Bab 20-- Rahasia Lain

Elvira berusaha menguatkan diri untuk tetap berdiri hingga berjalan setelah keluar dari lift tersebut.

Setibanya di area depan gedung, Elvira tidak sengaja berpapasan dengan Nevan yang baru turun dari mobilnya.  Melihat dari pakaiannya yang sudah memakai setelan jas dengan rapi, sepertinya ia akan melakukan pekerjaan penting bersama Daffin.

“Kak Elvira, sudah mau pulang?” sapa adik iparnya itu.

“Iya,” jawab Elvira singkat, namun ia tidak bisa menyembunyikan rasa sakit yang saat ini sedang dirasakannya.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Nevan terdengar khawatir melihat wajah Elvira yang terlihat pucat.

“Aku tidak apa-apa.”

“Aku akan minta orang kantor untuk mengantarkan kamu.”

“Tidak perlu, aku akan menyetir sendiri,” tolak Elvira.

Lalu ia bergegas untuk menuju mobilnya akan tetapi langsung diikuti Nevan yang menaruh curiga padanya jika ia sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Meski kerap bersikap dingin dan cuek, namun ia termasuk orang yang paling peka terhadap sesuatu apalagi mengenai seseorang yang dekat dengan kehidupannya seperti kakak iparnya ini.

“Sini,” pinta Nevan yang menadahkan tangannya untuk meminta kunci mobil Elvira.

Elvira mengabaikan permintaannya lalu berkata, “Sudah ku bilang, tidak perlu.”

“Aku tidak akan membiarkan kamu menyetir mobil sendiri dengan keadaan kamu seperti ini, wajah kamu pucat sekali.” Nevan lalu memeriksa dahi Elvira dengan tangannya. “Badan kamu juga panas.”

“Aku bisa menyetir sendiri.”

“Tidak!” Nevan merebut kunci mobil yang dari tadi dipegang Elvira.

“Biar aku yang akan mengantar kamu,” paksa Nevan, lalu ia menyuruh Elvira untuk duduk di kursi penumpang.

...----------------...

Saat di perjalanan, Nevan sesekali memperhatikan Elvira yang tampak melamun berdiam diri sambil melempar pandangan keluar jendela mobil.

“Aku akan memberitahu kak Daffin dulu,” kata Nevan sembari mengambil ponselnya.

“Jangan!” larang Elvira yang langsung bereaksi cepat.

“Kenapa? Aku hanya akan memberitahunya jika aku akan sedikit terlambat karena mengantarkan kakak ipar dulu. Aku akan mengantar kamu ke dokter terlebih dahulu.”

“Jangan menghubunginya!” Elvira mencondongkan badannya kepada Nevan lalu merampas ponselnya, ia segera menyimpan benda tersebut di laci dasbor.

“Kenapa sih?” Nevan terheran kepada kakak iparnya itu.

Namun kali ini ia memperhatikan Elvira seperti sedang merasakan sesuatu pada penciumannya. Tiba-tiba Elvira sontak bereaksi mual dan reflek membekap mulutnya sendiri menahan sesuatu yang sepertinya hendak keluar.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Nevan lagi yang mulai cemas.

“Bau apa ini? Kamu yang pakai parfum ini? Tapi kok aromanya aku tidak suka ya?  Sangat mengganggu,” gerutu Elvira yang menutup hidung dan mulutnya saat memastikan mencium aroma parfum pada arah tubuh Nevan.

“Memangnya ada yang salah? Aku hanya memakainya sedikit pada jas ku, ini wangi parfum kesukaanku.”

“Lepas!” titah Elvira terdengar memaksa.

“Hah? Maksudnya?”

“Nevan, ku bilang lepas jas kamu. Aku tidak suka wanginya!”

Melihat di depan jalan sudah tampak lengang, Nevan langsung menepikan mobil. Ia sungguh terheran dengan sikap Elvira yang tiba-tiba seperti ini.

Meski merasa kesal, namun akhirnya ia menuruti saja melepaskan jas nya. Elvira yang melihatnya lalu mengambil jas tersebut dan melemparkannya ke kursi belakang seolah ia ingin jauh-jauh dari benda tersebut.

“Ini sudah jauh lebih baik.”

“Kamu benar-benar sakit, bahkan indera penciuman kamu saja sepertinya sedang bermasalah.”

“Ya sudah, cepat antar kan aku ke dokter. Aku benar-benar merasa tidak enak badan sekarang karena mencium bau parfum kamu!” omel Elvira.

Nevan pun menurut saja hingga tidak lama kemudian, mereka sudah tiba di rumah sakit. Selesai diperiksa dokter dan sudah menjelaskan gejala yang dialami Elvira sebelumnya, dokter menemui Elvira yang kini sudah duduk di depan meja kerja dokter tersebut di temani Nevan.

“Selamat ya, Ibu Elvira sedang hamil dan gejala yang dialami Ibu tadi adalah hal yang wajar. Jangan sampai terlalu lelah ya,” ujar seorang dokter perempuan yang tadi memeriksanya.

“Apa? Hamil?” Elvira seolah tidak percaya dan langsung merasa tidak bertenaga sembari menyadarkan punggungnya pada sandaran kursi.

“Iya, selamat ya kalian berdua akan segera menjadi orang tua.”

“Oh, tidak seperti itu, Dok. Dia adalah kakak ipar saya,” bantah Nevan.

“Oh begitu? Maaf ya, saya tidak tahu. Sebentar ya saya resep kan obatnya dulu.”

...----------------...

Setelah keluar dari ruangan dokter, Elvira melangkah dengan lemas dibarengi perasaan yang membuatnya bingung antara bahagia sekaligus sedih.

Harusnya ini menjadi kabar yang sangat membahagiakan baginya dan Daffin, akan tetapi menyadari kini keadaan hubungan mereka sudah berbeda membuat Elvira tidak bisa menahan kesedihannya apalagi ia sudah membulatkan tekad ingin berpisah.

“Selamat ya,” ucap Nevan.

Namun Elvira tidak menanggapinya melainkan hanya terdiam saja seperti memikirkan sesuatu yang masih mengganjal di benaknya.

“Bukan kah ini kabar bahagia? Kita harus memberi tahu semuanya, kak Daffin pasti sangat bahagia mendengarnya.”

“Tidak.”

“Loh kenapa?”

Tanpa ingin menjawab lagi pertanyaan Nevan, Elvira sudah terburu berjalan cepat dan langsung diikuti oleh Nevan.

Ketika sudah berada dalam mobil, Nevan tertegun sejenak melihat Elvira yang ini terlihat sangat sedih seperti menyesalkan sesuatu.

Dilihatnya Elvira saat ini menggenggam kuat tangannya di atas lutut seperti sedang berusaha meredam amarah.

Nevan hanya bisa terheran sendiri dengan beragam pertanyaan tersimpan di dalam kepalanya, bukankan harusnya ini menjadi kabar yang membahagiakan bagi Elvira, tapi yang punya diri justru bersikap sebaliknya.

Elvira lalu menoleh ke arahnya di sela diamnya lalu berucap tiba-tiba. “Nevan, aku mau minta tolong sama kamu.”

“Minta tolong apa?”

“Bawa aku ke tempat yang aman untuk menyendiri.”

“Maksud kamu?” Nevan semakin terheran dengan sikap Elvira hari ini, ia sama sekali tidak bisa menebak kakak iparnya itu.

“Lakukan saja permintaanku, aku mohon.”

Nevan mengikuti saja keinginannya dan langsung menancap gas.

...----------------...

Beberapa saat kemudian, Elvira kini sudah duduk di sebuah bangku yang ada di ketinggian balkon apartemen milik Nevan.

Sebelumnya Nevan memutuskan untuk membawanya kesini saja karena baginya ini mungkin tempat teraman untuk membawa Elvira karena ia juga tidak tahu harus membawanya kemana lagi.

Setidaknya jika membawa Elvira ke sini, Nevan tidak perlu khawatir jika akan meninggalkannya sendirian.

Sementara itu, Nevan saat ini sedang membuatkan segelas jus buah untuknya di ruang dapur.

Dari kejauhan Nevan memandang ke arah balkon yang masih terlihat dalam jangkauannya, ia masih saja terkejut dan tidak tahu harus berkata apa karena tadi beberapa menit sebelumnya Elvira sudah menceritakan permasalahan yang sedang dialaminya bersama Daffin.

Elvira juga memohon kepadanya agar tidak menceritakan semua yang diketahuinya saat ini kepada Dewanti dan Meisya sampai nanti Daffin sudah mau menceraikannya.

Nevan kemudian menghampiri Elvira dengan membawakan segelas jus buah untuknya.

Menyadari kehadiran Nevan membuat Elvira terburu untuk menghapus air matanya yang tadi mengalir tanpa henti karena memikirkan permasalahan yang dialaminya saat ini.

“Ini, minum dulu. Aku dengar minum jus buah sangat bagus untuk kandungan,” ujar Nevan menyerahkan gelas minuman tersebut untuknya.

Elvira mengambilnya sembari mengucapkan, "Terima kasih." Lalu segera meminumnya.

“Bisa kah kamu memikirkan lagi keputusan kamu?” tanya Nevan.

“Aku sudah memikirkannya, aku tidak memiliki jalan keluar selain berpisah.”

“Coba pertimbangkan lah lagi baik-baik, bukankah ini keputusan yang tidak main-main?”

Elvira hanya diam tanpa ingin menanggapi.

“Ya sudah, kalau begitu aku akan pergi sekarang karena ada urusan pekerjaan dengan kak Daffin,” pamit Nevan.

“Iya.”

“Nanti kamu akan tetap pulang ke rumah kan?”Nevan mengingatkannya.

“Iya, aku hanya ingin menyendiri sebentar di sini.”

“Oke.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari berganti.

Sakti menghela napas setelah sangat terkejut mendengarkan penuturan dari Daffin yang menceritakan tentang permasalahan yang saat ini sedang ia hadapi.

Di hadapannya saat ini sudah ada beberapa bagian kertas surat gugatan cerai yang kemarin Daffin hancurkan di depan Elvira.

Mau menyesal bagaimana pun juga terasa percuma karena semua sudah terjadi, kini Daffin hanya terus berpikir bagaimana ia bisa mempertahankan rumah tangganya.

Sejak kemarin Elvira masih bersikap dingin dan seakan tidak mau lagi bicara dengannya.

Sedangkan Sakti yang kini menjadi pendengar baik juga merasa tidak bisa melakukan apa-apa selain turut menyesalkan yang telah terjadi.

Ia juga tidak berani untuk ikut campur karena ini adalah urusan pribadi sahabatnya, ia hanya bisa mengutarakan bagaimana ia sangat menyayangkan jika keduanya sampai berpisah.

“Lalu, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?” tanya Sakti.

Daffin menatap ke arahnya seraya masih memikirkan sesuatu di kepalanya, ia sepertinya sudah terpikirkan untuk mengambil sebuah keputusan.

 

Bersambung ...

 

Terpopuler

Comments

Fatisya

Fatisya

tuh kan bener...
gimana ini?

2023-07-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01-- Terbangun
2 Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3 Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4 Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5 Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6 Bab 06-- Salah Paham
7 Bab 07-- Rencana Bertahan
8 Bab 08-- Bertahan Terluka
9 Bab 09-- Memilih Bertahan
10 Bab 10-- Tetap Bertahan
11 Bab 11-- Kebohongan
12 Bab 12-- Memaafkan
13 Bab 13-- Benalu Lain
14 Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15 Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16 Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17 Bab 17-- Menggenggam Duri
18 Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19 Bab 19-- Surat Cerai
20 Bab 20-- Rahasia Lain
21 Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22 Bab 22-- Peristiwa Duka
23 Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24 Bab 24-- Sisa Kesedihan
25 Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26 Bab 26-- Kedatangan Benalu
27 Bab 27-- Acara Perusahaan
28 Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29 Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30 Bab 30-- Tersesat
31 Bab 31-- Kembali Pulang
32 Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33 Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34 Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35 Bab 35-- Menata Hati
36 Bab 36-- Gejolak Perasaan
37 Bab 37-- Keluarga Anya
38 Bab 38-- Menguatkan Hati
39 Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40 Bab 40-- Penawar Gundah
41 Bab 41-- Debaran
42 Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43 Bab 43-- Sandiwara Anya
44 Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45 Bab 45-- Tumpuan Hati
46 Bab 46-- Mengaku
47 Bab 47-- Tentang Melody
48 Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49 Bab 49-- Bertamu
50 Bab 50-- Kegelisahan Anya
51 Bab 51-- Undangan Dadakan
52 Bab 52-- Sang Mantan
53 Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54 Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55 Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56 Bab 56-- Pertemuan Kerja
57 Bab 57-- Masalah Lagi
58 Bab 58-- Masalah Lanjutan
59 Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60 Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61 Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62 Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63 Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64 Bab 64-- Teman Lama
65 Bab 65-- Adegan Memalukan
66 Bab 66-- Kemarahan Anya
67 Bab 67-- Acara Universitas
68 Bab 68-- Janji Temu
69 Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70 Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71 Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72 Bab 72-- Kunjungan
73 Bab 73-- Misi Lain
74 Bab 74-- Karena Cemburu
75 Bab 75-- Kebohongan Anya
76 Bab 76-- Kemarahan Gio
77 Bab 77-- Tamu Hari Ini
78 Bab 78-- Rencana Gio
79 Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80 Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81 Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82 Bab 82-- Permintaan
83 Bab 83-- Rumah Kedua
84 Bab 84-- Tamu Penyusup
85 Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86 Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87 Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88 Bab 88-- Surat Kuasa
89 Bab 89-- Bersiap Pergi
90 Bab 90-- Kejutan Lain
91 Bab 91-- Pengakuan
92 Bab 92-- Memori Lama
93 Bab 93-- Terpaksa Pergi
94 Bab 94-- Dimana Elvira
95 Bab 95-- Mencari Elvira
96 Bab 96-- Diluar Rencana
97 Bab 97-- Kembali Pulang
98 Bab 98-- Dua Keluarga
99 Bab 99-- Kegusaran Anya
100 Bab 100-- Pengunjung Toko
101 Bab 101-- Ke Panti
102 Bab 102-- Menemui Bahaya
103 Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104 Bab 104-- Keikhlasan
105 Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106 Bab 106-- Sisa Kekecewaan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 01-- Terbangun
2
Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3
Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4
Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5
Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6
Bab 06-- Salah Paham
7
Bab 07-- Rencana Bertahan
8
Bab 08-- Bertahan Terluka
9
Bab 09-- Memilih Bertahan
10
Bab 10-- Tetap Bertahan
11
Bab 11-- Kebohongan
12
Bab 12-- Memaafkan
13
Bab 13-- Benalu Lain
14
Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15
Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16
Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17
Bab 17-- Menggenggam Duri
18
Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19
Bab 19-- Surat Cerai
20
Bab 20-- Rahasia Lain
21
Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22
Bab 22-- Peristiwa Duka
23
Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24
Bab 24-- Sisa Kesedihan
25
Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26
Bab 26-- Kedatangan Benalu
27
Bab 27-- Acara Perusahaan
28
Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29
Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30
Bab 30-- Tersesat
31
Bab 31-- Kembali Pulang
32
Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33
Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34
Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35
Bab 35-- Menata Hati
36
Bab 36-- Gejolak Perasaan
37
Bab 37-- Keluarga Anya
38
Bab 38-- Menguatkan Hati
39
Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40
Bab 40-- Penawar Gundah
41
Bab 41-- Debaran
42
Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43
Bab 43-- Sandiwara Anya
44
Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45
Bab 45-- Tumpuan Hati
46
Bab 46-- Mengaku
47
Bab 47-- Tentang Melody
48
Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49
Bab 49-- Bertamu
50
Bab 50-- Kegelisahan Anya
51
Bab 51-- Undangan Dadakan
52
Bab 52-- Sang Mantan
53
Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54
Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55
Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56
Bab 56-- Pertemuan Kerja
57
Bab 57-- Masalah Lagi
58
Bab 58-- Masalah Lanjutan
59
Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60
Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61
Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62
Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63
Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64
Bab 64-- Teman Lama
65
Bab 65-- Adegan Memalukan
66
Bab 66-- Kemarahan Anya
67
Bab 67-- Acara Universitas
68
Bab 68-- Janji Temu
69
Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70
Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71
Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72
Bab 72-- Kunjungan
73
Bab 73-- Misi Lain
74
Bab 74-- Karena Cemburu
75
Bab 75-- Kebohongan Anya
76
Bab 76-- Kemarahan Gio
77
Bab 77-- Tamu Hari Ini
78
Bab 78-- Rencana Gio
79
Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80
Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81
Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82
Bab 82-- Permintaan
83
Bab 83-- Rumah Kedua
84
Bab 84-- Tamu Penyusup
85
Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86
Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87
Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88
Bab 88-- Surat Kuasa
89
Bab 89-- Bersiap Pergi
90
Bab 90-- Kejutan Lain
91
Bab 91-- Pengakuan
92
Bab 92-- Memori Lama
93
Bab 93-- Terpaksa Pergi
94
Bab 94-- Dimana Elvira
95
Bab 95-- Mencari Elvira
96
Bab 96-- Diluar Rencana
97
Bab 97-- Kembali Pulang
98
Bab 98-- Dua Keluarga
99
Bab 99-- Kegusaran Anya
100
Bab 100-- Pengunjung Toko
101
Bab 101-- Ke Panti
102
Bab 102-- Menemui Bahaya
103
Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104
Bab 104-- Keikhlasan
105
Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106
Bab 106-- Sisa Kekecewaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!