Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit

Baru saja Elvira masuk ke ruang rawat suaminya, alangkah terkejutnya ia saat bertemu Anya yang sudah terlebih dulu berada disana, parahnya lagi Anya sedang menyeka wajah Daffin yang langsung membuat Elvira naik darah saat melihat perempuan lain berani menyentuh wajah suaminya.

“Kamu? Apa yang kamu lakukan disini?” tanya Elvira.

“Maaf, Bu Elvira. Saya hanya membantu menjagakan pak Daffin,” kata Anya memberi alasan.

“Apa? Menjagakan? Siapa yang mengizinkan kamu?” Pertanyaan Elvira sudah terdengar tidak ramah lagi.

“Pak Nevan,” jawab Anya.

“Keterlaluan,” umpat Elvira dengan marah. Ia tak habis pikir beraninya Nevan mengizinkan perempuan lain masuk ke ruangan ini.

“Maaf, Bu Elvira sepertinya berpikir berlebihan tentang saya.”

“Kemarin kamu menangis menghadap pintu ruangan ini, apa kamu menangisi suamiku? Hari ini kamu masuk kesini dan berani menyeka wajah suamiku? Apa wajar seorang sekretaris melakukan itu?”

“Saya rasa itu hanya sebuah bentuk perhatian. Saya hanya membantu menjagakan pak Daffin di saat Bu Elvira tidak bisa melakukannya,” ujar Anya yang mulai jengah dengan sikap Elvira kepadanya.

“Apa kamu bilang? Apa kamu berpikir mau menggantikanku?”

“Saya malah heran, kenapa sepertinya Bu Elvira sangat tidak terima ya? Padahal kan selama ini Bu Elvira sama sekali tidak peduli terhadap pak Daffin.”

Mendengar perkataan tersebut membuat Elvira tertegun, ia tak menyangka jika Anya berani bicara seperti itu kepadanya.

“Kenapa? Apa yang saya katakan tadi salah? Pak Daffin sendiri yang pernah cerita ke saya, kami selama ini berhubungan cukup dekat,” kata Anya yang tersenyum kepadanya.

“Beraninya kamu bicara seperti itu kepadaku?! Kamu harusnya tahu dimana batasan kamu!” Elvira mulai naik pitam.

“Memangnya apa ada yang membedakan saya dan kamu? Kita sama-sama orang yang berada di dekat pak Daffin. Bedanya, saya mencintai pak Daffin dengan tulus. Tidak seperti kamu yang tidak pernah mencintainya, kamu mungkin menikahinya hanya karena ingin menumpang hidup enak."

“Apa kamu bilang? Mencintai suami saya?” Elvira mengernyit heran tak percaya saat terfokus pada kalimat pernyataan itu.

Perubahan raut wajah perempuan di hadapannya saat ini jelas berbeda dari pertama mereka bertemu. Anya menyeringai melihat wajah Elvira yang saat ini sedang menyimpan kemarahan.

“Mungkin tidak perlu lagi saya rahasiakan. Asal Bu Elvira tahu, saya sebenarnya memiliki hubungan khusus dengan pak Daffin dan saya sangat mencintai pak Daffin dengan setulus hati saya. Sepertinya pak Daffin juga merasa nyaman bersama saya," ungkap Anya menegaskan lagi menambah sedikit imbuhan yang membuat darah Elvira seakan mendidih.

“Apa?”

Mengetahui ada perempuan lain di sisi Daffin membuat Elvira seolah tak dapat berkata-kata lagi melainkan hanya bisa berbicara lewat matanya yang sudah mulai berair. Karena perasaannya yang sedang sensitif, ia pun percaya begitu saja.

“Maaf saya harus mengungkapkan ini kepada kamu, tapi memang ini kebenarannya. Saya tidak bisa melepaskannya.”

“Cukup!” Elvira langsung menyela ucapan Anya, tak ingin mendengar lebih jauh lagi karena hatinya yang sudah cukup terbakar saat ini.

Baru saja ia mulai membuka hati untuk suaminya, namun sepertinya langsung terpatahkan karena sebuah pernyataan perempuan itu.

Saat perasaan amarahnya memuncak seperti ini membuat Elvira tiba-tiba merasakan pusing, kenyataan pahit macam apa ini yang baru didengarnya dari Anya.

