Cinta Untuk Istri Sang Pewaris

Cinta Untuk Istri Sang Pewaris

Bab 01-- Terbangun

Sebuah mobil melaju kencang, dengan gagahnya menyisir desiran angin yang meniup hamparan rerumputan di kedua sisi jalan.

Dua insan yang berada di dalamnya tampak menebarkan senyum kebahagiaan. Keduanya sesekali saling melempar pandangan, tanpa ingin melepas tangan yang saling bertaut.

“Mas, ada yang ingin ku katakan,” ungkap sang wanita berparas cantik yang duduk di kursi penumpang dengan nada lembut.

“Ada apa, Sayang?” Sang pria langsung tanggap.

Namun tiba-tiba terdengar suara dari sebuah ponsel yang akhirnya mengganggu momen pembicaraan, membuat sang pria melepaskan tangan istrinya tersebut serta mengabaikannya sebentar untuk memeriksa panggilan yang masuk.

Sorot matanya langsung berubah setelah melihat ponselnya, ia terpaku sejenak sembari jarinya mengusap layar sentuh ponsel dan membuat panggilan berakhir.

“Kenapa di reject, Mas?”

“Hanya panggilan yang tidak penting, Sayang,” jawabnya.

Detik berikutnya, bunyi singkat dari ponsel kembali menarik perhatiannya untuk membuka sebuah pesan sembari terus mengemudikan mobilnya.

“Mas, mau aku bantu membacakan pesannya? Lebih kamu fokus nyetir saja,” saran sang istri menawarkan bantuan.

“Tidak apa-apa, Sayang,” tolaknya secara halus, lalu segera mengunci tombol layar dan meletakkan kembali ke dasbor.

Raut wajahnya menampilkan sesuatu yang tak mampu dibaca oleh sang istri, sementara ini sang pria masih terdiam seperti menyimpan banyak pikiran di kepala hingga ia tidak lagi fokus pada sang istri.

“Mas? Kamu baik-baik saja?”

Pertanyaan penuh perhatian itu lenyap begitu saja tanpa ada tanggapan karena sang pria terlalu terikat pada pikirannya sendiri.

“Mas! Awas!” Panggilan terakhir yang terucap itu baru membuatnya segera sadar akan ada sebuah bahaya di depan mereka saat ini.

Tampak di depan sudah ada sebuah truk kontainer bermuatan baru berbelok dari sebuah pertigaan jalan seperti hendak memasuki jalur mobil mereka, akan tetapi sang pengendara mobil pribadi yang sempat tidak fokus berkendara terlanjur tidak sempat lagi melambatkan laju mobilnya.

Ia berusaha dengan segenap kemampuan membanting setir untuk menghindarinya akan tetapi sudah terlambat dan tabrakan keras yang saling menghantam pun tidak terelakkan lagi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sepasang netra bermanik coklat milik seorang wanita terbuka seketika dan nyaris terlihat terbelalak sempurna di keheningan ruangan yang hanya memperdengarkan bunyi dari monitor pemantau ala-alat medis yang terpasang di tubuhnya.

Sebuah peristiwa nahas itu tergambar jelas dalam memori tak terbatas yang akhirnya membawa respon kesadaran membangunkannya dari mimpi panjang.

“Elvira!” Suara dari wanita tua menyerukan namanya dengan getaran nada penuh rasa kekhawatiran.

Mata indah dengan bulu mata lentik itu langsung mengarah untuk melihat wajah dari orang yang memanggil. Indera penglihatannya berfungsi normal masih bisa mengenali sosok wanita yang selalu memandangnnya penuh cinta dan perhatian itu.

“Oma,” lirihnya dengan suara yang masih agak berat meski napasnya terpantau normal dibalik selang oksigen yang masih menempel di area hidung.

“Nevan! Cepat panggil dokter, kakak ipar kamu sudah bangun,” titah wanita tua itu menyuruh cucunya yang juga sedang berada di ruang rawat tersebut dan langsung dikerjakan oleh pemilik nama.

