" Halo kak, ada apa?", ucap Tere
Dave mengernyit dahinya. "Kak? Kak siapa maksudnya?", batin Dave
Tere berlalu dari kamar Dave membuat Dave bertanya tanya. Tetapi apa urusan Dave?! Kenapa dia penasaran?!
Athur : [Hai Tere, maaf ya ganggu kamu. Hari ini aku lagi senggang. Pasien juga sudah tidak ada. Bagaimana kalau kita nanti makan malam? Sekalian aku mau kasih kamu barang kembaran sama dengan adekku]
Pernyataan Arthur di panggilan telepon itu jelas membuat Tere bimbang. Mana mungkin dia yang sudah bersuami malah jalan jalan dan makan malam bersama dengan kakak sahabatnya? Bisa bisa nanti dibacem sama Dave hahaha
Tere : [Duh, gimana ya kak. Bukannya aku nolak sih. Tapi aku belum izin sama orang tuaku. Ntar ya aku izin dulu]
Athur : [Oke kalau gitu, aku juga titip salam ya buat tante Salma dan om Haris. Lama banget aku tidak bertemu beliau. Oiya, nanti kalau kamu bisa, langsung kabari aku ya]
Tere : [Oke kak, beres deh. Ya sudah ya aku tutup dulu panggilannya. Nanti aku kabari secepatnya. Assalamu'alaikum]
Athur : [Waalaikumsalam]
Tere sudah mengakhiri panggilan itu. Ia berniat untuk kembali ke kamar Dave, tetapi saat ia berbalik. Tubuh rampingnya malah tertabrak oleh dada bidang Dave dan posisi Dave sudah bersedekap dada. Layaknya suami yang ingin menginterogasi istrinya
Kyaaaa
"Mas Dave, ngagetin aku saja. Untung jantungku masih aman", Tere mengusap dadanya. Ia terkejut melihat Dave yang memandangnya dengan wajah datar dan menatap nyalang ke arahnya
" Siapa kak itu? Terus kenapa lu pakai izin orang tua segala", interogasi Dave. Tere pun menghela nafas. Bagaimana bisa Dave yang masih sakit malah sibuk menginterogasi dirinya. Bahkan ia sudah mampu berdiri tanpa merasa tergoyah
"Itu kakak sahabatku, Amelys. Aku izin orang tua karena dia belum tahu kalau kita menikah mas. Kan pernikahan kita masih tertutup. Bahkan orang kantor hanya sebagian yang tahu", Tere mencoba menjelaskan pada Dave walaupun aslinya ia gugup karena takut dimarahi
" Lu mau kemana emang nanti", Dave tiba tiba saja peduli dengan Tere. Pertanda apa?! Apa cuma sekedar basa basi? Entah! Hanya Dave yang tahu
"Mau diajak makan malam sama ngasih barang couple buat aku dan Amelys. Boleh kan mas?", Tere menunjukkan puppy eyes pada Dave, ia juga memegangi lengan Dave. Semoga diizinkan.
" Jam berapa emang? Lu jam 9 sudah harus pulang", Dave sudah mulai posesif seakan Tere istrinya, tapi nyatanya?! Cuma nikah kontrak selama 1 tahun
"Yeay, jadi boleh mas. Makasih ya mas", Tere langsung memeluk tubuh atletis Dave. Yang dipeluk pun langsung melepaskannya
" Gue nanya, jam berapa? Lu malah gak jawab", Dave memperlihatkan wajah masamnya. Apa Dave ngambek?
"Mungkin jam 7 malam mas Dave ku sayang. Tenang saja, sebelum jam 9 bakalan udah pulang sih", Tere mencoba meyakinkan Dave dengan janjinya. Dave pun berlalu ke kamarnya.
" Suami lagi sakit malah keluyuran sama cowok lain", Dave malah mengomel ria tentu dengan nada yang lirih. Tapi selirih lirihnya, masih bisa di dengar Tere
Tere langsung bergegas membuntuti Dave dan memeluk dari belakang. "Janji gak akan lama lama. Oiya mas, kan di perjanjian pun sebenarnya aku gak harus izin kan ke kamu. Tapi demi rasa hormatku sama kamu, aku izin"
Dave terlihat menirukan gaya bicara Tere yang terkesan manja dengan menggantu huruf vocalnya menjadi 'i', "Dimi risi hirmitki simi kimi, iki izin"
Tere malah tertawa terbahak bahak. "Cie yang mulai cemburu. Aku senang deh mas. Kamu mulai cemburu, mulai posesif sama aku", Tere dengan rasa percaya diri yang tinggi mengatakan hal itu sambil membantu Dave tiduran di ranjang
Dave menatap nyalang Tere. " Siapa juga yang cemburu sama lu". Yang ditatap pun langsung senyum senyum sendiri tidak ada takut takutnya
*****
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Tere segera menuju ke cafe Olympiad dengan naik mobilnya sendiri. Karena sewaktu pindah ke rumah baru, orang tuanya mengantarkan mobil kesayangan putrinya ke sini.
