Kesepakatan dengan Sang Panglima

“Hah?” kejut Artemis saat mendengarkan keterangan Benedict. Pria itu sampai ternganga saat Bene menunjukkan kartu identitas dan Passportnya.

Kini mereka berada di apartemen di depan rumah sakit, disewa oleh Bene dan rekan-rekannya, untuk mengawasi Nuraeni dan berjaga-jaga seandainya Putra datang mengunjungi ibunya. Nyatanya usaha Bene berhasil karena Putra memang datang.

“Duke of Northampton... Northampton tuh sebelah mananya Inggris?” desis Artemis sambil memicingkan matanya karena curiga. Dengan lihai ia memainkan tongkat anti-begalnya, kita sebut saja begitu karena kalimat ‘tongkat yang bisa otomatis memanjang saat menekan tombol’ terlalu panjang. Ia memutar-mutar melewati bahunya, tangannya, bahkan ia putra-putar ala Shaolin lagi main film kungfu, sebagai kode mengancam supaya Bene dan yang lain tidak main-main dengannya.

Tapi di belakang Bene, Letnan Dua Aldebaran memamerkan keahliannya memutar-mutar double stick. Membuat Artemis mencebik kesal.

“Bukan Inggris, ini Northampton di Eterny. Tahu Eterny kan ya Mas? Tahu lah negara kalian kan banyak memasok gandum dan mesin dari kami, harusnya sih tahu ya,” kata Bene culas dengan bahasa Indonesia yang lumayan lancar. Rupanya sambil menunggu kemunculan Putra dia sempat belajar bahasa dari tempat kursus terdekat. Dan rata-rata memang prajurit dari Eterny dipilih berdasarkan kemampuannya yang di atas rata-rata manusia normal.

Dan kebetulan, Pangeran yang telah meninggal itu, walau pun memang kelakuannya waktu jadi turis di negara +62 ini sableng bahkan sampai memperkaos Nuraeni, di negara asalnya dia super duper berwibawa dengan kemampuan yang serba bisa. Mungkin itu juga yang membuat Saputra nggak lulus SD aja bisa 6 bahasa, dan juga dia mengerti banyak hal. DNA tak pernah bohong lah ya. Kalau sekolah udah pasti jadi ketos ini sih, bahkan bisa jadi Ketua BEM.

“Eternity... Marvel bukan sih?” kernyit Artemis.

“Halah...” dengus Bene tak sabar, “Eterny bukan Eternity. Oke? Bukan kartun dan bukan parfum. Tu bocah malah bilang kita merk asbes! Padahal dia pewaris!” Bene menunjuk Sang Duke of Northampton yang sedang cengengesan di pojokan.

Artemis menoleh ke arah Saputra, “Orang kaya dong lu sebenernya?”

“Gue bahkan nggak yakin, nggak percaya, malah,” sahut Saputra.

“Sesuai dengan akte kelahiran, nama Baginda adalah Saputra Roganvaldar, The Prince Of The Great Kingdom of Eterny, The Duke of Northampton, anak pertama laki-laki dari Terry Roganvaldar yang meninggal karena kecelakaan dalam keadaan membujang,”

“Nggak mungkin,” desis Putra dan Artemis berbarengan.

“Kami akan melakukan tes DNA kalau Baginda setuju,” kata Bene

“Maksudnya, nggak mungkin si Pangeran meninggal dalam keadaan bujangan,” desis Artemis.

Putra terkekeh, “Dia tuh Pangeran gitu loh! Pasti udah nebar benih dimana-mana. Nyokap gue aja digituin,”

“Palingan lo tuh udah nyari kandidat kemana-mana tapi ancur semua profilnya,” tebal Artemis.

“Kebetulan aja yang tampilannya paling hebat tuh gue,” tambah Saputra.

“Khehehehehehe,” dan Artemis dan Putra terkekeh berbarengan.

Bene mencibir, “Dibilang hebat sih nggak, malah bisa dibilang yang paling berbahaya. Anda itu berkekuatan bagaikan singa tapi tingkah laku macam anak kucing! Polos Menjengkelkan!” dengus sang Panglima.

“Memangnya nggak takut kalau ada berita si Pangeran seorang residivis?”

“Pangeran kami, ayahnya Baginda Duke yang sebelumnya juga keluar masuk penjara di banyak negara dengan tuduhan pelecehan. Bisa bebas dari ancaman kurungan demi kepentingan antar negara,”

“Emang dasar bokap biologis lo bangor,” ejek Artemis.

“Emang bokap lo kagak?!”

“Sama bejatnya sih, Gara-gara dia gue nongkrong di lapas dari umur 13,”

“Gue masuk lapas dari umur 14. Jadi lo lebih hebat...” desis Saputra.