Tidak berselang lama, seorang dokter yang tampak masih terlihat muda masuk ke ruangan dan segera memeriksa keadaan sang pasien. Rona wajahnya menggambarkan sebuah perasaan turut senang mengetahui betapa pasiennya ini mampu bertahan dengan baik selama beberapa hari setelah melewati masa kritis akibat kejadian itu.

“Dr. Raldy, bagaimana keadaan cucu menantu saya?”

“Ibu Dewanti tenang saja, kondisinya sudah jauh membaik setelah beberapa hari ini. Semua tanda-tanda vital yang dipantau pada tubuhnya dalam keadaan stabil. Setelah ini, kami masih akan terus memantau kondisinya secara berkala. Selama masa pemulihan, tetaplah banyak-banyak istirahat,” ujar dokter tersebut.

Lalu ia membantu melepaskan selang oksigen. “Sekarang kamu bisa bernapas tanpa alat bantu.”

Tiba-tiba pria berjas putih itu menyadari tatapan Elvira kepadanya. Tersiratkan mereka bukanlah orang yang baru pertama kali bertemu, namun menyimpan sebuah cerita sebelumnya.

“Kamu akan baik-baik saja,” ujar Raldy yang saat ini menebar energi semangat untuknya, senyumnya mengambang penuh arti.

Elvira lalu mencoba untuk bangun akan tetapi keadaan tubuhnya masih terasa sangat lemah, seperti ada magnet besar menariknya kembali ke ranjang pembaringan khusus pasien VIP tersebut.

“Sayang, tetaplah berbaring,” pinta Dewanti.

Elvira menahan posisi setengah bangun, lantas merasakan sesuatu terjadi pada salah satu kakinya yang terasa kaku disertai rasa sakit.

“Oma, kaki aku,” lirihnya mulai merasa panik takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya.

“Kaki kanan kamu mengalami luka yang cukup serius karena ada tulang yang retak. Setelah tindakan operasi yang kami lakukan waktu itu, mungkin untuk sementara kaki kamu tidak bisa digunakan untuk berjalan.” Raldy menjelaskan dengan rasa sesal.

“Apa?!” Elvira merasa terkejut sekaligus merasa pilu hingga membuatnya terisak.

“Sayang.” Dewanti yang memahami perasaannya langsung memeluk untuk menenangkannya lalu segera membantunya untuk berbaring lagi.

“Setelah masa pemulihan, kamu pasti akan bisa berjalan lagi. Untuk sementara menjalani masa itu, sebaiknya menggunakan kursi roda dulu,” pungkas Raldy.

“Ini tidak akan lama kan, Dok?” tanya Dewanti mewakili perasaan Elvira.

Pria itu menghela napas lalu berkata, “Tergantung bagaimana masa pemulihannya, Bu.”

Merasa sudah selesai dengan tugasnya, Raldy pun segera pamit untuk meninggalkan ruangan.

“Oma, apa aku tidak akan bisa berjalan?” tanya Elvira yang masih tidak bisa menerima sepenuhnya kondisinya saat ini.

“Oma mengerti perasaan kamu, tapi kamu jangan panik dulu ya. Kata dokter kan ini hanya sementara. Oma akan lakukan apapun untuk percepatan kesembuhan kamu.”

“Oma, mas Daffin! Bagaimana mas Daffin?” tanya Elvira yang seketika mengingat suaminya itu.

“Dia, masih belum sadarkan diri,” jawab Dewanti terdengar lesu.

“Apa?!” Mendengar itu membuat Elvira turut lesu, badannya terasa lunglai.

Tiba-tiba ia merasakan sangat pusing di bagian kepalanya kala kembali mengingat peristiwa nahas itu.

“Oma, aku mau melihat mas Daffin,” pinta Elvira di sela masih menahan rasa di kepalanya, namun saat ini rasa khawatir yang menyeruak mampu mengalahkan rasa sakit itu.

“Lebih baik kamu istirahat dulu ya, Sayang. Kondisi kamu juga masih sangat lemah. Kamu baru sadarkan diri setelah tiga hari, loh. Kamu tenang saja ya, ada Sakti yang akan menjaga Daffin.”

