The Choice
...Masih berlatar tempat luar negeri🔞...
...Harap mengerti jika terdapat perbedaan budaya karena seperti itulah adanya!...
...Tidak suka langsung Skip yang bestiii...
...Harap bijak dalam berkomentar...
...Happy Reading^^...
...⬇️...
...⬇️...
Di sebuah mansion mewah, suasana melelahkan tak terhindarkan. Pertemuan dua keluarga dengan tujuan perjodohan belum mendapat hasil akhir.
Seorang gadis berusia dua puluh tahun terus menangis tersedu-sedu disamping orang tuanya yang memijat kening pusing.
"Andrea, berhenti menangis." Entah sudah berapa kali orang tua gadis itu menegurnya, gadis itu tetap saja menangis.
"Waktuku tidak sesenggan itu untuk mendengarmu menangis," datar seorang pria di hadapannya.
"Niel!" tegur ibu pria itu.
Mendengar pria itu berbicara lagi, Andrea langsung beringsut pada orang tuanya.
"Mom, dia tidak cocok denganku!" bisiknya dan langsung di pukul oleh ibunya.
Nathaniel Georgio, pria introvert, kaku dan kasar. Andai sifatnya tidak dingin dan mudah menerima orang dengan tangan terbuka, Andrea mungkin akan dengan senang hati lari kepelukan pria jelmaan dewa yunani itu.
Bukan berarti tidak tertarik, namun ia masih waras untuk ketenangan batinnya. Ingin tahu sekasar apa ia? Anggap saja seperti iblis yang terjebak dalam tubuh dewa rupawan.
"Andrea ... Kami tidak meminta untuk menikah sekarang. Kalian bisa saling mengenal terlebih dahulu," bujuk Daniela, "benarkan, Niel?" Melototi putranya agar menurut.
"Ck!" Nathaniel berdecak dengan wajah jengah.
"Niel!"
Lihat pria itu hanya diam sambil menatapnya dingin dan tajam, membuat Andrea bergidik di tempatnya.
"Maaf— tapi kami tidak cocok, Bibi." Andrea keras kepala.
Stefan dan Lewis saling menatap lelah. Pertemuan hari ini sebenarnya memang tidak berguna. Keduanya sudah menduga itu, tapi dua wanita ini tetap keras kepala ingin menjodohkan anak mereka.
"Jodohkan saja dia dengan Eve," cetus Andrea asal. Sekarang Amy yang melototi putrinya.
"Eve? Dia disini?" Daniela sedikit antusias.
"Lupakan dia. Anak itu tidak pernah ingat pulang!" ketus Amy.
Niel mengangkat sebelah alisnya. Masih ada lagi? Ah bersiap saja ibunya menyuruhnya memilih. Satu gadis di depannya ini saja sudah merepotkan dan membuat pusing dirinya, bagaimana dengan satunya lagi.
Persetan dengan perjodohan! Toh semua kandidat yang pernah dibawa ibunya sudah mundur teratur dengan sukarela.
"Silahkan lanjutkan jika mom tidak menyayangi aku lagi," bisik Andrea pada ibunya.
Siapa yang tidak tahu jika Nathaniel sangat anti dengan wanita. Jika tidak ingin kehilangan tangan atau kaki, sebaiknya jangan menyentuhnya. Pria itu sangat ringan tangan dan tidak pandang bulu. Jika tidak suka, tidak peduli wanita atau laki-laki, semua dipandang sama olehnya!
Niel mengangkat tangannya untuk melihat jam. "Sudah selesai, kan? Pekerjaanku banyak." Baru akan beranjak, Daniela langsung menariknya kembali.
"Kau sudah berjanji memberikan waktumu hari ini," desis ibunya.
"Aku sudah memberikannya," datar Niel.
"Niel, duduk," perintah Stefan dengan nada tak terbantah.
Bisa dilihat darimana sifat Niel berasal.
"Ck!"
"Baiklah, kita bahas lain kali saja masalah ini—" putus Lewis, namun belum selesai ia bicara, pintu masuk tiba-tiba terbuka dan membuat terkejut dua keluarga disana.
Seorang wanita masuk sambil memijat kepalanya dengan sebelah tangan lagi menyeret koper besarnya. Di keningnya tertempel sebuah koyo dengan rambut tidak tersisir rapi. Penampilannya sudah jauh dari kata rapi atau— berantakan.
"Eve!" pekik Amy bangkit dari duduknya.
"Nanti saja, Mom. Simpan dulu kemarahanmu." Mengangkat tangannya dan melewati mereka begitu saja tanpa menoleh.
"Dia habis bertengkar?" tanya Andrea menerka, "atau mabuk di club lagi?"
Lagi?
"Astaga! Itu Eve?" tanya Daniela dan di angguki oleh Lewis.
Tidak ada yang menyadari jika tatapan Niel tak beralih dari wanita yang dipanggil Eve itu hingga sosoknya menghilang. Sudut bibirnya terangkat menunjukkan seringaiannya.
