Bab 10

Pukul 11 siang, Tere dan Dave akan terbang ke Swiss. Sebenarnya bukan bukan keinginan mereka, tetapi memang hadiah dari orang tua Dave. Rasanya tak pantas jika harus menolak hadiah itu demi menutupi aib rumah tangganya.

"Lu jangan bawa koper banyak", ujar Dave memprotes Tere yang membawa lebih dari 2 koper. Tere tak mengindahkannya. Merasa tak digubris, Dave mencengkram lengan Tere, " Lu, budeg apa pura pura gak dengerin suami!??"

Dave yang sudah hilang kesabaran malah melampiaskan rasa kesalnya ke Tere. Tere hanya tersenyum smirk. "Suami mas? Mas nggangep diri mas itu suami?", sarkas Tere tak habis pikir dengan jalan pikiran Dave yang menganggap Tere hanyalah istri di atas kertas, bahkan lebih parahnya dianggap sebagai pembantu.

" Gak usah ngalihkan pembicaraan. Kalau koper lu isinya cuma baju baju, mending bawa satu saja. Nanti kita beli di Swiss sana"

Kali ini Dave ada benarnya, membawa banyak koper akan menyulitkan mereka. Tere pun menurut.

Di bandara kedua pasangan itu tampak diam diam an. Tak ada yang mengomong. Entah! Apakah Tere malas meladeni suaminya yang kaku dan super dingin itu. Perjalanan dari Jakarta sampai Zurich sekitar 17 jam. Sungguh memakan waktu yang banyak.

****

Setelah 17 jam lamanya, mereka akhirnya sampai. Perasaan Tere sedikit lebih baik daripada sebelum pemberangkatan. Ia tidak sabar untuk menyaksikan pemandangan yang super indah di Zurich.

"Mas, aku seneng", ucap Tere tiba tiba. Dan tanpa sadar ia bergelayut manja di lengan suaminya. Sontak Dave menepis nya

" Apaan sih, cari cari kesempatan ya lu. Dah jangan dekat dekat, nanti gue alergi", lontar Dave. Tak hilang akal cerdiknya, Tere pun malah mencium pipi Dave dengan cara berjinjit.

"Aku sayang kamu mas", ucap Tere random, tapi percayalah, bahwa itu adalah ungkapan hati Tere yang sesungguhnya. Ia tidak bisa berlama lama mendiamkan Dave

" Sorry, gue enggak", lontar Dave dengan wajah datar. Tapi menurut Tere itu sungguh menggemaskan. "Gengsi amat pak bos"

Sekarang ia memanggil Dave dengan sebutan 'Pak Bos'. Ya memang ia pemilik D'Crop Company.

Tere dan Dave akhirnya sampai di hotel yang dipesan oleh orang tua Dave. Sungguh mewah. View dari hotel itu langsung menghadap ke hiruk pikuk kota yang super indah.

Tere begitu takjub. Maklum, ia baru pertama kali ke hotel super mewah seperti ini. Matanya memindai seluruh view yang terpampang nyata. Setelah puas, Ia juga memindai seluruh ruang di kamarnya. Begitu luas dengan fasilitas yang lengkap.

"Gak usah ngelihatin gitu, norak banget", sewot Dave. Jelas! Kalau Dave sudah tidak terkejut lagi, ia sudah terbiasa dengan hotel seperti itu. " Apaan sih mas, suka suka aku dong ngelihatin ruangan ini. Apa aku harus ngelihatin kamu aja gimana? Apa boleh?", ledek Tere. Dave tak menggubris. Ia langsung merebahkan dirinya ke ranjang.

"Mas, aku mandi dulu ya, badan rasanya lengket banget", pinta Tere sambil berjalan ke kamar mandi. Di kamar mandi pun, super mewah. " Kalau gini caranya, aku betah tinggal disini", Tere berandai andai hahahaha

Tere memutuskan untuk berendam saja sambil menikmati aromatherapi yang tersedia di dekat bath up. "Emang paling the best kalau berendam", cakap Tere sambil memejamkan matanya.

Mungkin sekitar 40 menitan, Tere baru selesai dari mandinya itu. Dave sudah mendengkus kesal karena Tere lama di kamar mandi. " Lama banget sih lu! Lu mandi apa semedi, hah!!!", bentak Dave.

"Mandi lah mas, tapi berendam juga. Hehehe maaf ya. Aku capek soalnya habis perjalanan jauh. Kamu mau mandi juga?", tanya Tere polos. Jelas! Dave pun ingin mandi. Pakai nanya!!

