Dipermalukan namun gagal

Sambil mengernyit menahan perih di tubuhnya, Putra memejamkan matanya di bawah shower air hangat.

Salah satu yang ia syukuri dari rumah mewah yang dingin ini. Water Heater. Hal yang tak mungkin ia dapatkan di lapas. Pasokan air di sana setiap 3 hari sekali dan mati setelah 5 menit. Itu pun aliran airnya kecil sekali. Akibatnya banyak napi yang terkena penyakit kulit. Kalau ibunya datang membesuknya barulah ia bisa mandi pakai air galon yang dibelikan ibunya. Tapi ibunya baru datang seminggu sekali.

Belakangan ibunya tak datang lagi karena penyakitnya semakin parah. Putra minta kepala kamar memukulinya sehingga ia bisa pura-pura luka dan dibawa ke rumah sakit. Agar bisa mandi dan makan dengan layak. Ya tapi seperti biasa, ia dianggap gila duluan sebelum dipukuli.

"Duh…" keluh Putra sambil meringis saat air dari ujung shower ia arahkan ke luka di dahinya. Yang kemarin belum sembuh, ia mendapat 4 jahitan. Kali ini jahitannya terbuka lagi…

Putra melirik jam dinding di luar kamar, ada waktu 2 jam untuk menjahit semua lukanya sebelum berangkat ke pesta.

"Lebih parah dari penjara, dasar orang-orang brengsek!" umpat Putra sambil menyambar handuknya dan keluar dari kamar mandi.

**

Malam itu, Maybach Excelero milik Damaskus Prabasampurna parkir di lobby salah satu hotel mewah yang berlokasi di kawasan bisnis Jakarta. Putra yang berada di mobil jeep depannya turun dan setengah berlari ke belakang untuk membukakan pintu bagi Sang Mertua.

Damaskus mencebik sebal ke arah Putra. Lalu merapikan jasnya dan berjalan masuk ke dalam gedung.

"Woy!" terdengar teriakan dari dalam mobil, "Bukain pintu gue juga, goblok!" seru Ali yang masih berada di dalam sedan mewah langka itu. Ali adalah anak pertama Damaskus Prabasampurna, kakak Nadine.

Putra menarik nafas menghitung stok kesabarannya dan akhirnya lari ke sisi kiri, lalu membukakan pintu bagi kakak iparnya.

"Gimana sih lo jadi jongos aja nggak beres!?" Ali mengeplak kepala Putra, lalu mengikuti ayahnya masuk ke dalam gedung.

Sementara para bodyguard di sekitar Putra melihat pemandangan itu sambil terkekeh senang, karena melihat penderitaan Si Menantu Sampah.

Putra merapikan rambutnya sambil berkaca di depan mobil, lalu berjalan dengan langkah terburu-buru mengikuti Damaskus dan Ali. Ia cuek saja dengan hinaan yang diterimanya karena memang sudah terbiasa.

Banyak orang di sana dan sebagian besar hadirin bertanya mengenai pernikahan Nadine Prabasampurna yang dilakukan secara tiba-tiba.

Hal yang sebenarnya membuat Damaskus kesal, namun ia harus tetap tersenyum ramah karena mereka semua adalah investor dan pemegang saham di perusahaannya.

"Ya, dilakukan kecil-kecilan saja lah, hanya dihadiri saudara dekat. Anak jaman sekarang maunya meniru budaya barat yang resepsinya kecil-kecilan, tamunya sedikit, agar berasa sakral katanya," kata Damaskus.

"Siapa menantu Pak Dam? Dari perusahaan mana?" Biasanya mereka bertanya begini setelahnya.

Rasanya Damaskus ingin meninju tembok di sana dan berteriak frustasi. Putri kesayangannya diperkosa sampai hamil sama tukang parkir yang baru keluar dari penjara. Mana tingkah lakunya agak sinting dan cengengesan terus. Dipukuli malah ketawa-tawa, dihina malah senang. Kurang setan apa lagi dia?! Begitu pikir Damaskus.

Namun apa boleh buat, kalau Putra tidak dibawa ke pesta kali ini, gosip mengenai Putrinya malah akan menjadi-jadi. Normalnya, ia memang harus datang didampingi anak dan Menantunya, seperti kolega-koleganya yang lain.

"Ini menantu saya, namanya Saputra," Damaskus menepuk bahu Putra yang berdiri tepat di belakangnya. Ia agak meremas bahu Putra pertanda mengancam.

Seperti yang sudah diinstruksikan dan dilatih sekian kali, tentunya dengan efford yang luar biasa melelahkan, Putra maju dan menunduk hormat ke semua di sana.

"Astaga, Maaf Pak Dam. Saya pikir salah satu bodyguard bapak hahahaha! Habis wajahnya luka-luka begitu!"

Pak Damaskus membeku menahan amarah. Ia jadi bahan tertawaan.

Di dalam pikirannya, ia mungkin akan menembak kaki Putra setelah ini agar pria itu lumpuh dan bergerak dengan cara merangkak seumur hidupnya.

"Saya dan Ayah baru saja tanding Krav Maga. Usia ayah memang sudah lanjut tapi dia masih bisa membuat saya babak belur, hehehe," sahut Putra sopan sambil menyeringai.

Semua terdiam dan mendesis kagum.

"Kamu mendalami martial art ya?" tanya salah satu kolega.

"Ya Pak, yang saya dalami secara khusus adalah Krav Maga, karena nyaris tanpa aturan dan tekniknya cekatan langsung bisa melumpuhkan lawan," kata Putra.