“Iya, Oma.” Elvira melemaskan diri sembari berbaring walau pikirannya masih saja menyimpan kekhawatiran pada keadaan suaminya.

...----------------...

Masih dalam keadaannya yang lemah, Elvira merasa sangat gelisah karena ia merasa harus melihat langsung bagaimana keadaan Daffin. Mengalami kejadian nahas itu bersama membuat perasaan Elvira sedikit melunak untuknya.

Memang, selama menjalani pernikahan dua tahun belakangan ini, tidak ada perasaan cinta yang tercipta dari Elvira untuk suaminya. Namun pikiran tentang kondisi Daffin yang masih belum juga sadar sejak mengalami kejadian itu, membuatnya sulit untuk berbaring tenang di ranjang rawatnya.

Ia juga tidak mengerti apa yang dirasakannya, selama ini ia menutup hati untuk suaminya karena memang merasa sangat sulit untuk bisa mencintai seorang pria.

Pada saat Daffin memintanya untuk menikah dengannya pun, Elvira berkali-kali menolak. Namun kegigihan Daffin yang sangat menginginkannya, akhirnya membuat Elvira sedikit luluh karena kehadiran Daffin yang menawarkan kebahagiaan serta kehidupan penuh kemewahan dan kekuasaan untuknya yang memang sedang mengalami permasalahan pelik dalam hidup kala itu.

...----------------...

Elvira melirik ke arah luar jendela yang hanya menampakkan pekatnya malam, ini sudah beberapa jam sejak ia tiba-tiba sadarkan dari setelah beberapa hanya terpejam diam. Setelah merasa cukup mendapat asupan nutrisi dari cairan infus dan makanan, ia merasa sedikit lebih bertenaga.

Dilihatnya di salah satu sudut ruangan tampak Nevan—yang merupakan adik dari suaminya saat ini sepertinya sudah tertidur lelap di sebuah sofa panjang.

Sejak ditugaskan oleh Dewanti untuk turut menjaga Elvira, pria yang hampir seumuran dengannya itu belum juga meninggalkan ruangan ini.

Elvira tidak terlalu akrab dengannya karena Nevan selama ini memilih tinggal di luar negeri dan baru dalam seminggu ini ia kembali, itu pun atas permintaan Daffin—sang kakak yang sangat ingin bertemu dengannya dan berharap agar Nevan bisa kembali tinggal disini untuk membantu mengurus Arkatama grup yang saat ini dipimpin oleh Daffin.

Pembawaan Nevan yang kerap bersikap dingin dan cuek membuat Elvira terkadang tidak ingin terlibat dengannya, meski sesekali ia dan Nevan pernah berbincang singkat dan mencoba akrab karena terikat hubungan kekerabatan sebagai ipar.

Tanpa pikir lagi, akhirnya Elvira berinisiatif saja untuk bangkit, tetapi ia hanya bisa beralih ke posisi duduk. Ia harus mendapat bantuan seseorang jika hendak pergi kemana-mana mengingat kondisi kakinya.

Dalam situasi seperti ini, Elvira merasa ragu memanggil adik iparnya itu untuk meminta tolong. Apalagi ia sudah dalam keadaan tidur karena banyak menghabiskan waktu untuk menjaganya disini.

Elvira mencoba untuk menggerakkan kakinya, ia merasa sangat kesulitan karena masih ada rasa sakit yang dirasa. Saat perlahan kakinya hampir menyentuh lantai, ia kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh membuatnya mengaduh kesakitan.

Nevan yang terbangun karena mendengar suara Elvira langsung menoleh dan terkejut melihat kakak iparnya sudah tersungkur di lantai.

Nevan yang terlihat khawatir lalu bergegas menghampiri. "Kamu tidak apa-apa? Apa yang terjadi?"

"Aku tidak apa-apa," jawab Elvira.

"Biar aku bantu." Nevan langsung mengangkat tubuh Elvira untuk membaringkan kembali ke ranjang rawat.

“Nevan, aku mohon. Izinkan aku melihat mas Daffin,” pinta Elvira memohon padanya.