Ia tidak percaya jika Daffin selama ini mengkhianatinya, rasa sesak di dalam dadanya itu mulai tidak terkendali hingga membuatnya seperti susah untuk bernapas.

Detik berikutnya, Nevan yang sehabis menemui dokter untuk menerima hasil laporan tentang kondisi Daffin langsung terkejut melihat kondisi Elvira yang terus memegangi kepalanya dan seperti menahan rasa sakit yang tak terhingga.

“Pak Nevan,” sapa Anya.

“Apa yang terjadi?” Nevan langsung mendekat kepada Elvira untuk memeriksanya.

“Saya juga tidak tahu, tiba-tiba saja Bu Elvira seperti itu,” jawab Anya polos.

“Elvira! Apa yang terjadi? Kamu tidak apa-apa? Bukankah aku menyuruhmu untuk tetap beristirahat?” tanya Nevan mulai panik.

Lalu tanpa pikir panjang lagi ia segera mengangkat tubuh Elvira lalu berjalan setengah berlari untuk membawanya kembali ke kamar rawatnya.

“Cepat panggilkan dokter!” perintah Nevan kepada salah seorang yang berjaga di depan pintu.

...----------------...

Tidak lama kemudian Elvira mendapat penanganan dari dr. Raldy yang tadi kebetulan berada di sekitar sana karena ia juga hendak memeriksa keadaan Elvira lagi. Tampaknya Elvira sudah terlihat mulai terlelap dengan tenang.

“Dia mengalami syok, tekanan darahnya sempat menurun drastis. Untungnya sekarang sudah mulai normal kembali. Ini mungkin bisa saja terjadi karena keadaannya yang belum pulih total setelah mengalami kecelakaan, tolong pastikan tetap memperhatikan kondisinya dan biarkan dia lebih banyak beristirahat,” ujar Raldy sembari memeriksa cairan infus yang sudah terpasang kembali pada tangan Elvira.

Nevan pun mengiyakan saja dan membiarkan Raldy meninggalkan ruangan. Sementara itu Anya yang masih berada di ruangan Daffin segera berpamitan saat bertemu Sakti.

Ia tak menyangkal juga memiliki ketakutan jika sesuatu yang buruk terjadi kepada Elvira, terlebih Elvira mengalami hal itu setelah mendengar penuturannya.

...----------------...

Selang beberapa jam kemudian, Elvira mulai membuka matanya setelah terbangun dari tidurnya yang lelap. Ia mendapati dirinya yang kini terbaring dengan jarum infus yang kembali terpasang di tangannya.

"Kamu sudah bangun?” tanya Nevan yang baru menghampirinya.

“Jangan bicara denganku lagi!” tukas Elvira memalingkan wajahnya dari Nevan.

“Apa keadaan kamu sudah lebih baik sekarang?”

“Ku bilang jangan bicara denganku lagi! Keluar dari sini sekarang,” usir Elvira dengan emosi.

Nevan hanya bisa terheran melihat sikap Elvira kepadanya, tapi mengingat kondisi kesehatan Elvira saat ini membuatnya harus lebih menahan diri untuk tidak mendebatnya.

Nevan lalu pergi melihat keadaan Daffin. Saat melihat kakaknya itu, ia mengingat tadi sempat bertemu dengan dokter yang menangani Daffin dan dokter mengatakan jika belum terlihat tanda-tanda kemajuan apapun dari perkembangan kondisinya.

Bisa dikatakan saat ini Daffin dinyatakan koma. Hal ini membuatnya sangat sedih, dalam benaknya ia berharap jika kakaknya itu bisa tetap bertahan dan berjuang untuk segera bangun kembali.

...----------------...

Sedangkan Elvira yang kini hanya sendirian di kamarnya masih terlihat suntuk. Setelah menyuruh Nevan pergi, ia juga tidak mengizinkan siapapun masuk untuk mengganggunya karena ia hanya merasa ingin sendiri. Saat kembali memikirkan pengakuan Anya pada waktu itu membuatnya tidak bisa tenang.

“Mas Daffin? Perempuan itu? Tidak, tidak mungkin dia berselingkuh di belakangku.” Elvira bicara sendiri menyangkalnya sembari mengingat perlakuan Daffin selama ini kepadanya.

Jika ia ingat-ingat kembali selama ini perlakuan serta kasih sayang dan perhatian yang diberikan oleh suaminya itu harusnya tidak ada celah sedikit pun untuk Daffin bisa berselingkuh darinya.