Damaskus dan Ali saling lirik dengan tegang. Berharap Putra tidak mempermalukan mereka.

"Pantas saja Pak Dam masih fit di usia senja ya Pak. Saya dengar kalau jago beladiri, otak juga jadi lancar berpikir secara logis karena aliran darah lancar," akhirnya semua jadi terkagum-kagum.

"Saya harus belajar banyak dari Ayah. Jadi mohon maaf kalau penampilan saya agak nyeleneh malam ini," Kata Putra.

"Waduh, beruntung sekali Pak Dam punya menantu sekuat ini yaaa!"

Damaskus pun menghela nafas panjang tanda lega-nya. Tapi pertanyaan yang inti belum menyerang Putra.

"Masnya ini kerja di mana sekarang?"

Ini dia.

Pernyataan yang paling menyebalkan menurut Damaskus.

"Dulu saya bekerja di bidang farmasi, saya pemasok sejenis obat penenang. Tapi sekarang Ayah minta saya agar menjadi salah satu penerusnya, jadi saya resign dan akhirnya sekarang sedang belajar dari awal. Mohon maaf kalau belum memuaskan jawabannya, dengan segera saya akan memperbaiki kualitas diri saya,"

Terang saja Damaskus sampai ternganga mendengarnya. Ali pun langsung balik badan karena tak bisa menahan tawa.

Bidang Farmasi, pemasok obat penenang alias pengedar narkoba.

Dari mana bocah sinting yang bahkan SD saja tak lulus mendapatkan jawaban sediplomatis itu.

Buyar sudah harapan Damaskus untuk menembak kaki Putra.

Dan yang lebih mengesalkan, tadi Putra bilang 'Ayah minta saya agar menjadi salah satu penerusnya' itu berarti Damaskus harus segera membawa Putra melihat-lihat kantornya dan memberinya posisi di pekerjaannya atau semua orang akan bertanya-tanya.

Luar biasa licik anak di depannya ini!!

Biar kuhadiahkan bogem mentah saja besok. Tapi jangan di wajah agar tak jadi pertanyaan. Begitu pikir Damaskus, karena ia beranggapan Putra sedang mengejeknya secara tak langsung.

"Ali…" bisik Damaskus.

"Ya Ayah?"

"Di mana tongkat golfku?"

"Di gudang,"

"Besok ambilkan,"

"Ayah nggak takut pinggangnya keseleo lagi?"

"Bukan buat main golf…" gerutu Damaskus sambil memicingkan mata menatap Putra yang sedang mengobrol sambil tertawa bersama para shareholders di depannya.

"Ooh, oke," Ali langsung mengerti arti lirikan mata ayahnya dan bersemangat untuk menyambut hari esok.

**

Putra keluar dari gedung sambil merogoh bungkus rokok di kantong jasnya. Di dalam sana ia merasa sesak. Senyuman palsu orang-orang itu menghiasi setiap sudut ruangan.

Kaum hedonis, kapitalis, tikus politik, semua bergabung jadi satu membicarakan kelebihan masing-masing.

Putra merasa dimensi penuh kemunafikan ini bukan dunianya. Orang-orang di dalam sana otaknya lebih tak waras dibanding dirinya. Hanya chasingnya saja yang berkelas. Hati sih tetap busuk.

Di depannya, para pengawal Ayah Mertuanya sedang mengobrol. Biasanya dalam kondisi begitu mereka sedang menertawakan kekonyolan Putra.

Apalagi saat Putra keluar, mereka langsung diam. Sudah pasti bergosip tentang apa lagi, coba?

"Kheheheheh," Putra terkekeh sambil menyeringai licik, "Gosipin saya yaaaa, duh jadi maluuu," desis putra.

Berikutnya,

BRAKK!!

Ia pukul dinding granit di sebelahnya sampai retak dan mengibas-ngibaskan tangannya yang berlumuran darah, "Mau dibikin kayak gini nggak congor-nyaaa?"

Iya, dia memang ekstrim.

Tapi sebenarnya dalam hatinya ia takut setengah mati dan tulang tangannya terasa retak bahkan sekarang tak bisa diangkat dengan benar. Sok kuat aja biar pada lari ketakutan.

Dan benar saja, orang-orang di sana ternganga melihat tingkahnya itu dan langsung lari ketakutan.

Putra pun melepaskan dasinya, lalu membebat tangannya yang berdarah dan mengangkat sebatang rokok ke mulutnya dengan tangan gemetaran. Walau pun rasa sakitnya hanya samar-samar, tapi melihat kondisi tangannya, sepertinya lagi-lagi ia harus ke rumah sakit.

Habis bagaimana, kalau tak digertak semacam itu ia akan terus-terusan direndahkan.

Yang ia pelajari selama ini di lapas… Kalau tidak berlagak gila dan berbahaya, akan semakin ditindas. Tapi akhirnya sikapnya malah keterusan. Namun memang hal semacam itu sudah berkali-kali menyelamatkannya dari penindasan.

"Aku bisa bertahan…" gumamnya sambil menghembuskan asap ke atas, "Aku bisa…" dan ia memejamkan matanya untuk menenangkan dirinya.

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

kasian putra😭

2024-01-26

0

May Keisya

May Keisya

ini ko byk bawangnya kaaa😭

2024-01-26

0

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

narkoboy dong obatnya 🤣🤭

2023-06-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!