Bab 19-- Surat Cerai

Elvira memandang ragu ke sebuah bangunan kantor yang ada di hadapannya saat ini, meski harus melangkah dengan berat, ia pun akhirnya mencoba menghilangkan semua perasaan ragu saat memutuskan untuk tetap masuk ke dalam.

Butuh waktu berhari-hari baginya untuk memikirkan hingga ia kini membulatkan tekad mendatangi tempat ini berhadap jika ini adalah jalan terbaik baginya.

Kehadiran yang tiba-tiba di kantor seorang pengacara kenalannya yang juga cukup akrab dengan keluarga mereka membuat sang pemilik kantor firma hukum tersebut terkejut karena selama ini Elvira tergolong orang yang jarang mengunjunginya.

“Bu Elvira?” sapa seorang advokat wanita kepadanya. Ia pun lalu mempersilakan tamu istimewanya itu untuk duduk.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya sembari memperhatikan raut wajah Elvira yang terlihat sendu seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat berat.

“Ajukan gugatan cerai untuk suami saya,” ucap Elvira tiba-tiba yang sangat mengejutkannya.

“Cerai? Apa yang terjadi?” jelas saja wanita di hadapan Elvira saat ini merasa sangat terkejut.

Bagaimana bisa seorang istri dari Daffin Arkatama yang selama ini kehidupannya sangat diimpikan oleh banyak perempuan diluar sana bisa mengatakan hal demikian.

Melihat dan memperhatikan bagaimana hubungan yang ditunjukkan oleh keduanya selama ini, rasanya sama sekali tidak akan ada celah untuk mereka bisa mengatakan mengenai perceraian.

“Apa perkataan saya tadi kurang jelas?” tanya Elvira balik.

“Tapi kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?”

“Saya sudah tidak ingin bersamanya lagi,” ungkap Elvira.

“Bu Elvira, apa tidak bisa dibicarakan lagi dengan baik-baik? Lalu, bagaimana dengan ibu Dewanti dan ibu Meisya, apa mereka sudah mengetahui hal ini?”

“Mengenai oma dan mama mertua saya, nanti biar saya yang akan mengatakan kepada mereka setelah mas Daffin sepakat untuk menceraikan saya.”

“Bu Elvira, tolong pikirkan lagi. Mengakhiri hubungan pernikahan bukan lah keputusan yang main-main. Bu Elvira menikahi putra dari keluarga Arkatama yang terpandang, Bu Elvira tidak akan pernah menjalani kehidupan dengan kekurangan apapun, apalagi selama ini hubungan pernikahan kalian sangat banyak disorot dan dijadikan panutan bagi banyak orang.”

Wanita itu masih belum menyerah untuk memberinya nasehat yang mungkin akan membuat Elvira goyah dengan keputusannya.

“Lakukan saja sesuai perintah saya,” pinta Elvira lagi tetap dengan pendiriannya.

Meski sang pengacara itu sangat menyayangkan keputusan Elvira, tapi ia juga tidak bisa membantah keinginan kliennya ini.

...----------------...

Setelah selesai dari kantor pengacara, Elvira duduk sejenak di mobilnya yang masih terparkir di area halaman kantor tersebut.

Diliriknya sebuah map coklat yang terletak di kursi penumpang yang di dalamnya berisi surat gugatan cerai untuk suaminya membuat Elvira semakin merasa pilu.

Berapa kali pun ia memikirkan masalah ini berulang kali, ia merasa tetap tidak bisa lagi menghadapi semua ini. Baginya, hubungannya dengan Daffin yang semula berawal dari kesalahannya kini sudah hancur.

Tetap memilih bertahan pun seakan percuma karena rasa kekecewaan yang sudah merasuk jauh ke lubuk hatinya.

Meski Elvira tahu jika ini tidak akan mudah, namun baginya perpisahan mungkin adalah jalan yang terbaik untuknya dan Daffin.

Elvira segera menginjak pedal gas dan membawa mobilnya hingga beberapa saat kemudian ia sudah tiba di depan kantor Arkatama grup. Elvira segera turun dari mobilnya dan berjalan masuk.

...----------------...

Sementara itu, Daffin di ruangannya terlihat berdiam diri. Telinganya masih mendengar perkataan yang diucapkan Sakti saat menyampaikan beberapa laporan, namun pikirannya melayang entah kemana hingga ia tidak bisa berpikir dengan fokus.

