Daffin yang baru sampai di rumah terlihat mencari-cari keberadaan istrinya karena sejak tadi ia masih dalam perjalanan beberapa kali menghubungi nomornya tetapi tidak dijawab oleh Elvira.
Sampai akhirnya Daffin menemukannya yang sedang terlihat berjalan di taman belakang rumah.
Seperti mendapat kejutan, Daffin sangat senang melihat istrinya itu ternyata sudah bisa kembali berjalan walaupun terlihat masih berhati-hati dan sesekali mesti berpegangan pada sebuah bangku taman yang ada di dekatnya.
Daffin dengan bersemangat langsung berjalan mendekatinya namun posisi Elvira yang sedang membelakanginya sepertinya belum menyadari kehadiran suaminya itu. Tiba-tiba keberadaan Daffin yang memeluknya dari belakang mengejutkannya yang sedang fokus latihan berjalan.
“Mas Daffin, kamu sudah pulang?” sapa Elvira yang sudah menyadari kehadiran suaminya.
Padahal ini masih jam siang dan kehadiran Daffin memberinya tanda tanya mengapa ia tiba-tiba pulang ke rumah. Tidak biasanya.
“Kamu sudah makan?” tanya Daffin yang masih enggan melepas pelukannya.
“Belum, Mas. Kamu?”
“Belum, aku ingin makan siang dengan kamu.”
“Ya sudah, nanti kita makan bareng ya.”
“Iya, ngomong-ngomong, sepertinya kamu sudah bisa berjalan lagi.”
“Iya, Mas. Aku berlatih setiap hari. Oh ya, aku ingin duduk sekarang.” Lalu mereka duduk di bangku kayu panjang yang ada di dekat mereka saat ini.
“Mas, kamu tahu, betapa takutnya aku saat melihat kamu koma di rumah sakit.”
“Iya, Sayang. Tapi kan sekarang aku sudah ada di sini bersama kamu lagi.”
“Setelah waktu yang kita lewati bersama selama ini, aku ingin memulai hubungan lagi bersama kamu. Hubungan yang sebenarnya, bukan hanya bersandar pada status suami istri. Aku ingin memberikan diriku serta cintaku sepenuhnya untuk kamu. Maafkan sikapku selama ini, Mas,” ungkap Elvira.
“Benar kah yang ku dengar ini?” Daffin tidak bisa menyembunyikan rasa haru bahagianya, Elvira mengangguk meyakinkan.
“Tapi untuk memulainya, aku mau menanyakan satu hal dan aku mau kamu menjawabnya dengan jujur,” pinta Elvira yang sudah menyiapkan dirinya dengan kemungkinan jawaban yang akan diberikan Daffin jika saja Daffin mau jujur kepadanya.
“Apa itu Sayang?”
“Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku selama kita menikah?” tanya Elvira yang membuat Daffin tertegun menatapnya.
Bagaimana ini? Haruskah ia mengungkapkan soal pengkhianatan yang pernah ia lakukan kepada istrinya, sedangkan saat ini ia sudah mendengar ungkapan perasaan dari Elvira yang selama ini sangat ia nantikan dan harapkan.
Daffin sejenak berpikir keras bagaimana bisa ia mengatakan yang sebenarnya, bagaimana jika setelah Elvira mengetahui kebenarannya tiba-tiba akan merubah keputusannya. Daffin merasa sangat takut karena ia merasa tidak ingin kehilangan Elvira.
Tanpa Daffin ketahui sebenarnya Elvira sudah mengetahui semuanya dan ia hanya ingin mendengar penjelasan langsung dari mulutnya, namun ia sudah menerka lebih dulu jika mengungkapkan hal ini sama saja menghancurkan hati Elvira.
“Mas?” panggil Elvira yang menyadarkan Daffin dari lamunannya.