Sulit dibayangkan, Elvira mulai merasa takut jika sebenarnya kasih sayang suaminya sudah berubah padahal saat ini ia sudah mulai membuka hati untuk mencintainya.

Tiba-tiba, pintu ruangan tersebut terbuka membuat Elvira segera menoleh.

“Oma?” Seutas senyuman mengembang di wajahnya seketika saat melihat Dewanti kini mengunjunginya.

“Hei sayang, Oma tadi habis ketemu dr. Raldy, dia menjelaskan tentang kondisi kamu tadi. Sekarang bagaimana keadaan kamu?” tanya Dewanti tampak khawatir sembari memberinya pelukan.

“Oma, kondisi aku sudah membaik kok, apalagi sekarang ada Oma disini.”

“Tapi kenapa kamu sendiri saja? Nevan kemana? Oma kan sudah menyuruhnya untuk memperhatikan kamu juga."

“Aku tidak apa-apa kok Oma, kan ada perawat yang merawatku.”

“Hmm kamu ini. Oh ya, ini Oma bawakan untuk kamu. Kamu pasti selalu mencarinya,” kata Dewanti sambil menyerahkan ponsel milik Elvira.

“Ya ampun.” Wajah Elvira semringah ketika mendapat kembali ponselnya.

“Ya anak muda zaman sekarang mana bisa lepas dari hp-nya.”

“Makasih ya, Oma. Oma memang paling mengerti,” ucap Elvira.

q

Setelah beberapa saat, Dewanti pun menyudahi kunjungan hari ini kepada cucu menantunya itu. Elvira menghela napas ketika Dewanti sudah keluar dari kamarnya.

Raut wajahnya kembali muram dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Ia berpikir keras sembari mengafirmasi diri untuk tetap tenang menghadapi situasi hatinya saat ini.

...----------------...

Sedangkan Dewanti yang baru keluar dari ruangan Elvira, kini ia menjumpai seorang wanita paruh baya yang sepertinya baru selesai dari menjenguk Daffin.

“Meisya, kamu belum menjenguk menantu kamu,” tegur Dewanti kepada wanita berpenampilan modis itu yang merupakan menantunya di keluarga Arkatama.

“Untuk apa aku menjenguknya? Aku tidak pernah menganggapnya sebagai menantuku. Dia hanya bisa membawa kesialan bagi putraku. Buktinya sekarang, Daffin masih belum juga sadarkan diri. Harusnya perempuan itu saja yang mengalaminya.”

“Jaga bicara kamu! Ini sudah berapa lama, kamu masih belum juga bisa menerima kehadirannya. Dia sudah menjadi anggota keluarga kita, dia istri yang sangat dicintai oleh Daffin.”

“Ma, sampai kapan pun aku tidak akan mau menerimanya. Bagaimana bisa keluarga terpandang seperti kita memiliki menantu dari kalangan biasa seperti dia, asal usulnya saja tidak jelas. Daffin hanya kecintaan dengannya sampai sering menentangku.”

“Meisya, apa pentingnya status sosial? Daffin sendiri yang memilihnya untuk menjadikannya istri, lagipula selama ini Elvira selalu bersikap baik dan menghormati kamu. Setidaknya kamu peduli sedikit lah tentang keadaannya sekarang, dia juga mengalami luka parah karena kecelakaan itu.”

“Aku tidak perlu melakukannya,” pungkas Meisya merasa malas menanggapi lebih jauh perkataan Dewanti.

Sejak kehadiran Elvira di keluarga mereka, ia merasa Dewanti sudah berubah dan bersikap selalu mendebat ucapannya karena Dewanti yang lebih suka membela Elvira dan bisa menerima kehadiran Elvira dengan tangan terbuka.

Berbeda dari Dewanti, Meisya masih tidak bisa menerimanya. Hanya karena memilih Elvira, Daffin bahkan sering menentangnya dan menolak mentah-mentah perjodohan yang sudah disiapkannya.

Di sisi lain, Meisya yang merasa keluarga mereka adalah keluarga kaya raya yang terpandang tidak seharusnya menerima keberadaan orang yang status sosialnya seperti Elvira yang berada jauh dibawah kasta mereka.