“Pak Daffin, apa kamu mendengar ku?” tanya Sakti.

“Oh, iya. Lanjutkan,” sahut Daffin.

“Ini ada beberapa proposal bisnis yang diajukan oleh beberapa perusahaan.” Sakti meletakan tumpukan kertas tersebut di atas meja Daffin tepat di hadapannya.

Daffin lantas memeriksanya sebentar dan mengenali satu-satu nama perusahaan yang tertera pada lembar tersebut.

Tidak lama kemudian, Elvira tiba-tiba masuk ke dalam ruangan tersebut dan mengalihkan perhatian keduanya.

Daffin langsung berdiri dari kursinya melihat kedatangan istrinya setelah perang batin mereka selama beberapa hari ini.

Sedangkan Sakti yang langsung paham untuk memberikan waktu mereka berdua lalu segera permisi meninggalkan ruangan tersebut.

Elvira memandangnya sebentar dengan perasaan sedih yang mendalam, lalu segera menyerahkan map yang dibawanya untuk dilihat Daffin.

“Apa ini Sayang?” tanya Daffin penasaran.

“Buka lah.”

Daffin lalu membukanya dan mengambil dokumen yang ada di dalamnya, detik berikutnya tatapan matanya langsung berubah nanar saat membaca isi dari dokumen yang diberikan oleh istrinya itu.

“Tidak, aku tidak mau. Aku tidak akan pernah berpikir untuk menceraikan kamu!” tegas Daffin yang menolak mentah-mentah permintaan Elvira yang tertera pada dokumen tersebut.

“Tapi kamu harus melakukannya, Mas. Aku rasa ini adalah jalan terbaik untuk kita, aku rasa aku tidak bisa lagi meneruskan hubungan bersama kamu. Jadi, aku mohon ceraikan aku,” pinta Elvira.

“Tidak  Sayang, sudah ku katakan aku tidak akan pernah menceraikan kamu! Aku lebih baik mati daripada harus berpisah dengan kamu!” tolak Daffin dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Lalu ia melempar kertas tersebut ke atas meja kerjanya.

“Mas, tapi aku sudah tidak bisa lagi meneruskan hubungan kita!”

“Tidak! Elvira, jangan lakukan ini kepadaku. Kamu boleh memarahiku atau pun menghukum ku sesuka kamu, tapi tolong jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku seperti ini.”

Daffin memohon kepadanya dan tidak segan-segan untuk bersimpuh di kakinya, akan tetapi Elvira langsung memegang kedua bahunya memintanya untuk berdiri kembali.

Setelahnya, Daffin langsung memegang tangan Elvira dengan erat sambil menatapnya nanar mengisyaratkan jika dirinya tidak mau berpisah dengan istrinya itu. Meski Elvira sebenarnya tidak tega melihat tatapan kesedihan itu, namun ia akan tetap bersikukuh pada pendiriannya.

“Maaf Mas, keputusanku sudah bulat. Aku ingin kita pisah,” pinta Elvira lagi yang mulai terisak sambil mencoba melepaskan pegangan tangan Daffin dari tangannya, namun Daffin juga bersikeras tidak mau melepas tangannya.

“Sayang, aku tidak mau berpisah dengan kamu. Aku sangat mencintai kamu, aku akan berikan segalanya yang aku punya untuk kamu. Tolong jangan lakukan ini padaku, kita masih bisa kan memperbaiki semuanya? Tolong beri aku kesempatan lagi.”

“Aku sudah pernah memberi kesempatan untuk hubungan kita, Mas. Tapi aku rasa kali ini aku tidak bisa lagi, kenyataan ini sangat sulit untuk ku terima. Aku akan segera mengajukannya ke pengadilan.”

Elvira lalu melepas tangannya dari pegangan Daffin lalu segera beranjak pergi.

“Aku tidak akan pernah menceraikan kamu sampai kapan pun!” tegas Daffin sekali lagi dengan penekanan pada setiap kata-katanya, penegasannya itu membuat Elvira menahan langkahnya.

“Sekeras apapun kamu berusaha, aku tidak akan pernah menceraikan kamu!”