“Iya Sayang. Tidak ada satu pun yang aku sembunyikan dari kamu. Bagaimana bisa aku menyembunyikan sesuatu dari istri yang sangat aku cintai.”
Jawaban yang diberikan oleh Daffin ternyata diluar dugaan Elvira dan hal itu membuatnya sangat sedih karena Daffin masih belum bisa jujur kepadanya. Bukan itu jawaban yang diinginkan oleh Elvira saat ini.
Tiba-tiba ponsel Daffin berdering memecah suasana hati Elvira yang sedang gundah dengan sikap suaminya.
“Sayang, sebentar ya. Ada telepon dari kantor.”
Daffin segera menjawab panggilan tersebut dan berbicara secara terbuka di depan istrinya walaupun Elvira tahu jika ini hanyalah bagian dari usaha Daffin untuk meyakinkannya jika ia tidak akan menyimpan rahasia apapun di belakang Elvira.
“Sayang, maaf ya. Aku harus pergi sekarang. Hari ini ternyata tamuku memajukan jadwal kedatangannya, aku harus menjamunya. Tidak apa-apa kan?”
“Iya, Mas. Tidak apa-apa.”
“Aku pergi sekarang ya, aku janji nanti kita makan malam bersama di rumah. Aku tidak akan pulang malam hari ini.” Daffin langsung mencium kening Elvira dan segera pergi meninggalkannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam harinya Daffin menepati janjinya untuk bisa ikut makan malam bersama, di meja makan semua anggota keluarga mereka sudah berkumpul dan suasana ruangan ini masih terasa hangat.
Daffin selalu menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya yang tidak ada ubahnya kepada Elvira dan hal itu turut diimbangi oleh Elvira meski hatinya masih terganjal kekecewaan karena kebohongan Daffin.
Apalagi melihat Dewanti sangat senang melihat kebersamaan mereka membuat Elvira masih harus menjaga perasaan Dewanti.
“Nevan,” panggil Daffin yang melihat adiknya itu sedang tidak banyak bicara.
“Iya Kak,” sahut Nevan.
“Bagaimana? Kamu jadi tetap tinggal di sini kan?”
“Mm, sebenarnya aku masih dalam masa mengambil cuti panjang,” jawab Nevan.
Selama ini ia memilih meniti karirnya sendiri di Amerika sejak kepergian papa mereka. Nevan bahkan baru mulai mengembangkan usahanya sendiri bersama temannya mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang layanan konsultan properti.
“Apa kamu tidak mendengarkan permintaanku? Tetap lah di sini bantu aku mengurus perusahaan. Kamu bisa pilih posisi mana yang kamu inginkan sesuka kamu,” pinta Daffin yang tidak menyerah menahan adiknya itu agar tetap tinggal di sini dan melupakan pekerjaannya di luar negeri.
“Mama setuju,” sahut Meisya yang duduk di samping Nevan.
“Mama,” protes Nevan.
“Apa salahnya jika Mama tetap ingin berada dekat dengan anak-anak Mama. Kamu tahu, melihat kakak kamu koma di rumah sakit sudah membuat Mama sulit bernapas. Mama hanya ingin tetap bersama kalian,” ungkap Meisya.
“Kali ini Oma setuju sama Mama kalian,” timpal Dewanti.
Sedangkan Nevan masih terdiam dalam senyumnya, ia tidak ingin cepat mengambil keputusan untuk mengatakan iya atau membantah keinginan mereka lagi.
“Oh ya, Oma dengar, Elvira sudah bisa berjalan lagi.” Dewanti tiba-tiba mengalihkan topik pembahasan.
“Iya Oma,” jawab Elvira.
“Akhirnya, Oma sangat senang mendengarnya. Tapi kamu harus tetap banyak istirahat ya sampai kamu benar-benar pulih. Jangan memikirkan tentang pekerjaan dulu.”
“Iya, Oma.”