Sorot mata dari pria tersebut langsung berubah dan menatapnya dingin. “Ini sudah malam, lebih baik kamu banyak istirahat.”

“Aku tidak bisa tidur, aku ingin melihatnya. Aku sangat mengkhawatirkannya, bagaimana keadaannya sekarang?” Perkataan Elvira terdengar lirih.

“Khawatir? Aku baru tahu kalau kamu juga bisa mengkhawatirkan kak Daffin selain mengabaikan perasaannya," sahut Nevan dengan nada terkesan marah.

“Apa maksud kamu?”

“Berhenti berpura-pura! Berhenti untuk mencari muka apalagi di depan oma, perasaan oma terlalu halus untuk dibohongi.” Nevan rupanya benar-benar menunjukkan kemarahannya yang sejauh ini ia simpan.

“Apa? Beraninya kamu bicara seperti ini di depan kakak ipar kamu, kamu tidak tahu apa-apa.” Elvira jadi merasa kesal karena perkataan Nevan.

“Justru karena aku tahu apa yang kamu lakukan kepada kak Daffin selama ini, aku tidak akan membiarkan kamu sedikit pun menyakitinya,” tegas Nevan, lalu ia segera kembali ke sofa dan merebahkan diri.

“Ada apa dengannya?” Elvira tampak membingung sendiri.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

tia

tia

kak, aku kagum dengan cara kakak merangkai kata-kata, bagus banget!

