Dave dan Tere saling memeluk. Dave bagaikan anak kecil yang sedang didekap oleh ibunya. Mereka sama sama nyaman, sampai tiba waktu pagi saat fajar mulai menyingsing.
Dave masih memeluk Tere dengan mata terpejam. Tere memandangi wajah damai suaminya. Ia membelai lembut rambut Dave. "Padahal lagi sakit, tapi tetap ganteng", puji Tere sambil menyunggingkan senyumannya. Tidak lama dari itu, ia mulai menyingkirkan tangan kekar Dave. Tere berniat memasak bubur karena bubur merupakan makanan termudah bagi orang sakit tanpa perlu dikunyah ekstra.
Di dapur Tere mulai menyiapkan bahan yang dibutuhkan. Ia juga mencepol rambutnya. Dengan fokus, Tere memasak bubur itu dan memastikan supaya rasanya enak.
"Udah enak", ujar Tere yang mencicip bubur itu dengan menyendokkan sedikit ke mulutnya.
Setelah dirasa sudah pas, Tere memindahkan bubur itu ke mangkok dan menyiapkan minum dan buah buahan juga.
Dengan langkah pelan, Tere menuju ke kamar Dave. Sementara Dave masih terlelap.
" Kayanya emang secapek itu kamu mas?", ucap Tere mengusap punggung suaminya. "Mas, bangun mas", Tere membangunkan Dave, perlahan membuka netra coklatnya. Ia mendapati Tere duduk disampingnya. Dave segera bangun menyenderkan punggungnya ke headboard.
" Pelan pelan mas", Tere membantu Dave untuk bangun. Tidak ada perlawanan yang berarti dari Dave mengingat tubuhnya yang masih lemah.
" Sekarang mas makan ya, aku suapi ya", ucap Tere sambil mengambil mangkok berisi bubur dan menyendokkan ke mulut Dave. Tetapi Dave menolaknya
"Gue bisa sendiri", tolak Dave sambil memegang mangkok itu. Tere pun tidak bisa berkata banyak, ia menyerahkan pada Dave. Terlihat cara Dave makan saja masih belum cukup baik. Tere menawarkan kembali untuk menyuapinya
" Biar aku bantu ya mas, kamu belum cukup kuat buat makan sendiri. Sekali aja mas, kamu nurut sama aku"
Dave akhirnya menurut. Percuma memberontak, karena membuatnya menghabiskan tenaga saja. "Nah, kan kalau aku yang nyuapi kan enak. Kamu tinggal makan sama minum obat nantinya"
Suap demi suap dengan telaten, Tere melakukannya. Sampai akhirnya bubur itu habis. Jujur, walaupun dalam keadaan sakit, bubur buatan Tere merupakan makanan terenak bagi Dave. Tapi Dave enggan memuji masakan istrinya
"Makasih", ucap lirih Dave. Tere tertegun mendengar penuturan Dave. Ia pun membalas dengan mengangguk. " Udah jadi kewajibanku mas melayani kamu. Sekarang kamu bersihin dulu ya. Sebentar aku taruh mangkok di dapur dulu ", ucap Tere sambil berlalu membawa nampannya tadi
****
" Gue bisa sendiri. Kenapa sih lu pakai repot repot segala", protes Dave. Ia merasa malu jika harus dibersihkan tubuhnya oleh Tere. Tere mendengkus.
"Hilangkan ego mu dulu mas, kamu lagi sakit. Tenang saja, aku gak bakalan nyari kesempatan dalam kesempitan kaya gini", tekan Tere. Ia langsung membersihkan badan Dave dengan telaten. Dave menyunggingkan senyum tipisnya. Tentu saja saat Tere tidak melihatnya. Kalau Tere tahu, maka ia akan besar kepala menurut Dave
"Nah, kan kalau gini segar dan bersih badannya. Sekarang mas istirahat ya. Kalau ada apa apa mas bisa panggil aku. Atau mas bisa telepon aku", ucap Tere sambil berlalu
Tapi saat Tere berlalu Dave kembali mengucapkan terima kasih. Dan dibalas anggukan serta senyuman hangat Tere.
****
Setelah mengurus Dave yang sakit, Tere membersihkan seisi rumahnya mulai dari menyapu dan mengepel. Tidak lupa juga ia mencuci pakaian. Walaupun bagi Tere sangat melelahkan, tetapi ia ikhlas menjalani semua ini.