“Aku setuju, aku juga tidak akan mengizinkannya untuk langsung mengurus pekerjaannya. Tidak apa-apa kan Oma?” Daffin menyahut meminta persetujuan Dewanti karena selama ini Elvira turut membantu Dewanti mengurus sebuah yayasan sosial milik Dewanti.
“Mas, aku tidak apa-apa. Aku benar-benar sudah pulih,” sanggah Elvira.
“Tidak apa-apa. Elvira bisa beristirahat dulu, Oma sudah merencanakan pengangkatan dia sebagai ketua Yayasan Mentari Kasih yang baru,” ungkap Dewanti.
“Oh ya? Oma serius?” Daffin memastikan.
“Iya, Oma sudah memilih Elvira yang nantinya akan menggantikan Oma.”
“Tapi, Ma. Bagaimana bisa?” Meisya terdengar tidak selaras.
“Bisa saja, selama ini Elvira bekerja dengan sangat baik di yayasan. Para karyawan disana juga sangat menyukainya, Oma yakin dia akan bisa memimpin yayasan dengan baik. Kamu mau kan sayang?” tanya Dewanti.
“Aku dukung kamu, Sayang,” ujar Daffin.
“Iya, Mas,” sahut Elvira.
“Tapi aku tidak mau kamu merasa terlalu lelah nantinya. Lakukan pekerjaan sekedarnya saja, toh kamu yang akan jadi pemimpinnya.”
“Ya ampun, melihat kemesraan kalian seperti ini bikin Oma gemas sendiri.” Dewanti menyela pembicaraan pasangan itu.
Sementara itu Meisya yang saat ini masih bisa menahan untuk tidak bicara menanggapi putranya dan menantunya itu hanya terdiam sembari melempar tatapan heran ke arah mereka.
Bagaimana mereka masih bisa bersikap mesra dan seolah saling mencintai sementara Meisya sudah tahu keretakan hubungan mereka karena rahasia yang Daffin miliki.
...----------------...
Meisya yang masih tidak habis pikir merasa tidak bisa berdiam diri saja membiarkan rasa penasarannya. Saat ia mengetahui Daffin kini sedang berada di ruang kerjanya, Meisya langsung menghampirinya.
“Daffin,” sapa Meisya yang mengalihkan perhatian Daffin dari laptopnya.
Sebelumnya ia merasa masih harus memeriksa beberapa dokumen dan sedikit melanjutkanpekerjaannya meski sekarang sudah berada di rumah.
“Mama, ada apa?”
“Daffin, Mama pernah mengatakan kepada kamu untuk tetap mengunci hp kamu,” ujar Meisya.
“Maksud Mama?” Daffin masih belum mengerti maksud dari perkataan mamanya.
“Hp aku?” Daffin mengambil ponselnya dan memperlihatkannya kepada Meisya.
Namun detik berikutnya melihat tatapan Meisya yang penuh arti membuat Daffin tiba-tiba tersadar.
“Memang terkesan tidak sopan, tapi Mama sudah melihat isi hp kamu,” ungkap Meisya yang menyadari tatapan putranya ke arahnya.
“Ma!” Daffin langsung berdiri dari kursinya memberi tatapan protes kepada Meisya, meski hal itu sudah terlambat untuk dilakukan.
“Mama sudah tahu, Daffin. Mama juga sudah menemui perempuan itu.”
Daffin yang sangat terkejut kini kembali lagi duduk di kursinya dengan raut wajah terlihat penuh kegusaran.
“Bagaimana kamu bisa melakukan kesalahan besar seperti itu, Daffin? Mama memang tidak pernah menyukai Elvira sebagai menantu Mama, tapi bukan berarti Mama bisa membenarkan perbuatan kamu. Kamu tahu kan apa yang akan terjadi jika Oma mengetahui ini? Oma pasti akan marah besar. Bagaimana kamu masih bisa bersikap tenang setelah kekacauan yang kamu perbuat.” Meisya terdengar memarahi Daffin.
“Iya, Ma. Aku tahu. Aku memang melakukan kesalahan yang sangat besar dan aku tidak ingin oma ataupun istriku mengetahuinya. Aku sudah memutuskan hubungan dengan perempuan itu dan akan memperbaiki hubunganku dengan Elvira.”
“Apa kamu bilang? Memperbaiki hubungan dengannya?Daffin, Mama sudah tahu jika Elvira tidak pernah mencintai kamu. Bagaimana bisa kamu tetap mempertahankannya? Bisa saja dia menikahi kamu karena ada tujuan lain. Harusnya kamu bisa menceraikannya saja karena alasan ini, sebelum perbuatan kamu itu diketahui oma karena itu sangat memalukan,” gerutu Meisya yang masih belum puas mengomelinya.
“Mama! Apa yang Mama pikirkan? Aku tidak akan pernah berpikir untuk menceraikannya.”
“Lalu bagaimana bisa kamu melanjutkan hubungan dengannya? Bukankah perasaan kamu sudah goyah untuk perempuan lain? Setidaknya kesalahan ini bisa kamu timpakan kepada Elvira untuk membela diri kamu saat menggugatnya nanti.”
“Ma, sudah ku bilang itu adalah kesalahan besar yang telah ku perbuat. Rasa cintaku terhadap Elvira tidak akan pernah berubah sedikit pun. Semuanya adalah salahku, sama sekali bukan kesalahan Elvira. Kini aku hanya berpikir bagaimana aku tetap bisa menjaga rahasia ini darinya, aku benar-benar takut jika dia mengetahuinya, dia akan meninggalkanku.”
“Daffin, apa kamu sudah kehilangan akal? Elvira sudah mengetahui tentang perselingkuhan kamu!
“Apa?! Elvira mengetahuinya? Bagaimana bisa?”
“Anya sendiri yang memberitahunya saat kalian masih di rumah sakit.”
“Apa?” Daffin sangat terkejut tapi kali ini penuh dengan amarah setelah mengetahui jika Anya sendiri yang sudah menemui dan memberitahu Elvira.
“Menurut kamu kenapa Elvira masih bisa bersikap tenang seolah dia tidak mengetahui apapun? Karena dia tidak pernah mencintai kamu sedikit pun, dia hanya bersama kamu untuk menumpang hidup mewah. Mama juga yakin jika dia sebenarnya takut jika kamu akan menceraikannya karena dia tahu perasaan kamu yang sudah berubah untuknya.”
“Ma, bisakah Mama berhenti menuduh Elvira yang bukan-bukan? Aku sangat mengenalnya, dia bukan perempuan seperti yang Mama pikirkan. Mama juga tidak pernah benar-benar tahu apa yang terjadi antara aku dan Elvira.”
“Daffin kenapa kamu masih belum bisa mengerti juga? Cobalah sadar! Kamu sudah dibutakan oleh rasa cinta, Daffin!”
“Tidak, Ma! Kenapa semuanya jadi tambah runyam seperti ini sih?!”
“Oke, Mama hanya mencoba mengingatkan kamu. Tapi yang jauh lebih penting sekarang adalah bagaimana kamu harus bisa membereskan kekacauan yang telah kamu buat ini! Mama sudah mencoba memberikan kamu saran.”
Suara Meisya yang terdengar ada kekecewaan itu lalu segera senyap setelah ia memutuskan untuk meninggalkan Daffin begitu saja di ruangan tersebut.
Sedangkan Daffin mengusap wajahnya dengan kasar, saat ini ia masih terfokus memikirkan bagaimana ia akan menjelaskan kebohongan yang telah ia lakukan kepada Elvira. Untuk ke sekian kalinya ia merutuki dirinya yang terus melakukan kesalahan terhadap istrinya.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
😺 Aning 😾
aduh duhhh, aku kok kesal sekali sama emaknya ya... 😏
2023-06-17
1