa begini nikmat akhirat tak akan terjangkau karena jatuhnya digodok lava di neraka, jadi ya nikmati saja dunia apa pun caranya, walau pun harus ngerampok.

Pikiran kriminal ya begini.

Dan saat Putra menelusuri jalanan gang yang bau, kumuh dan panas, beberapa orang yang melihatnya langsung masuk ke dalam rumah.

Perawakan Putra yang sangat tinggi, kulit kecoklatan penuh lukisan, dan wajah bule tapi sangar, memang sangat mencolok. Dengan tatto di seluruh tubuhnya yang saat ditangkap polisi dan diadakan konferensi pers malah disuruh diperlihatkan ke arah kamera, seakan tatto di tubuhnya adalah identitas kalau dia adalah kriminal.

Padahal tulisannya 'aku rindu ibu'.  Ekstra kupu-kupu besar dan mawar menghiasi tulisan itu.

Tapi yang paling mengerikan adalah tingkahnya yang aneh. Kilatan matanya seakan ingin menerkam semua yang ada di sana dan seringai bibirnya membuat bulu kuduk meremah. Ia seperti iblis tinggi besar yang mencari tumbal.

Sejak kecil ia sudah ngalor ngidul dari gang ke gang. Pukulan demi pukulan dilaluinya sampai kulit tubuhnya mati rasa sendiri.

Bahkan di penjara, sampai semua kesakitan sendiri kalau memukulinya.

Karena itu urusannya di dalam sel malah lancar semua. Semua 'orang baru' dipukuli kalau tak bawa p3lor. Putra tak bawa, tapi kepala kamar membiarkannya. Malah mengangkatnya jadi asisten, dan kalau ada maunya pasti memberi Putra jajan.

(P3lor sejenis uang yang dimasukan ke sedotan, lalu ditelan atau diselipkan di bagian belakang. Sebagai uang sogokan agar orang baru tidak dipukuli di dalam sel).

Lalu wajah Putra yang berbeda dari anak lain, karena kata ibunya, ayah biologisnya seorang pria kebangsaan asing. Suatu hari ibunya yang berprofesi sebagai seorang wanita panggilan, mendapatkan klien orang bule saat ia iseng nongkrong di Jalan Ja*sa. Dan tak disangka alat pengaman malah bocor. Akhirnya Sang Ibu pun hamil.

Walau pun dengan susah payah, dan

menghadapi perjalanan yang membuat hati ini sakit sendiri saat mendengarnya, namun ternyata Putra tidak sendiri. Banyak sekali anak-anak yang jauh lebih parah kehidupannya. Untung saja ibunya tetap bertahan merawatnya sampai besar. Setidaknya ia masih memiliki seorang ibu.

"Bang Rasno, gue minta kerjaan!" tembak Putra saat menghampiri Bang Rasno yang sedang memalak tukang gorengan di samping minimarket. Lumayan dapet 5 biji tahu goreng. Putra comot satu karena lapar.

Bang Rasno berseru,"Gada akhlak lu!" serunya, "Minta baek-baek sama orang tua!" dan ia menendang betis Putra karena kesal.

Tapi seperti biasa, justru kakinya yang langsung nyeri bagaikan sedang menendang tiang listrik. Putranya malah tidak bergeming.

"Arrrghhh! Suakiiittt!" seru Bang Rasno sambil berlutut dan memegangi pergelangan kakinya.

"Wahahahahahaha!! Lagian nekat," seru Putra sambil duduk di samping trotoar dan memakan gorengan kedua, "Gue harus cari duit nih bang, demi ibu gue, khiihihi,"

Dengan kepayahan, Bang Rasno duduk di sebelah Putra. "Gantiin gue dah kalo malem di area sini. Tuh jaga sama Giman. Nanti dibagi berdua aja hasilnya,"

"Area lu yang mana si?"

"Dari ruko sana, sampai lampu merah," Bang Rasno menunjuk ruko dengan cat kuning sekitar 50 meter. "Lo bagi dua area sama Giman,"

"Si Giman kaga sewot kan kalo gue gabung?"

"Ntar gue bilangin ke dia. Lagian mana berani dia protes ama lu, tong…"

"Gue kalem kok Bang,"

"Kalem apanya cengengesan melulu gitu, ODGJ juga kabur kali ngeliat lo!" sungut Bang Rasno, "Pijetin nih!" ia menjulurkan kakinya.

Terpopuler

Comments

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

Oalah kata sandi mau nyolong motornya keren, jadi nggak keliatan mo nyolong 😁😁😁

2024-08-16

0

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

Ya Allah istighfar tong...

2024-08-16

0

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

Baru tau ada syndrom kaya gini...
jadi gak bisa sedih gitu yaaaa

2024-08-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!