I got you!
"Kami menginap malam ini!" putus Daniela sepihak. Senyum penuh makna tersinggung di bibirnya. Siapapun disana pasti tahu niat terselubung wanita paruh baya itu.
"Jangan berharap banyak pada Eve," bisik Amy.
"Aku sudah mengenal Andrea, tapi putrimu yang satu itu belum!"
-
-
-
-
Kehadiran Eve di ruang makan mengundang banyak tatapan padanya. Wanita itu acuh tak acuh dengan santai duduk di salah satu kursi kosong.
Setelah tidur beberapa jam dan membersihkan diri, keadaannya sudah lebih baik dari sebelumnya. Begitu duduk, semangkuk kecil sup hangat sudah diletakkan di hadapannya oleh pelayan.
Tanpa menunggu, wanita itu langsung meminumnya dari mangkuk.
"Sudah lebih baik? Apa kepalamu sudah tidak berputar?" tanya Amy dengan mengejek.
Eve menatap ibunya sebentar, kemudian beralih menatap adiknya yang menatapnya lekat.
"Kau habis menangis?"
Lihat? Bagaimana Amy tidak kesal dengan putri pertamanya ini!
Tanpa bertanya lagi, Eve mengambil sendok bersih di meja dan meletakkannya dalam batu es yang disajikan terpisah dalam mangkuk kaca. Beberapa saat kemudian Eve mengambilnya kembali dan melempar pelan pada Andrea.
"Letakkan di matamu agar tidak terlalu membengkak." Dengan cepat Andrea menurut dan melakukan sesuai ucapan sang kakak.
"Sudah selesai?" Amy bertumpang dagu sambil tersenyum paksa.
"Sudah," jawabnya singkat.
Amy mengangguk, berusaha menahan diri agar tidak meledak.
"Sekarang lihat di sekelilingmu. Ada orang lain, bukan hanya dirimu atau Andrea." Amy memutarkan tangannya mengarah pada keluarga George yang juga ada disana menyaksikan seorang Eve!
"Oh— selamat malam semua. Aku Evelyn atau Eve. Terserah memanggilku apa," sapanya datar.
"Kau lihat, Mom. Niel lebih cocok dengan Eve," bisik Andrea pada Amy dan segera disikut oleh ibunya itu.
"Kalian selalu kesal jika aku menunjuk Eve, tapi kalian mengorbankan aku," gumamnya pelan.
"Kau ingin berselisih dengan kakakmu?" tanya Amy berbisik. Gadis itu jelas menggeleng.
"Kalo begitu diam!" desis Amy kemudian.
"Aku tahu Amy punya putri lain, tapi baru kali ini aku melihatmu, Eve." Daniela terlihat antusias, "kau sangat cantik!"
Eve tersenyum tipis. "Meski bukan yang pertama, tapi ku ucapkan terima kasih." Sedikit menunduk.
"Tapi— apa boleh aku memberi sedikit masukan?" tanya Eve.
"Tentu saja!"
Yang lain hanya menyimak diam.
"Aku hanya ingin bilang jika pilihan tanpa paksaan itu lebih baik. Jika dipaksa takutnya akan menimbulkan kebohongan yang berakhir buruk." Mudah saja mencerna ucapannya itu. Daniela saja langsung paham maksud ucapan Eve, begitupun yang lainnya.
Eve jelas menyindir tentang perjodohan.
Seseorang di sisi lain meja tersenyum diam-diam. Menarik, semakin menarik.
"Bagaimana jika perjodohan dilakukan dengan sukarela?" Akhirnya kedua mata mereka bertemu.
Yang lain terkejut melihat Niel mengeluarkan suara.
"Sukarela?" tanya Eve memastikan.
"Hm. Tanpa paksaan dan dengan cinta."
Eve nampak berpikir, "maka itu bukan lagi perjodohan, tapi pilihan."
"Begitu?" Eve mengangguk yakin.
Niel tersenyum miring seolah baru saja mendapat kepuasan.
"Aku pilih dia!"
Para orang tua nyaris tersedak minuman mendengar keputusan itu. Berbeda dengan Eve yang mengerjit bingung.
Situasi apa ini?
"Dengan sukarela!" tekan Niel sambil menatap Eve yang mulai mengerti.
Andrea sudah menutup mulutnya dengan terkejut, tidak menyangka pilihan Niel jatuh pada kakaknya sendiri. Tidak tahu harus merasa bagaimana. Ia sendiri ragu apakah Niel si iblis bertubuh dewa itu bisa menghadapi Eve.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Sandisalbiah
baru bab pertama tp beneran menarik dan buat penasaran.. btw ijin baca thor 🤦♀
2024-05-25
0
dewi
mau mau mau aja, melarikan diri dan menumbalkan kakaknya... 🤭
2023-12-10
0
dewi
kuda Niel mana mau mengalah 🤦
2023-12-10
0