2023-07-12

1

PORREN46R

PORREN46R

gila ceritanya bagus kali ketimbang punya ku

2023-06-26

1

canvie

canvie

mencium bau bau perselingkuhan

2023-06-26

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01-- Terbangun
2 Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3 Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4 Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5 Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6 Bab 06-- Salah Paham
7 Bab 07-- Rencana Bertahan
8 Bab 08-- Bertahan Terluka
9 Bab 09-- Memilih Bertahan
10 Bab 10-- Tetap Bertahan
11 Bab 11-- Kebohongan
12 Bab 12-- Memaafkan
13 Bab 13-- Benalu Lain
14 Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15 Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16 Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17 Bab 17-- Menggenggam Duri
18 Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19 Bab 19-- Surat Cerai
20 Bab 20-- Rahasia Lain
21 Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22 Bab 22-- Peristiwa Duka
23 Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24 Bab 24-- Sisa Kesedihan
25 Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26 Bab 26-- Kedatangan Benalu
27 Bab 27-- Acara Perusahaan
28 Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29 Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30 Bab 30-- Tersesat
31 Bab 31-- Kembali Pulang
32 Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33 Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34 Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35 Bab 35-- Menata Hati
36 Bab 36-- Gejolak Perasaan
37 Bab 37-- Keluarga Anya
38 Bab 38-- Menguatkan Hati
39 Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40 Bab 40-- Penawar Gundah
41 Bab 41-- Debaran
42 Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43 Bab 43-- Sandiwara Anya
44 Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45 Bab 45-- Tumpuan Hati
46 Bab 46-- Mengaku
47 Bab 47-- Tentang Melody
48 Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49 Bab 49-- Bertamu
50 Bab 50-- Kegelisahan Anya
51 Bab 51-- Undangan Dadakan
52 Bab 52-- Sang Mantan
53 Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54 Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55 Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56 Bab 56-- Pertemuan Kerja
57 Bab 57-- Masalah Lagi
58 Bab 58-- Masalah Lanjutan
59 Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60 Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61 Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62 Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63 Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64 Bab 64-- Teman Lama
65 Bab 65-- Adegan Memalukan
66 Bab 66-- Kemarahan Anya
67 Bab 67-- Acara Universitas
68 Bab 68-- Janji Temu
69 Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70 Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71 Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72 Bab 72-- Kunjungan
73 Bab 73-- Misi Lain
74 Bab 74-- Karena Cemburu
75 Bab 75-- Kebohongan Anya
76 Bab 76-- Kemarahan Gio
77 Bab 77-- Tamu Hari Ini
78 Bab 78-- Rencana Gio
79 Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80 Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81 Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82 Bab 82-- Permintaan
83 Bab 83-- Rumah Kedua
84 Bab 84-- Tamu Penyusup
85 Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86 Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87 Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88 Bab 88-- Surat Kuasa
89 Bab 89-- Bersiap Pergi
90 Bab 90-- Kejutan Lain
91 Bab 91-- Pengakuan
92 Bab 92-- Memori Lama
93 Bab 93-- Terpaksa Pergi
94 Bab 94-- Dimana Elvira
95 Bab 95-- Mencari Elvira
96 Bab 96-- Diluar Rencana
97 Bab 97-- Kembali Pulang
98 Bab 98-- Dua Keluarga
99 Bab 99-- Kegusaran Anya
100 Bab 100-- Pengunjung Toko
101 Bab 101-- Ke Panti
102 Bab 102-- Menemui Bahaya
103 Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104 Bab 104-- Keikhlasan
105 Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106 Bab 106-- Sisa Kekecewaan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 01-- Terbangun
2
Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3
Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4
Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5
Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6
Bab 06-- Salah Paham
7
Bab 07-- Rencana Bertahan
8
Bab 08-- Bertahan Terluka
9
Bab 09-- Memilih Bertahan
10
Bab 10-- Tetap Bertahan
11
Bab 11-- Kebohongan
12
Bab 12-- Memaafkan
13
Bab 13-- Benalu Lain
14
Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15
Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16
Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17
Bab 17-- Menggenggam Duri
18
Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19
Bab 19-- Surat Cerai
20
Bab 20-- Rahasia Lain
21
Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22
Bab 22-- Peristiwa Duka
23
Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24
Bab 24-- Sisa Kesedihan
25
Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26
Bab 26-- Kedatangan Benalu
27
Bab 27-- Acara Perusahaan
28
Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29
Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30
Bab 30-- Tersesat
31
Bab 31-- Kembali Pulang
32
Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33
Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34
Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35
Bab 35-- Menata Hati
36
Bab 36-- Gejolak Perasaan
37
Bab 37-- Keluarga Anya
38
Bab 38-- Menguatkan Hati
39
Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40
Bab 40-- Penawar Gundah
41
Bab 41-- Debaran
42
Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43
Bab 43-- Sandiwara Anya
44
Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45
Bab 45-- Tumpuan Hati
46
Bab 46-- Mengaku
47
Bab 47-- Tentang Melody
48
Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49
Bab 49-- Bertamu
50
Bab 50-- Kegelisahan Anya
51
Bab 51-- Undangan Dadakan
52
Bab 52-- Sang Mantan
53
Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54
Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55
Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56
Bab 56-- Pertemuan Kerja
57
Bab 57-- Masalah Lagi
58
Bab 58-- Masalah Lanjutan
59
Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60
Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61
Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62
Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63
Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64
Bab 64-- Teman Lama
65
Bab 65-- Adegan Memalukan
66
Bab 66-- Kemarahan Anya
67
Bab 67-- Acara Universitas
68
Bab 68-- Janji Temu
69
Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70
Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71
Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72
Bab 72-- Kunjungan
73
Bab 73-- Misi Lain
74
Bab 74-- Karena Cemburu
75
Bab 75-- Kebohongan Anya
76
Bab 76-- Kemarahan Gio
77
Bab 77-- Tamu Hari Ini
78
Bab 78-- Rencana Gio
79
Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80
Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81
Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82
Bab 82-- Permintaan
83
Bab 83-- Rumah Kedua
84
Bab 84-- Tamu Penyusup
85
Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86
Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87
Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88
Bab 88-- Surat Kuasa
89
Bab 89-- Bersiap Pergi
90
Bab 90-- Kejutan Lain
91
Bab 91-- Pengakuan
92
Bab 92-- Memori Lama
93
Bab 93-- Terpaksa Pergi
94
Bab 94-- Dimana Elvira
95
Bab 95-- Mencari Elvira
96
Bab 96-- Diluar Rencana
97
Bab 97-- Kembali Pulang
98
Bab 98-- Dua Keluarga
99
Bab 99-- Kegusaran Anya
100
Bab 100-- Pengunjung Toko
101
Bab 101-- Ke Panti
102
Bab 102-- Menemui Bahaya
103
Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104
Bab 104-- Keikhlasan
105
Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106
Bab 106-- Sisa Kekecewaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!