“Nggak usah saling menyombongkan AIB ya, nggak ada yang membanggakan dari semua itu. Kecuali kalian berdua bisa memanah lalat sambil tutup mata dari kuda yang berlari!” sahut Bene.

Putra dan Artemis mencebik.

“Jujur saja kalau mau tahu, kandidat yang kami sudah nilai ada 25 orang. 20 di antaranya wanita, jadi kami eleminasi. Sementara yang satu transeksual, yang satu kelainan jiwa punya 15 kepribadian, yang satunya masih usia 5 tahun, yang satunya lagi sedang disidang atas kasus pedofilia ancaman kurungan seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat. Sang Pangeran meninggal sekitar 3 tahun yang lalu, dan Sang Raja yang sudah berusia 95 tahun mulai menunjukan tanda-tanda shut down dari dunia,”

“Dia menang lomba dayung tadi pagi,” bisik Sersan Elroy bermaksud meralat.

“Berisik kamu,” dengus Bene. “Emang dia aja yang bosen jadi Raja! Makanya kita disuruh nyari-nyari keturunan Pangeran!”

“Jadi Raja kok bosen, pasti negara kalian bermasalah nih!” tuduh Saputra merasa curiga.

“Waktu masih ada Pangeran Terry, yang mikirin masalah negara ya beliau. Makanya mungkin karena pusing urusan Negara, tingkahnya agak sableng, suka mabok dan main cewek untuk menumpahkan kekesalannya. Tapi walau begitu dia masih bisa tuh WFH kalau kerja ya. Sebelum Pangeran Terry, ada Ratu yang mengurusi Negara. Jadi bisa dibilang Sang Raja terima jadi,”

“Jadi lo tuh judulnya Tumbal Proyek, Put...” kekeh Artemis geli.

“Di sini jadi samsak, di sana jadi tumbal. Nasib gue di luar perkiraan BMKG yak,” keluh Saputra.

“Gini deh gini...” Artemis mengangkat tangannya menenangkan semuanya, “Panglima Bene, jadi kita ini sedang dalam masalah. Pangeran kalian ini sudah menikah dan mertuanya lagi diculik sama orang yang tadinya teman jadi musuh. Lumayan pelik dan krusial. Jadi-“

“Diculik? Drama apa lagi ini...” potong Bene.

“Kalian tidak bisa membawa si Sinting begitu saja. Kami harus mencari Boss kami, Mertuanya dia ini. Urusan di negara kami harus beres dulu dan setelah itu kalian bisa membawa Pangeran DENGAN restu Mertua dan Istri. Atau kalian menyalahi hukum yang berlaku di negara kami!” yang ini Artemis ngarang, tapi dia sendiri lagi butuh personel sekuat Putra.

“Tes DNA dulu gimana?” tawar Bene.

“Nggak!!” seru mereka berbarengan.

“Kami sudah 6 bulan di sini tanpa hasil,” desis Bene. “Tolonglah, biarkan kami bisa pulang ketemu keluarga kami dengan kebanggaan,”

“Panglima kan masih Single,” desis Sersan Elroy meralat.

“Bawel banget sih, nggak saya bagi martabak penyet loh!” ancam Bene.

“Oh iya, masih ada nenek ya, Panglima...” desis Sersan Elroy meluruskan, “Yang nggak peduli cucunya ada di belahan dunia mana,” tambahnya sambil bisik-bisik.

“Apa yang bisa kami bantu agar Pangeran bisa kami ajak menemui Raja dan mendiskusikan semua dengan lebih resmi?”

“Hem...” Putra menyeringai. “Pertama, kami butuh basecamp dekat rumah sakit. Kami pinjam tempat ini ya,”

“Juga alat-alat kalian,” tambah Artemis.

“Juga personel kalian,”

“Juga kalau bisa dukungan keuangan, ini besan loooh,” Artemis mulai kompor.

“Kalau bisa, Ibu saya juga diakui keberadaannya dan bisa ikut ke Eterny,”

“Yang terakhir sulit, Sir,” Bene menggeleng tanda keprihatinannya. “Kecuali anda yang bilang sendiri ke Sang Raja. Tapi saya tak bisa menjanjikan apa pun ya,”

Saputra menarik nafas dan menghembuskannya dengan galau.

Ia pun menunduk menatap lantai granit putih itu.

Dan akhirnya ia berujar... “Makan martabak dulu lah, baru kita mikir lagi,”

Terpopuler

Comments

ZQ

ZQ

hahahahaaa
ssst jangan lupa berdoa

2023-06-22

0

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

ngelunjak ya jadinya...
dasar... 🤣

2023-06-16

0

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

ngakak 🤣🤣🤣🤣

2023-06-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!