Tere terlihat sangat cantik dengan balutan dress selutut warna biru pastel perpaduan dengan putih dengan rambut yang digerai dan diberi bando mutiara.
"Hai kak Athur. Udah nunggu lama ya?", Tere begitu terburu buru sehingga anak rambutnya berantakan. Ia bicara sambil menata anak rambutnya.
Athur yang sudah stand by di cafe itu mendongakkan kepalanya. Ia menatap Tere seakan tidak berkedip seolah pandangannya terkunci pada penampilan Tere yang feminim.
" Gak lama kok. Ayo duduk dulu", Athur mempersilahkan Tere untuk duduk di hadapannya.
"Makasih kak", Tere duduk dan menyimpan tasnya. Mereka saling melempar senyum. Ada kecanggungan dalam diri Tere. Untuk pertama kalinya ia berdua dengan Athur. Bisanya ia selalu bersama Amelys juga. Berhubung Amelys di Swiss jadi mereka berdua.
" Mbak", Athur memanggil pelayanan di caffe itu. Dan mereka memesan makanan. "Kamu pesan apa yang kamu mau Re"
Tere membolak balik menu yang ada di cafe itu. Jujur, di cafe Olympiad makanannya semua mahal mahal dan banyak menunya. Rere sampai kebingungan.
"Saya steak tenderloin dan minumnya ice squash. Kalau kamu apa Re?", Athur menarik atensinya ke Tere.
" Samain sama kakak saja". Akhirnya Tere ngikut menu dari Athur yang terkesan simple.
"Oke mbak, jadi masing masing menu tadi jumlahnya 2 ya", Athur mengonfirmasi pesanannya pada pelayanan. Dan dibalas anggukan oleh pelayan itu.
" Baik, ditunggu dulu ya kak"
Sembari menunggu makanan datang, Tere berbincang ringan dengan Athur. "Kamu canggung ya?", Ternyata Athur mengenali gerak gerik sahabat adiknya itu.
" Hahaha kok kakak tahu sih? Kan kakak dokter bukan cenayang?". Tere yang terkesan ceplas ceplos pun mengundang gelak tawa Athur.
"Kamu nih bisa saja. Mana ada saya cenayang. Kelihatan kok dari tingkah kamu. Kayanya canggung gitu. Apa mungkin lama gak ketemu gitu ya?". Athur memulai percakapan ringan itu dengan menatap manik coklat Tere. Dan semakin lama, semakin terbiasa.
" Maybe kak".
"Kamu gimana kuliahnya? Sudah selesai kah?"
"Sudah kak, ini masih tahap revisi pasca sidang. Bentar lagi wisuda kok"
Ditengah perbincangan itu, Athur menyerahkan kotak berlapis beludru merah tua. Tere mengernyitkan dahinya tanda tidak mengerti
"Maksudnya apa kak?". Tere mencoba menggali informasi dari Athur yang kemudian membuka kotak itu yang berisikan kalung liontin yang indah.
Jelas mata Tere berbinar binar sambil menutup mulutnya. Atensinya tertuju ke Athur yang tersenyum manis. Bak di berikan oleh kekasih, itu reaksi Tere.
"Buat kamu Re, ini aku beli spesial buat kamu dan adikku. Sudah lama aku mau memberi ini tapi kita tidak pernah bertemu"
Tere pun tertegun dengan ucapan Athur. Ada rasa sedih yang menyeruak dalam hatinya. Kenapa dia baru menemukan Athur saat dia sudah bersama Dave.
"Bagus sekali kak, aku suka banget. Terkesan simple tapi ini elegan banget". Tere masih kegirangan melihat kalung liontin itu.
"Boleh aku pakai kan?" Athur mencoba menawarkan untuk memasangkan kalung itu
"Hah?!", ucap Tere tertegun
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments