Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan

Setibanya di kamar rawat Elvira, Sakti langsung menghadapnya. Ia melihat Elvira duduk tenang di ranjang rawatnya.

“Kamu selalu datang tepat waktu.” Elvira tersenyum senang melihat kehadiran Sakti. “Makanya aku suka mengandalkan kamu.”

“Ada yang bisa saya bantu, Bu?”

“Duduklah,” pinta Elvira, Sakti menurut saja dan langsung meraih kursi yang ada di samping ranjang.

“Sakti, sebelum aku mengenal suamiku, kamu sudah lebih lama mengenalnya. Aku hanya penasaran, sejauh mana kamu mengenalnya?”

Sakti sempat terdiam sejenak mencerna pertanyaan dari istri bosnya itu, ia sedikit penasaran kenapa Elvira tiba-tiba saja menanyakan hal tersebut kepadanya.

“Kami cukup dekat, saya mengenalnya dengan baik. Apa ada hal yang ingin Bu Elvira ketahui?”

“Itu, misalnya apa dia sering membicarakan tentang masalah pribadinya.”

“Selain masalah pekerjaan, tidak ada hal yang lebih banyak dibicarakannya selain bercerita betapa ia sangat mencintai Bu Elvira.”

Sakti melempar senyuman kepada Elvira, namun detik berikutnya ia lansung menyadari Elvira menunjukkan raut wajah tampak sedih.

“Kamu tahu, setitik kesalahpahaman bisa menimbulkan keraguan. Sedikit keraguan bisa saja akan menghancurkan sebuah kepercayaan. Aku hanya perlu meluruskan sebuah kesalahpahaman,” tutur Elvira.

“Apa terjadi sesuatu?” tanya Sakti nampak penasaran.

“Aku tidak yakin, aku berharap prasangka ku ini salah. Aku tahu dia sangat mencintaiku dan aku tidak pernah sedikit pun meragukan itu, tapi akhir-akhir ini ada sesuatu yang sangat mengganggu pikiranku.”

“Apa ada yang bisa saya bantu?”

Elvira menatapnya. “Aku ingin kamu menghubungi perempuan yang bernama Anya itu, ada hal yang perlu aku bicarakan dengannya.”

“Tunggu, Anya? Apa dia Anya sekretaris pak Daffin?”

“Iya.”

“Maksudnya, Bu Elvira mencurigai sesuatu terjadi di antara mereka?”

“Sudah ku katakan kan aku ingin meluruskan suatu kesalahpahaman. Aku tidak akan menuduh seseorang tanpa beralasan. Kamu yakin tidak mengetahui sesuatu?”

Sakti hanya menggeleng karena ia merasa tidak tahu.

“Aku tidak ingin berprasangka yang tidak baik terhadap suamiku, aku harap aku salah menerka. Tolong jangan bicarakan tentang hal ini kepada siapapun.”

“Baik, Bu.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari ini Anya masuk ke ruangan tempat Elvira dirawat. Anya memenuhi panggilan Elvira yang ingin bertemu dengannya. Elvira yang kini duduk di kursi roda terlihat sudah menunggunya, ia menghela saat napas menyadari kehadiran Anya.

“Kamu datang juga. Silahkan duduk,” ujar Elvira basa basi sembari mempersilakan.

“Tentu saja, karena Bu Elvira yang mengundang saya. Tampaknya keadaan Bu Elvira sudah jauh lebih membaik,” sahut Anya, lalu duduk di sofa.

“Seperti yang kamu lihat.”

Keadaan tampak hening dan tenang saat Elvira belum juga memulai pembicaraan, melainkan ia hanya berdiam diri sambil memandang ke arah Anya, perempuan berwajah cantik, penampilan rapi serta menarik untuk dipandangi.

Sedangkan Anya sesekali membalas menatapnya dan ia tidak memungkiri jika ia sempat mengagumi kecantikan Elvira yang seakan tidak luntur meski saat ini tidak terlihat memakai riasan wajah, melainkan hanya menggunakan baju pasien rumah sakit. Namun sepertinya hal itu tidak membuatnya sedikit pun kehilangan kepercayaan diri untuk bisa memenangkan hati Daffin.

Menghabiskan cukup banyak waktu sebelumnya untuk merenung membuat Elvira harus mempersiapkan diri untuk berhadapan dengan tamunya ini, ia sudah tampak lebih tenang karena lebih bisa mengelola emosinya dengan baik.

Hari ini ia harus mendapatkan jawaban dari semua kekeliruannya, ia tidak ingin lagi percaya begitu saja dengan perkataan perempuan ini.

“Apa ada hal yang ingin kamu sampaikan?” tanya Anya.

“Aku banyak merenung setelah mendengar perkataan kamu kemarin. Aku memikirkan bagaimana bisa aku begitu saja mempercayainya hingga aku tidak bisa mengendalikan amarah. Kamu pasti sangat terkejut melihat kondisiku kemarin.”

Anya masih mendengarkan apa sebenarnya yang hendak dikatakan oleh Elvira sambil mencerna setiap perkataannya yang terdengar santai.

“Karena kamu mungkin sudah cukup lama bekerja dengan suamiku, aku yakin kamu tahu bagaimana dia. Dia suka bersikap baik terhadap semua orang. Selain kekayaan, bagi kebanyakan perempuan dia juga memiliki wajah yang tampan. Aku tidak menampik jika banyak perempuan diluar sana yang menginginkannya. Tapi melihat bagaimana cara dia mencintaiku, aku tidak yakin masih ada tempat untuk perempuan lain dalam hidupnya.”

“Maksud kamu, kamu ragu dengan yang sudah kukatakan kemarin?” sambar Anya dengan emosi yang masih tertahan.

“Maksudku, yang kamu katakan itu berbanding terbalik dengan keadaan sebenarnya. Kamu mungkin sulit membedakan antara kebaikannya atau kah memang itu hanya cinta sepihak kamu yang tidak berbalas. Saranku, jangan mengharapkan lebih dari mencintai seorang pria yang sudah memiliki istri.”

“Jadi ini yang kamu harapkan? Oke, karena kamu sudah memancingku, aku harap kamu menyiapkan diri untuk melihat ini,” tantang Anya.

Anya lalu mengambil ponsel miliknya dari dalam tas, detik berikutnya ia menunjukkan sebuah foto dari ponsel tersebut kepada Elvira. Foto yang menunjukkan saat Daffin tertidur lelap dalam pelukannya saat mereka bersama dengan balutan selimut yang sama tanpa busana di sebuah kamar mewah.

“Perkataan ku bukan sekedar ucapan,” ujar Anya merasa menang melihat wajah Elvira yang sangat terkejut.

Sedangkan Elvira masih menahan amarahnya saat ia mulai merasa naik darah melihat foto tersebut dan mendapati kenyataan yang sungguh menyakitkan.

Matanya yang terbuka lebar hampir tanpa berkedip untuk beberapa detik itu kini terasa mulai perih seiring gejolak amarahnya, ia masih berusaha menahan diri dengan menggenggam erat tangannya sendiri.

Akhirnya Anya menunjukkan bukti yang menjawab keraguannya. Meski hatinya sangat sakit melihatnya, namun Elvira berdalih tetap kuat menyembunyikan sisi rapuhnya saat ini.

“Bagaimana? Apa ada yang ingin kamu katakan sekarang? Jangan marah kepadanya, cukup salahkan diri kamu sendiri. Aku hanya memberikan apa yang dia inginkan yang tidak dapat diberikan oleh istrinya sendiri. Sudah ku katakan, aku sangat mencintainya.”

Anya merasa puas karena telah meruntuhkan kesombongan Elvira dan membuatnya bungkam untuk beberapa saat tanpa Anya ketahui jika Elvira sedang mengumpulkan segala kekuatan untuk menyikapi kenyataan ini.

“Seberapa pun kamu mencintai suamiku, kamu tidak akan pernah mendapatkan apa yang kamu inginkan. Kamu mungkin merasa dengan bisa bersamanya sudah bisa memilikinya, kamu mungkin tidak tahu apa sebenarnya arti diri kamu baginya. Percayalah, meski dia terlihat senang saat bersama kamu, yang terjadi sebenarnya adalah hanya kesenangannya sesaat. Bagaimanapun juga, dia akan tetap kembali kepada istrinya, kamu tidak berarti apapun baginya.” Elvira angkat bicara di tengah keperihan batinnya.

“Haruskah ku buat dia meninggalkan kamu? Hah!” Anya tampak tersulut emosi mendengar perkataan Elvira yang terdengar meremehkannya.

“Dia tidak akan bisa meninggalkanku, tidak akan ada tempat untuk kamu di antara kami berdua.”

“Jangan terlalu percaya diri!”

“Aku mengatakan yang sebenarnya. Jadi, bisakah kamu menjauh dan meninggalkannya?” tanya Elvira terdengar seperti sebuah permintaan karena saat ini ia sangat berusaha menahan diri agar tidak tersulut emosi.

“Sayangnya aku tidak bisa,” jawab Anya.

“Kamu bilang, perasaan kamu sangat tulus kepadanya. Bisakah kamu mengalah saja untukku? Biarkan dia bersamaku tanpa kamu harus mengganggunya karena aku yang lebih berhak memilikinya.”

“Apa? Kamu benar-benar membuatku muak!” ketus Anya meninggikan nada suaranya.

“Aku sudah pernah bilang, harusnya kamu tahu dimana posisi kamu seharusnya. Silahkan bertahan dengan sesuatu yang kamu sebut cinta atau apalah itu, tapi harus kamu tahu aku tidak akan pernah membiarkan kamu menghancurkan rumah tanggaku. Makin keras kamu berusaha, aku juga akan bersikeras mempertahankannya.”

“Kamu bertahan hanya karena cinta dari Daffin. Kita lihat saja nanti seberapa kuat kamu bertahan saat menyadari jika cintanya telah berubah. Apa yang bisa kamu lakukan jika hatinya sudah berpaling?”

Setelah puas mengatakan itu kepada Elvira, Anya segera pergi meniggalkan Elvira yang sedang menahan keperihan di hatinya.

Begitu perempuan itu sudah menghilang dari pandangannya, air mata yang tadi tertahan kini mengalir dengan deras di pelupuk mata Elvira. Puas menahan diri selama di hadapan Anya, kini Elvira bisa melepas semua rasa yang sejak tadi berkecamuk di dalam dadanya.

Elvira menangis dengan sesenggukan menyadari betapa tak kuasanya ia menghadapi kenyataan. Tidak ada yang memahami betapa rapuhnya ia saat ini meski ia bisa terlihat setegar karang saat di depan orang lain.

Hal ini yang selalu Elvira takutkan saat ia memutuskan membuka hatinya untuk mencintai seseorang, hatinya yang belum siap terluka justru harus dihadapkan pada sebuah pengkhianatan dan karena rasa cinta yang sudah merasuk di dalam dadanya lah yang membuatnya menjadi lemah seperti ini. Ternyata ia tidak sekuat yang ia bayangkan.

Sembari menyeka air mata yang sudah membanjiri pipinya, Elvira juga menyimpan kemarahan yang besar karena pengkhianatan Daffin.

Ia pikir selama ini Daffin sangat mencintai dan bersedia menunggunya,tapi Elvira rasanya tidak bisa menerima pengkhianatan ini begitu saja mengingat sikap yang ditunjukkan Daffin kepadanya tempo hari.

Sejujurnya dari hatinya yang paling terdalam, ia juga mulai takut jika seandainya Daffin sudah tak menginginkannya lagi padahal selama ini Elvira selalu bergantung padanya.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Setia R

Setia R

kenapa ya, dimana-mana pelakor tak tahu malu?

2023-07-26

1

kimraina

kimraina

Ini foto bener apa rekayasa ya 😭 sedih kalo bener 😭

2023-07-04

1

😺 Aning 😾

😺 Aning 😾

semakin kesini aku semakin emosi.

2023-06-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01-- Terbangun
2 Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3 Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4 Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5 Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6 Bab 06-- Salah Paham
7 Bab 07-- Rencana Bertahan
8 Bab 08-- Bertahan Terluka
9 Bab 09-- Memilih Bertahan
10 Bab 10-- Tetap Bertahan
11 Bab 11-- Kebohongan
12 Bab 12-- Memaafkan
13 Bab 13-- Benalu Lain
14 Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15 Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16 Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17 Bab 17-- Menggenggam Duri
18 Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19 Bab 19-- Surat Cerai
20 Bab 20-- Rahasia Lain
21 Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22 Bab 22-- Peristiwa Duka
23 Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24 Bab 24-- Sisa Kesedihan
25 Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26 Bab 26-- Kedatangan Benalu
27 Bab 27-- Acara Perusahaan
28 Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29 Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30 Bab 30-- Tersesat
31 Bab 31-- Kembali Pulang
32 Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33 Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34 Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35 Bab 35-- Menata Hati
36 Bab 36-- Gejolak Perasaan
37 Bab 37-- Keluarga Anya
38 Bab 38-- Menguatkan Hati
39 Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40 Bab 40-- Penawar Gundah
41 Bab 41-- Debaran
42 Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43 Bab 43-- Sandiwara Anya
44 Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45 Bab 45-- Tumpuan Hati
46 Bab 46-- Mengaku
47 Bab 47-- Tentang Melody
48 Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49 Bab 49-- Bertamu
50 Bab 50-- Kegelisahan Anya
51 Bab 51-- Undangan Dadakan
52 Bab 52-- Sang Mantan
53 Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54 Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55 Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56 Bab 56-- Pertemuan Kerja
57 Bab 57-- Masalah Lagi
58 Bab 58-- Masalah Lanjutan
59 Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60 Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61 Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62 Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63 Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64 Bab 64-- Teman Lama
65 Bab 65-- Adegan Memalukan
66 Bab 66-- Kemarahan Anya
67 Bab 67-- Acara Universitas
68 Bab 68-- Janji Temu
69 Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70 Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71 Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72 Bab 72-- Kunjungan
73 Bab 73-- Misi Lain
74 Bab 74-- Karena Cemburu
75 Bab 75-- Kebohongan Anya
76 Bab 76-- Kemarahan Gio
77 Bab 77-- Tamu Hari Ini
78 Bab 78-- Rencana Gio
79 Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80 Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81 Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82 Bab 82-- Permintaan
83 Bab 83-- Rumah Kedua
84 Bab 84-- Tamu Penyusup
85 Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86 Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87 Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88 Bab 88-- Surat Kuasa
89 Bab 89-- Bersiap Pergi
90 Bab 90-- Kejutan Lain
91 Bab 91-- Pengakuan
92 Bab 92-- Memori Lama
93 Bab 93-- Terpaksa Pergi
94 Bab 94-- Dimana Elvira
95 Bab 95-- Mencari Elvira
96 Bab 96-- Diluar Rencana
97 Bab 97-- Kembali Pulang
98 Bab 98-- Dua Keluarga
99 Bab 99-- Kegusaran Anya
100 Bab 100-- Pengunjung Toko
101 Bab 101-- Ke Panti
102 Bab 102-- Menemui Bahaya
103 Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104 Bab 104-- Keikhlasan
105 Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106 Bab 106-- Sisa Kekecewaan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 01-- Terbangun
2
Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3
Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4
Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5
Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6
Bab 06-- Salah Paham
7
Bab 07-- Rencana Bertahan
8
Bab 08-- Bertahan Terluka
9
Bab 09-- Memilih Bertahan
10
Bab 10-- Tetap Bertahan
11
Bab 11-- Kebohongan
12
Bab 12-- Memaafkan
13
Bab 13-- Benalu Lain
14
Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15
Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16
Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17
Bab 17-- Menggenggam Duri
18
Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19
Bab 19-- Surat Cerai
20
Bab 20-- Rahasia Lain
21
Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22
Bab 22-- Peristiwa Duka
23
Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24
Bab 24-- Sisa Kesedihan
25
Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26
Bab 26-- Kedatangan Benalu
27
Bab 27-- Acara Perusahaan
28
Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29
Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30
Bab 30-- Tersesat
31
Bab 31-- Kembali Pulang
32
Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33
Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34
Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35
Bab 35-- Menata Hati
36
Bab 36-- Gejolak Perasaan
37
Bab 37-- Keluarga Anya
38
Bab 38-- Menguatkan Hati
39
Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40
Bab 40-- Penawar Gundah
41
Bab 41-- Debaran
42
Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43
Bab 43-- Sandiwara Anya
44
Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45
Bab 45-- Tumpuan Hati
46
Bab 46-- Mengaku
47
Bab 47-- Tentang Melody
48
Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49
Bab 49-- Bertamu
50
Bab 50-- Kegelisahan Anya
51
Bab 51-- Undangan Dadakan
52
Bab 52-- Sang Mantan
53
Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54
Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55
Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56
Bab 56-- Pertemuan Kerja
57
Bab 57-- Masalah Lagi
58
Bab 58-- Masalah Lanjutan
59
Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60
Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61
Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62
Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63
Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64
Bab 64-- Teman Lama
65
Bab 65-- Adegan Memalukan
66
Bab 66-- Kemarahan Anya
67
Bab 67-- Acara Universitas
68
Bab 68-- Janji Temu
69
Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70
Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71
Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72
Bab 72-- Kunjungan
73
Bab 73-- Misi Lain
74
Bab 74-- Karena Cemburu
75
Bab 75-- Kebohongan Anya
76
Bab 76-- Kemarahan Gio
77
Bab 77-- Tamu Hari Ini
78
Bab 78-- Rencana Gio
79
Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80
Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81
Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82
Bab 82-- Permintaan
83
Bab 83-- Rumah Kedua
84
Bab 84-- Tamu Penyusup
85
Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86
Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87
Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88
Bab 88-- Surat Kuasa
89
Bab 89-- Bersiap Pergi
90
Bab 90-- Kejutan Lain
91
Bab 91-- Pengakuan
92
Bab 92-- Memori Lama
93
Bab 93-- Terpaksa Pergi
94
Bab 94-- Dimana Elvira
95
Bab 95-- Mencari Elvira
96
Bab 96-- Diluar Rencana
97
Bab 97-- Kembali Pulang
98
Bab 98-- Dua Keluarga
99
Bab 99-- Kegusaran Anya
100
Bab 100-- Pengunjung Toko
101
Bab 101-- Ke Panti
102
Bab 102-- Menemui Bahaya
103
Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104
Bab 104-- Keikhlasan
105
Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106
Bab 106-- Sisa Kekecewaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!