" Iya, gue pengen mandi. Dah sana lu, ntar ngintip gue lagi", ucap Dave berlalu. Tere hanya menggelengkan kepalanya. Sebenarnya Tere ingin menjahili Dave, tapi mungkin nunggu waktu yang tepat. Seusai memakai baju dan bersolek ria, Tere pun merebahkan diri ke ranjang.

"Empuknya, enak banget. Apalagi kalau dipeluk mas Dave, makin hangat", ucapnya cekikikan. Ternyata, Dave sudah selesai dari mandinya. Ia tak mau berlama lama

" Ngomong apa lu! Gak usah kotor gitu otaknya", bentak Dave, jelas Tere terlonjak. "Eh mas Dave, sini mas. Bobok dekat aku. Enak loh. Nanti aku pelukin, mas kan suka kemarin", rayu Tere sambil tersenyum genit

Dave hanya menggelengkan kepalanya dan segera menuju sofa yang luas untuk rebahan. " Kok di sofa mas, ya sudah aku ikut ikutan di sofa", Tere malah menghampiri Dave yang rebahan di sofa. Dan segera memeluk Dave dari samping. Tentu Dave akan sangat marah

"Ga tahu diri ya?! Jangan mentang mentang lu udah ngantongi restu dari mama papa, lu jadi kaya orang gak tahu diri ya! Inget! Perjanjian kita udah lu tandatangi juga. Lu ngelanggar satu poin saja, bakal kena denda 500 juta?! Sanggup lu bayar semua itu! Gue sih gak yakin lu sanggup", ujar Dave penuh kekesalan

Perkataan Dave yang begitu menyakitkan membuat Tere menitikkan air matanya. Memang, keluarganya tidak sekaya Dave. Bahkan di bawahnya jauh. Tapi tidak begitu cara Dave berkata. Seharusnya ia tidak berbicara tentang itu

Tere memperbaiki posisi duduknya. "Mas, aku memang gak sekaya mas, tapi mas perlu ingat. Yang namanya suami istri memang begini. Mas gak usah bilang pun sebenarnya aku tahu diri. Sangat tahu diri kok. Tapi aku mencoba mendekati mas untuk ngeluluhin hati mas yang belum bisa nerima aku"

Tere mengungkapkan semua uneg unegnya kepada Dave. Ia bahkan tidak bisa membendung rasa sakit hatinya sendiri hingga buliran bening dari pelupuk matanya lolos begitu saja di pipi mulusnya. Hati Tere sebenarnya sudah berkali kali hancur karena perkataan Dave, tapi ia mencoba sabar. Tetapi ini sungguh keterlaluan

Akhirnya Tere beranjak dari sofa itu. Dan ia tidur membelakangi suaminya sambil meringkuk. Tangisnya malah bertambah tambah sampai terisak isak. Ia merasa tidak pantas mendapatkan Dave. Apa Tere akan menyerah?! Entahlah

Kelamaan nangis membuatnya lelah dan akhirnya terlelap. Sebagai laki laki, tentu Dave juga memiliki rasa iba pada Tere, tapi egonya begitu besar. "Maaf, gue gak bisa mencintai lu. Di hati gue sudah terisi seseorang", batin Dave dalam hati

****

Pagi hari, matahari mulai menyoroti kamar milik mereka berdua. Tere beranjak untuk makan duluan dan ingin mencari angin segar. Sengaja, ia tidak pamit pada Dave. Toh, ia tak berharga di matanya. Untung saja, Dave sudah memberinya black card yang bisa digunakan untuk membeli sesuatu ketika mencari angin segar

"Sebaiknya aku gak bangunin mas Dave, buat apa juga. Lebih baik sendiri. Aku juga punya tabungan sendiri untuk membeli yang aku mau", ujar Tere yang sudah dandan cantik. Ia melenggang keluar dari kamar hotel.

Pemandangan di Zurich memang super indah. Tere sedikit terhibur dengan view di kota itu. Sampai akhirnya, ia tak sengaja menabrak seseorang.

" Awww, sorry", ucap Tere sambil menunduk

"Tere ya?", seorang laki laki dengan tinggi sama seperti Dave memiliki wajah tampan dan gagah. Siapakah itu?

" K-k-kamu!?", ucap Tere tertegun

Terpopuler

Comments

Lisa Halik

Lisa Halik

kesian tere...huhuhuh

2023-05-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!