Nada bicara Daffin kali ini terdengar seperti sebuah paksaan untuk Elvira yang membuatnya membalikkan tubuh menghadap ke arah Daffin lagi.

Elvira mendapati tatapan mata suaminya yang kini menegaskan jika Daffin tidak main-main dengan ucapannya.

Setelah Daffin merasa permohonannya yang tidak digubris oleh Elvira membuatnya harus bertindak seperti ini karena ia merasa memiliki hak untuk melakukannya.

Daffin lalu mengambil kembali kertas yang berisi surat gugatan cerai itu dan merobeknya di hadapan Elvira.

“Mas!” Elvira memandangnya protes karena Daffin terkesan tidak mau mengerti dengan perasaannya.

“Maafkan aku, tapi aku punya hak untuk ini. Aku hanya ingin kamu tahu kalau aku sangat mencintai kamu dan aku tidak akan melepaskan kamu untuk alasan apapun. Aku tidak mau lagi mendengar kata perceraian,kamu bisa menghukum ku saja atas semua perbuatan ku terhadap kamu,” tutur Daffin yang menyadari tatapan kemarahan dari Elvira atas tindakannya ini.

Tanpa ingin berkata-kata lagi, Elvira lalu memilih untuk meninggalkannya ruangan tersebut dengan penuh rasa kecewa dan marah yang sudah tidak berarah.

Hari ini rasanya ia hanya ingin pergi untuk menenangkan diri mencoba meredam amarahnya karena sikap Daffin terhadapnya.

Saat berada di lift tiba-tiba Elvira merasakan pusing pada kepalanya dan merasa badannya mulai terasa lemas, sebenarnya ia sudah merasakan badannya yang mulai terasa tidak nyaman sejak kemarin dan Elvira berpikir mungkin saja ia kelelahan karena akhir-akhir ini terlalu berpikir berat.

 

Bersambung ...

 