Selama ini Meisya hanya menginginkan menantu dari keluarga yang setara dengan mereka, tapi karena Daffin yang bersikeras memilih istrinya itu, Meisya akhirnya terpaksa menerima pernikahan mereka meski hatinya menentang keras.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Saat itu Nevan sedang minum bersama Sakti di sebuah kafe di rumah sakit tersebut. Selama kedua kakaknya menjalani perawatan pasca kecelakaan itu, Nevan termasuk yang paling sibuk ditugaskan oleh Dewanti untuk mengurus mereka dan sesekali ditemani oleh Sakti.

“Apa Oma sama Ibu Meisya masih di atas?” tanya Sakti.

“Iya,” jawab Nevan, namun sepertinya ia masih memikirkan sesuatu yang tampak mengusiknya.

“Ada apa?” tanya Sakti sembari mendekatkan minumannya.

“Apa dia juga tidak mengizinkan kamu untuk masuk ke kamarnya?” tanya Nevan.

Sakti langsung paham mengenai pertanyaan yang mengacu membahas soal Elvira itu.

“Iya,” jawab Sakti.

“Apa yang sebenarnya terjadi padanya, dia tampaknya sangat marah kepadaku.” Nevan tak habis pikir.

“Aku telah turut bersamanya dua tahun belakangan ini, menurutku dia salah satu orang yang sulit untuk ditebak,” ungkap Sakti.

Tiba-tiba Sakti mendapat sebuah pesan di ponselnya dan ia mengangkat alis usai membaca pesan singkat tersebut.

“Ada apa?” tanya Nevan penasaran.

“Benar-benar susah ditebak kan? Ini orangnya mengirim pesan memberiku sebuah perintah.”

Bersambung ...

......................

Terpopuler

Comments

mama zha

mama zha

semangat bestie ceritanya

2023-07-14

2

kimraina

kimraina

Sekate kate yee ni wanita . . Tp klo bener sakit nyeuletit pasti 😭

2023-07-04

1

😺 Aning 😾

😺 Aning 😾

Aduh duhhh... gak bisa bayangin aku. sakitnya seperti apa.