Pekerjaan rumah sudah beres. Waktunya ia berleha leha ria. Ia mengambil ponselnya untuk men scroll media sosial. Rasanya ia ingin untuk mengepost pemandangan di Zurich dan fotonya disana, tetapi rasanya enggan. Karena pernikahannya dengan Dave belum diketahui banyak publik
"Nunggu waktu yang tepat saja", batin Tere. Tiba tiba ada notifikasi masuk.
Athur : [Halo Tere, save ya nomorku. Athur]
Ya! Notifikasi itu dari Athur. Tere pun tertegun. Ia baru ingat bahwa Athur meminta nomornya saat di Swiss
Tere : [Iya kak, bakalan aku save kok]
Athur : [Makasih Tere. Kamu udah balik kah dari Zurich? Kemarin rencananya aku mau ajak kamu makan malam gitu. Eh ternyata Amelys ngabarin kalau kamu pulang mendadak]
Tere : [Iya kak. Mendadak soalnya. Kakak sendiri masih di Zurich atau sudah pulang?]
Athur : [Sudah pulang Re, lagian jadwal aku udah padat di rumah sakit. Kasian nanti pasienku pada nyariin hehehe]
"Kamu memang idaman Kak. Kamu baik juga penyabar. Andai mas Dave bisa sesabar selembut kamu. Mungkin aku jauh lebih dari kata bahagia", ucap Tere bermonolog. Ia seakan miris dengan nasibnya sendiri
****
Sore hari, Tere juga memasak untuk Dave. Tetapi ia lebih dahulu mengurus Dave. Demamnya berangsur menghilang. Tere menempelka punggung tangannya ke kening Dave.
"Alhamdulillah kamu udah agak baikan mas. Demammu sudah turun juga. Tapi harus minum obat ya nanti. Sebentar, aku bantu bersihin badan kamu dan berganti pakaian. Setelah itu aku masak dulu"
Walau Dave terlihat pasif dan tidak menggubris Tere, tapi Tere tetap sabar menghadapinya. Belum tahu saja jika nanti Tere diambil orang baru tahu rasa hahahaha
"Gue berterimakasih sama lu. Seharusnya ini di luar perjanjian kita. Lu gak harus merawat gue sampai sedetail ini", Dave melayangkan protesnya. Tere hanya menyunggingkan senyum indahnya
" Gapapa, sudah kamu diam saja kenapa mas. Kalau gak sakit mas kan bisa sendiri, berhubung mas sakit ya aku harus rawat lah"
"Oiya mas, urusan kantor hari ini diurus sama sekretaris kamu berarti?", tanya Tere penasaran.
" Iya, diurus sekretaris gue"
" Cowok apa cewek mas sekretarisnya?", bukannya berhenti buat bertanya, Tere malah semakin penasaran dengan sekretaris itu.
"Cowok. Namanya Baron kalau lu penasaran. Kenapa lu tanya tanya hah?! Udah bosan sama gue?", sewot Dave.
Bahkan sampai saat ini, Tere masih bingung, kenapa bisa Dave sesewot itu?! Apa mungkin dia cemburu? Entah! Sikap Dave yang seperti kutub utara membuat Tere kesusahan menerjemahkan perasaan Dave
" Apa sih kamu mas?Aneh banget. Orang aku cuma nanya cewek atau cowok sekretarisnya. Atau jangan jangan kamu sudah mulai cemburu ya mas?", tuding Tere
Tere langsung narsis melihat tingkah Dave yang seakan menunjukkan sikap posesifnya.
"Nggak", jawab singkat Dave.
" Oiya, Baron itu masih single atau udah nikah mas?", pancing Tere. Sepertinya ia akan menggoda Dave dengan menanyakan hal itu.
"Lu gak perlu tahu apa status dia. Ini bukan ranah lu. Urus saja diri lu sendiri", ujar Dave ketus.
Lagi asyik menggoda Dave, tiba tiba ada panggilan masuk dari ponsel Tere
Tring
Tring
Tring
"Mas, ini ada telepon, aku angkat dulu ya", izin Tere sambil berlalu meninggalkan Dave
" Halo kak, ada apa?", ucap Tere
Dave mengernyit dahinya. "Kak? Kak siapa maksudnya?", batin Dave
Untuk melihat visual tokoh kalian bisa follow ig : cemaraseribu_author. Thanks, big hug
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments