"Widiyanti Ega ngapain ke sana? Makin mencurigakan saja!" sahut Ivander melalui earpiece yang tersemat di masing-masing anggota.
Bene langsung mencium adanya konspirasi, pria itu memerintahkaan dua timnya untuk menyusup masuk ke dalam 'safe house'.
"Elroy, Alder, masuk ke safehouse," sahut Benedict.
"Kami, Panglima?" terdengar suara protes Aldebaran.
"Bukan, Presiden. Ya kamu laaaah!" ujar kesal Bene.
"Panglima logatnya sudah merakyat,"
"Gara-gara punya prajurit tak berakhlak seperti kalian!"
"Okelah okeee, kami masuk safe house nih ya, daripada Panglima lama-lama kurus mogok makan ngambek,"
"Sudah diam, sana masuk, keluarkan jurus andalan kalian untuk menyusup!"
Dan Elroy pun mengernyit ke arah Alder yang di sebelahnya. Memikirkan, apa yang dimaksud dengan jurus andalan seperti kata Bene. Kalau mau masuk ya mengendap-endap saja, bukan? Jurus yang dimaksud di sini maksudnya apa ya?
Elroy dengan kesal melepas earpiece mata-matanya, lalu mengernyit sambil bicara bisik-bisik ke Alder.
"Bro, let’s think about it. How do we do to sneak out the safe house?!” (Translate ala-ala : Cuy, sekarang mari kita pikirkan. Gimana caranya kita masuk diam-diam ke sana?!”
Letda Alder Mengelus-elus dagunya, “Maybe he want us to crawl, bro. You know like kids song, tip toe? Like Santa Claus?” (Mungkin maksudnya dia tuh kita merayap diem-diem gitu kali? mengintai gitu loh bro. Kayak lagu anak-anak gitu loh, ngendap-ngendap. Bisa jadi seperti Santa Claus lah!)
“We can’t crawl or tip toe with this size of Height! How come we transform into lizard-lizard on the wall?!” (Kita kagak bisa ye ngendap-ngendap pake badan segede ini! Apalagi merayap macam cicak-cicak di dinding!).
“Santa Claus can tip toe through the fireplace,” (Lah, Santa Claus aja bisa loh dia malah masuk ke cerobong asap!”
“Maybe He’s a alien, we’re never know!” (Mungkin dia Alien, kita nggak pernah tahu!)
Sementara, Saputra yang kebetulan berada di dekat sana sempat menguping pun mengerti kegalauan dua orang 'bakal prajuritnya' itu. Sambil terkekeh geli ia turun dari persembunyiannya, dan menemui keduanya. “Khihhihihi, bro,” panggilnya.
“Ya, Baginda?” tanya Elroy dan Alder.
“Nih, gue udah siapin cara masuknya. Nyamar aja jadi tukang isi galon... tuh motor pake punya Juhari yang gepeng tuh,” Saputra menunjuk Juhari yang dadah-dadah di ujung komplek. “Ganti baju deh sana lo berdua, pake celana pendek punya bang Rasno aja yak!”
Elroy hanya bisa menarik nafas tanda prihatin dengan keadaan. Menyamar jadi tukang isi air mineral, bahkan kita nggak tahu kandungan apa saja yang terdapat di dalam ‘air mineral’ yang dimaksud itu. menurunkan derajatnya sebagai ksatria berdarah bangsawan yang sehari-harinya tenggorokannya diisi dengan air dari pegunungan. Di hotel saja ia minum pakai Equil yang dari Sukabumi.
Lagipula ia tidak tahu Tukang Isi Galon itu apa. Mana ada lapangan pekerjaan seperti itu di Eterny?! Tapi Elroy penah lihat Tukang Isi Galon waktu lagi jalan-jalan di Pasar Senen beli Kue Subuh titipan Panglima, sih.
“Baginda, kami akan segera membawamu ke Istana, di sana kamu bisa hidup jauh lebih layak,” gumamnya ke Saputra sambil menepuk-nepuk punggung cowok itu.
Saputra hanya mengernyit sambil cengengesan.
**
“Membatalkan kerjasama dengan C-Corp? Kami sudah melakukan pekerjaan sesuai kontrak dengan mereka. Progressnya sudah setengah jalan, Bu,” Damaskus berdiri di depan jendela sambil menatap Widiyanti Ega. Ia bisa saja melarikan diri dari kemarin. Badannya besar dan anak buah Widiyanti lemah-lemah. Sekali terabas saja bisa hancur semuanya.
Tapi dia mau tahu maksud Widiyanti dulu. Mantan Bossnya ini terkenal labil dan sensitif. Juga dalam pekerjaan, ia selalu memilih perusahaan yang kira-kira lemah dalam strategi sehingga bisa dikerjai dan dialmbil alih selanjutnya.
Namun di masa sekarang, hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Damaskus ingin perusahaannya besar. Masyarakat sudah pintar dalam menilai apakah wakil rakyat mereka bisa dipercaya atau tidak. Kamera dimana-mana, salah sedikit jadi viral.
Damaskus akan memutar balik strategi, ia menarik dirinya dari hal yang berbau politik apa pun. Terutama dari Widiyanti Ega yang setiap langkahnya berbau kriminal. Hanya menghitung hari wanita itu dapat terjerat dengan kasus.
Karena... yah, ini hal paling membuatnya sebal juga sih, karena waktu itu Saputra, menantu sialannya itu, berhasil membuka jalan untuk bekerjasama dengan C-Corp, Damaskus akan melakukan ekspansi pelan-pelan namun tetap intensif.
Karena, saat terjalin hubungan satu saja dengan C-Corp, perusahaan yang lain yang setara juga akan bisa masuk.
Syaratnya... Damaskus harus bekerja dengan jujur.
Tidak ada lagi kecurangan jenis apa pun.
Seperti yang selama ini dia jalani.
Dan tujuannya berdiri di depan jendela, agar anak buahnya dapat melihatnya kalau ia masih baik-baik saja.
Damaskus percaya, Artemis dan yang lain pasti ada di sekitar sini, mengintai keadaan agar bisa membebaskannya.
“Batalkan saja semuanya! C-Corp itu anggota 12 Naga! Etos kerja mereka tidak sesuai dengan yang kita miliki sekarang. Kalau begini caranya, saya tidak bisa menduduki kursi kabinet di periode selanjutnya!” seru Widiyanti emosi.
Damaskus menarik nafas menahan emosinya. Selalu saja tentangnya. Tentang Widiyanti ini saja terus-terusan. Apa pun yang Damaskus rencanakan, tindakan apa pun yang diambilnya, harus sesuai dengan keinginan Widiyanti ini.
Yang mana, hal itu semakin lama semakin membuatnya muak.
Perusahaan milik Damaskus memang didirikan dengan campur tangan Widiyanti, sebagai alat untuk pamor wanita itu. Penggelapan dana yang dilakukan Widiyanti tidak akan terendus kalau ia memiliki saham di perusahaan Damaskus. Masyarakat akan menilai kalau Widiyanti cukup kaya dan memiliki banyak pemasukan, Jadi dia mau beli tas miliaran akan dianggap bukan hasil korup.
Makanya...
Kalau Damaskus menjalin kerjasama dengan C-Corp, yang saat merambah masuk, pasti C-Corp akan melakukan penilaian audit menyeluruh terhadap perusahaan Damaskus, dan terbukti tim Audit mereka sangat kompeten, kecurangan Widiyanti akan segera terungkap.
Dan itulah yang Damaskus inginkan, sebenarnya.
Widiyanti terus-terusan mengomel, menceritakan tentang dirinya. Damaskus hanya bisa diam, sampai ada kata-kata,
“Keluarga kamu akan jadi korban kebodohanmu. Batalkan semuanya, Dama,” ancam Widiyanti.
Damaskus mengangkat alisnya.
“Keluarga... saya?” ia menatap Widiyanti dengan tegang.
“Ya,” Widiyanti mengangkat dagunya menantang Damaskus.
Damaskus berjalan perlahan sambil menatap tajam ke arah Widiyanti Ega. Anak buah wanita itu berjaga dengan senjata mereka. “Kenapa bawa-bawa keluarga saya?”
“Batalkan semuanya, baru mereka saya lepaskan,”
“Apa yang Ibu lakukan ke mereka?! Tunggu...” Damaskus terdiam, “Penyerangan kemarin itu... itu bukan peluru karet?”
Semua di dalam ruangan itu gugup.
“Ali dan Baron masih koma di rumah sakit, tentu saja itu bukan peluru karet. Itu peringatan untuk kamu, kalau kamu berani macam-macam ke saya,” desis Widiyanti Ega.
“Sialan kamu! Awas kalau kamu berani-beraninya-“
GRAKK!!
Serentak, semua senjata di ruangan itu mengarah ke Damaskus dalam keadaan terkokang. Siap memuntahkan pelurunya ke kepala Damaskus.
Damaskus langsung diam, namun ia masih menatap ke arah Widiyanti Ega. Wanita itu tersenyum tipis ke arahnya. “Kamu harus berpikir dua kali kalau mau terbebas dari saya. Seluruh hidup kamu berada di tangan saya, Dama. Kecuali... kamu bisa langkahi may-“
“Lepaskan dia,” suara Sersan Elroy di belakang Widiyanti Ega. Dengan senapan laras pendek di belakang kepala wanita itu.
Sersan Elroy, memakai jaket bau, celana pendek lusuh dan sandal jepit.
Semua dengan panik menatap ke arahnya, dan sersan Elroy membuka kunci senapannya dengan jempolnya, “Saya bilang, lepaskan dia. Kami memiliki kekebalan hukum di negara ini, dan Damaskus Prabasampurna berada dalam perlindungan kami selama Saputra Roganvaldar masih menjadi menantunya,”
“Hah?” dengus Damaskus sepenuhnya tak mengerti.
Widiyanti agak menoleh ke belakang “Siapa kamu? Siapa orang gila ini hah?!” serunya kesal.
Sersan Elroy dengan cepat menembak salah satu anak buah Widiyanti. Orang itu tumbang ke lantai berdarah-darah.
Dan langsung mengarahkan kembali moncong senapannya ke kepala Widiyanti.
Kini semua yakin kalau senjata di tangan Elroy adalah sungguhan.
Letda Alder masuk menyusul Elroy sambil mengancam semuanya dengan senjata, memperingatkan mereka untuk tidak bertindak ceroboh.
“Tuan Damaskus, mari ikut kami,” kata Alder
“Siapa kalian?! Kalian dari mana?!” tanya Damaskus ikut panik
“Kami pasukan kerajaan The Kingdom of Eterny,”
“Eterny? Untuk apa pasukan kerajaan ikut campur masalah ini?”
“Karena menantu Anda adalah bakal Raja kami,”
“Menantu saya hanya anak sinting yang memperkosa Nadine!” Damaskus menjadi emosi karena tak sabar.
“Kami akan jelaskan di jalan, Tuan Besar. Artemis menunggu Anda di luar bangunan,”
“Tidak bisa!” Widiyanti dengan kalut berteriak, “Ini masalah internal, kalian tidak boleh ikut andil! Kamu bisa-bisanya menjalin bisnis dengan negara lain tanpa sepengetahuan saya, Dama! Lancang sekali kamu! Masalah C-Corp saja sudah cukup besar, sekarang muncul masalah ini! Saya akan ungkap semua kebusukan perusahaan kamu ke publik!!”
“Saya tidak tahu menahu dengan urusan Eterny ini,” gumam Damaskus masih bingung.
Lalu Saputra masuk ke dalam. Entah bagaimana caranya masuk padahal tubuhnya lebih besar dari Elroy dan Alder.
Wajahnya tegang, sambil menatap Damaskus.
“Pak,” desisnya.
Damaskus mengerang, “kamu lagi, kamu lagi! Bisa tidak jangan ganggu hidup saya terus. Sudah muak saya lihat muka ganteng kamu!”
“Pak,” Saputra masih dengan tegang menatap Damaskus, “Ali meninggal,”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
Inalillahi.
2024-08-17
0
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
🤣🤣🤣🤣🤣
2024-08-17
0
A - 𝐙⃝🦜
akhirnya ada bagusnya juga selain julukan yang diberikan ke putra wkwkwk
2023-06-02
0