2023-06-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01-- Terbangun
2 Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3 Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4 Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5 Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6 Bab 06-- Salah Paham
7 Bab 07-- Rencana Bertahan
8 Bab 08-- Bertahan Terluka
9 Bab 09-- Memilih Bertahan
10 Bab 10-- Tetap Bertahan
11 Bab 11-- Kebohongan
12 Bab 12-- Memaafkan
13 Bab 13-- Benalu Lain
14 Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15 Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16 Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17 Bab 17-- Menggenggam Duri
18 Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19 Bab 19-- Surat Cerai
20 Bab 20-- Rahasia Lain
21 Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22 Bab 22-- Peristiwa Duka
23 Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24 Bab 24-- Sisa Kesedihan
25 Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26 Bab 26-- Kedatangan Benalu
27 Bab 27-- Acara Perusahaan
28 Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29 Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30 Bab 30-- Tersesat
31 Bab 31-- Kembali Pulang
32 Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33 Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34 Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35 Bab 35-- Menata Hati
36 Bab 36-- Gejolak Perasaan
37 Bab 37-- Keluarga Anya
38 Bab 38-- Menguatkan Hati
39 Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40 Bab 40-- Penawar Gundah
41 Bab 41-- Debaran
42 Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43 Bab 43-- Sandiwara Anya
44 Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45 Bab 45-- Tumpuan Hati
46 Bab 46-- Mengaku
47 Bab 47-- Tentang Melody
48 Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49 Bab 49-- Bertamu
50 Bab 50-- Kegelisahan Anya
51 Bab 51-- Undangan Dadakan
52 Bab 52-- Sang Mantan
53 Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54 Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55 Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56 Bab 56-- Pertemuan Kerja
57 Bab 57-- Masalah Lagi
58 Bab 58-- Masalah Lanjutan
59 Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60 Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61 Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62 Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63 Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64 Bab 64-- Teman Lama
65 Bab 65-- Adegan Memalukan
66 Bab 66-- Kemarahan Anya
67 Bab 67-- Acara Universitas
68 Bab 68-- Janji Temu
69 Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70 Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71 Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72 Bab 72-- Kunjungan
73 Bab 73-- Misi Lain
74 Bab 74-- Karena Cemburu
75 Bab 75-- Kebohongan Anya
76 Bab 76-- Kemarahan Gio
77 Bab 77-- Tamu Hari Ini
78 Bab 78-- Rencana Gio
79 Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80 Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81 Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82 Bab 82-- Permintaan
83 Bab 83-- Rumah Kedua
84 Bab 84-- Tamu Penyusup
85 Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86 Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87 Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88 Bab 88-- Surat Kuasa
89 Bab 89-- Bersiap Pergi
90 Bab 90-- Kejutan Lain
91 Bab 91-- Pengakuan
92 Bab 92-- Memori Lama
93 Bab 93-- Terpaksa Pergi
94 Bab 94-- Dimana Elvira
95 Bab 95-- Mencari Elvira
96 Bab 96-- Diluar Rencana
97 Bab 97-- Kembali Pulang
98 Bab 98-- Dua Keluarga
99 Bab 99-- Kegusaran Anya
100 Bab 100-- Pengunjung Toko
101 Bab 101-- Ke Panti
102 Bab 102-- Menemui Bahaya
103 Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104 Bab 104-- Keikhlasan
105 Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106 Bab 106-- Sisa Kekecewaan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 01-- Terbangun
2
Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3
Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4
Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5
Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6
Bab 06-- Salah Paham
7
Bab 07-- Rencana Bertahan
8
Bab 08-- Bertahan Terluka
9
Bab 09-- Memilih Bertahan
10
Bab 10-- Tetap Bertahan
11
Bab 11-- Kebohongan
12
Bab 12-- Memaafkan
13
Bab 13-- Benalu Lain
14
Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15
Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16
Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17
Bab 17-- Menggenggam Duri
18
Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19
Bab 19-- Surat Cerai
20
Bab 20-- Rahasia Lain
21
Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22
Bab 22-- Peristiwa Duka
23
Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24
Bab 24-- Sisa Kesedihan
25
Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26
Bab 26-- Kedatangan Benalu
27
Bab 27-- Acara Perusahaan
28
Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29
Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30
Bab 30-- Tersesat
31
Bab 31-- Kembali Pulang
32
Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33
Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34
Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35
Bab 35-- Menata Hati
36
Bab 36-- Gejolak Perasaan
37
Bab 37-- Keluarga Anya
38
Bab 38-- Menguatkan Hati
39
Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40
Bab 40-- Penawar Gundah
41
Bab 41-- Debaran
42
Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43
Bab 43-- Sandiwara Anya
44
Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45
Bab 45-- Tumpuan Hati
46
Bab 46-- Mengaku
47
Bab 47-- Tentang Melody
48
Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49
Bab 49-- Bertamu
50
Bab 50-- Kegelisahan Anya
51
Bab 51-- Undangan Dadakan
52
Bab 52-- Sang Mantan
53
Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54
Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55
Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56
Bab 56-- Pertemuan Kerja
57
Bab 57-- Masalah Lagi
58
Bab 58-- Masalah Lanjutan
59
Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60
Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61
Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62
Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63
Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64
Bab 64-- Teman Lama
65
Bab 65-- Adegan Memalukan
66
Bab 66-- Kemarahan Anya
67
Bab 67-- Acara Universitas
68
Bab 68-- Janji Temu
69
Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70
Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71
Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72
Bab 72-- Kunjungan
73
Bab 73-- Misi Lain
74
Bab 74-- Karena Cemburu
75
Bab 75-- Kebohongan Anya
76
Bab 76-- Kemarahan Gio
77
Bab 77-- Tamu Hari Ini
78
Bab 78-- Rencana Gio
79
Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80
Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81
Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82
Bab 82-- Permintaan
83
Bab 83-- Rumah Kedua
84
Bab 84-- Tamu Penyusup
85
Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86
Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87
Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88
Bab 88-- Surat Kuasa
89
Bab 89-- Bersiap Pergi
90
Bab 90-- Kejutan Lain
91
Bab 91-- Pengakuan
92
Bab 92-- Memori Lama
93
Bab 93-- Terpaksa Pergi
94
Bab 94-- Dimana Elvira
95
Bab 95-- Mencari Elvira
96
Bab 96-- Diluar Rencana
97
Bab 97-- Kembali Pulang
98
Bab 98-- Dua Keluarga
99
Bab 99-- Kegusaran Anya
100
Bab 100-- Pengunjung Toko
101
Bab 101-- Ke Panti
102
Bab 102-- Menemui Bahaya
103
Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104
Bab 104-- Keikhlasan
105
Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106
Bab 106-- Sisa Kekecewaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!