Terpopuler

Comments

Fatisya

Fatisya

halim pula ni jangan2
🤔🤔🤔

2023-07-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01-- Terbangun
2 Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3 Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4 Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5 Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6 Bab 06-- Salah Paham
7 Bab 07-- Rencana Bertahan
8 Bab 08-- Bertahan Terluka
9 Bab 09-- Memilih Bertahan
10 Bab 10-- Tetap Bertahan
11 Bab 11-- Kebohongan
12 Bab 12-- Memaafkan
13 Bab 13-- Benalu Lain
14 Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15 Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16 Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17 Bab 17-- Menggenggam Duri
18 Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19 Bab 19-- Surat Cerai
20 Bab 20-- Rahasia Lain
21 Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22 Bab 22-- Peristiwa Duka
23 Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24 Bab 24-- Sisa Kesedihan
25 Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26 Bab 26-- Kedatangan Benalu
27 Bab 27-- Acara Perusahaan
28 Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29 Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30 Bab 30-- Tersesat
31 Bab 31-- Kembali Pulang
32 Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33 Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34 Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35 Bab 35-- Menata Hati
36 Bab 36-- Gejolak Perasaan
37 Bab 37-- Keluarga Anya
38 Bab 38-- Menguatkan Hati
39 Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40 Bab 40-- Penawar Gundah
41 Bab 41-- Debaran
42 Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43 Bab 43-- Sandiwara Anya
44 Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45 Bab 45-- Tumpuan Hati
46 Bab 46-- Mengaku
47 Bab 47-- Tentang Melody
48 Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49 Bab 49-- Bertamu
50 Bab 50-- Kegelisahan Anya
51 Bab 51-- Undangan Dadakan
52 Bab 52-- Sang Mantan
53 Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54 Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55 Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56 Bab 56-- Pertemuan Kerja
57 Bab 57-- Masalah Lagi
58 Bab 58-- Masalah Lanjutan
59 Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60 Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61 Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62 Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63 Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64 Bab 64-- Teman Lama
65 Bab 65-- Adegan Memalukan
66 Bab 66-- Kemarahan Anya
67 Bab 67-- Acara Universitas
68 Bab 68-- Janji Temu
69 Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70 Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71 Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72 Bab 72-- Kunjungan
73 Bab 73-- Misi Lain
74 Bab 74-- Karena Cemburu
75 Bab 75-- Kebohongan Anya
76 Bab 76-- Kemarahan Gio
77 Bab 77-- Tamu Hari Ini
78 Bab 78-- Rencana Gio
79 Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80 Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81 Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82 Bab 82-- Permintaan
83 Bab 83-- Rumah Kedua
84 Bab 84-- Tamu Penyusup
85 Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86 Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87 Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88 Bab 88-- Surat Kuasa
89 Bab 89-- Bersiap Pergi
90 Bab 90-- Kejutan Lain
91 Bab 91-- Pengakuan
92 Bab 92-- Memori Lama
93 Bab 93-- Terpaksa Pergi
94 Bab 94-- Dimana Elvira
95 Bab 95-- Mencari Elvira
96 Bab 96-- Diluar Rencana
97 Bab 97-- Kembali Pulang
98 Bab 98-- Dua Keluarga
99 Bab 99-- Kegusaran Anya
100 Bab 100-- Pengunjung Toko
101 Bab 101-- Ke Panti
102 Bab 102-- Menemui Bahaya
103 Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104 Bab 104-- Keikhlasan
105 Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106 Bab 106-- Sisa Kekecewaan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 01-- Terbangun
2
Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3
Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4
Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5
Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6
Bab 06-- Salah Paham
7
Bab 07-- Rencana Bertahan
8
Bab 08-- Bertahan Terluka
9
Bab 09-- Memilih Bertahan
10
Bab 10-- Tetap Bertahan
11
Bab 11-- Kebohongan
12
Bab 12-- Memaafkan
13
Bab 13-- Benalu Lain
14
Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15
Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16
Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17
Bab 17-- Menggenggam Duri
18
Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19
Bab 19-- Surat Cerai
20
Bab 20-- Rahasia Lain
21
Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22
Bab 22-- Peristiwa Duka
23
Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24
Bab 24-- Sisa Kesedihan
25
Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26
Bab 26-- Kedatangan Benalu
27
Bab 27-- Acara Perusahaan
28
Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29
Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30
Bab 30-- Tersesat
31
Bab 31-- Kembali Pulang
32
Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33
Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34
Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35
Bab 35-- Menata Hati
36
Bab 36-- Gejolak Perasaan
37
Bab 37-- Keluarga Anya
38
Bab 38-- Menguatkan Hati
39
Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40
Bab 40-- Penawar Gundah
41
Bab 41-- Debaran
42
Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43
Bab 43-- Sandiwara Anya
44
Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45
Bab 45-- Tumpuan Hati
46
Bab 46-- Mengaku
47
Bab 47-- Tentang Melody
48
Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49
Bab 49-- Bertamu
50
Bab 50-- Kegelisahan Anya
51
Bab 51-- Undangan Dadakan
52
Bab 52-- Sang Mantan
53
Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54
Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55
Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56
Bab 56-- Pertemuan Kerja
57
Bab 57-- Masalah Lagi
58
Bab 58-- Masalah Lanjutan
59
Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60
Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61
Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62
Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63
Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64
Bab 64-- Teman Lama
65
Bab 65-- Adegan Memalukan
66
Bab 66-- Kemarahan Anya
67
Bab 67-- Acara Universitas
68
Bab 68-- Janji Temu
69
Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70
Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71
Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72
Bab 72-- Kunjungan
73
Bab 73-- Misi Lain
74
Bab 74-- Karena Cemburu
75
Bab 75-- Kebohongan Anya
76
Bab 76-- Kemarahan Gio
77
Bab 77-- Tamu Hari Ini
78
Bab 78-- Rencana Gio
79
Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80
Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81
Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82
Bab 82-- Permintaan
83
Bab 83-- Rumah Kedua
84
Bab 84-- Tamu Penyusup
85
Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86
Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87
Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88
Bab 88-- Surat Kuasa
89
Bab 89-- Bersiap Pergi
90
Bab 90-- Kejutan Lain
91
Bab 91-- Pengakuan
92
Bab 92-- Memori Lama
93
Bab 93-- Terpaksa Pergi
94
Bab 94-- Dimana Elvira
95
Bab 95-- Mencari Elvira
96
Bab 96-- Diluar Rencana
97
Bab 97-- Kembali Pulang
98
Bab 98-- Dua Keluarga
99
Bab 99-- Kegusaran Anya
100
Bab 100-- Pengunjung Toko
101
Bab 101-- Ke Panti
102
Bab 102-- Menemui Bahaya
103
Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104
Bab 104-- Keikhlasan
105
Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106
Bab 106-- Sisa Kekecewaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!