Bab 11-- Kebohongan

Daffin yang baru sampai di rumah terlihat mencari-cari keberadaan istrinya karena sejak tadi ia masih dalam perjalanan beberapa kali menghubungi nomornya tetapi tidak dijawab oleh Elvira.

Sampai akhirnya Daffin menemukannya yang sedang terlihat berjalan di taman belakang rumah.

Seperti mendapat kejutan, Daffin sangat senang melihat istrinya itu ternyata sudah bisa kembali berjalan walaupun terlihat masih berhati-hati dan sesekali mesti berpegangan pada sebuah bangku taman yang ada di dekatnya.

Daffin dengan bersemangat langsung berjalan mendekatinya namun posisi Elvira yang sedang membelakanginya sepertinya belum menyadari kehadiran suaminya itu. Tiba-tiba keberadaan Daffin yang memeluknya dari belakang mengejutkannya yang sedang fokus latihan berjalan.

“Mas Daffin, kamu sudah pulang?” sapa Elvira yang sudah menyadari kehadiran suaminya.

Padahal ini masih jam siang dan kehadiran Daffin memberinya tanda tanya mengapa ia tiba-tiba pulang ke rumah. Tidak biasanya.

“Kamu sudah makan?” tanya Daffin yang masih enggan melepas pelukannya.

“Belum, Mas. Kamu?”

“Belum, aku ingin makan siang dengan kamu.”

“Ya sudah, nanti kita makan bareng ya.”

“Iya, ngomong-ngomong, sepertinya kamu sudah bisa berjalan lagi.”

“Iya, Mas. Aku berlatih setiap hari. Oh ya, aku ingin duduk sekarang.” Lalu mereka duduk di bangku kayu panjang yang ada di dekat mereka saat ini.

“Mas, kamu tahu, betapa takutnya aku saat melihat kamu koma di rumah sakit.”

“Iya, Sayang. Tapi kan sekarang aku sudah ada di sini bersama kamu lagi.”

“Setelah waktu yang kita lewati bersama selama ini, aku ingin memulai hubungan lagi bersama kamu. Hubungan yang sebenarnya, bukan hanya bersandar pada status suami istri. Aku ingin memberikan diriku serta cintaku sepenuhnya untuk kamu. Maafkan sikapku selama ini, Mas,” ungkap Elvira.

“Benar kah yang ku dengar ini?” Daffin tidak bisa menyembunyikan rasa haru bahagianya, Elvira mengangguk meyakinkan.

“Tapi untuk memulainya, aku mau menanyakan satu hal dan aku mau kamu menjawabnya dengan jujur,” pinta Elvira yang sudah menyiapkan dirinya dengan kemungkinan jawaban yang akan diberikan Daffin jika saja Daffin mau jujur kepadanya.

“Apa itu Sayang?”

“Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku selama kita menikah?” tanya Elvira yang membuat Daffin tertegun menatapnya.

Bagaimana ini? Haruskah ia mengungkapkan soal pengkhianatan yang pernah ia lakukan kepada istrinya, sedangkan saat ini ia sudah mendengar ungkapan perasaan dari Elvira yang selama ini sangat ia nantikan dan harapkan.

Daffin sejenak berpikir keras bagaimana bisa ia mengatakan yang sebenarnya, bagaimana jika setelah Elvira mengetahui kebenarannya tiba-tiba akan merubah keputusannya. Daffin merasa sangat takut karena ia merasa tidak ingin kehilangan Elvira.

Tanpa Daffin ketahui sebenarnya Elvira sudah mengetahui semuanya dan ia hanya ingin mendengar penjelasan langsung dari mulutnya, namun ia sudah menerka lebih dulu jika mengungkapkan hal ini sama saja menghancurkan hati Elvira.

“Mas?” panggil Elvira yang menyadarkan Daffin dari lamunannya.

“Iya Sayang. Tidak ada satu pun yang aku sembunyikan dari kamu. Bagaimana bisa aku menyembunyikan sesuatu dari istri yang sangat aku cintai.”

Jawaban yang diberikan oleh Daffin ternyata diluar dugaan Elvira dan hal itu membuatnya sangat sedih karena Daffin masih belum bisa jujur kepadanya. Bukan itu jawaban yang diinginkan oleh Elvira saat ini.

Tiba-tiba ponsel Daffin berdering memecah suasana hati Elvira yang sedang gundah dengan sikap suaminya.

“Sayang, sebentar ya. Ada telepon dari kantor.”

Daffin segera menjawab panggilan tersebut dan berbicara secara terbuka di depan istrinya walaupun Elvira tahu jika ini hanyalah bagian dari usaha Daffin untuk meyakinkannya jika ia tidak akan menyimpan rahasia apapun di belakang Elvira.

“Sayang, maaf ya. Aku harus pergi sekarang. Hari ini ternyata tamuku memajukan jadwal kedatangannya, aku harus menjamunya. Tidak apa-apa kan?”

“Iya, Mas. Tidak apa-apa.”

“Aku pergi sekarang ya, aku janji nanti kita makan malam bersama di rumah. Aku tidak akan pulang malam hari ini.” Daffin langsung mencium kening Elvira dan segera pergi meninggalkannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam harinya Daffin menepati janjinya untuk bisa ikut makan malam bersama, di meja makan semua anggota keluarga mereka sudah berkumpul dan suasana ruangan ini masih terasa hangat.

Daffin selalu menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya yang tidak ada ubahnya kepada Elvira dan hal itu turut diimbangi oleh Elvira meski hatinya masih terganjal kekecewaan karena kebohongan Daffin.

Apalagi melihat Dewanti sangat senang melihat kebersamaan mereka membuat Elvira masih harus menjaga perasaan Dewanti.

“Nevan,” panggil Daffin yang melihat adiknya itu sedang tidak banyak bicara.

“Iya Kak,” sahut Nevan.

“Bagaimana? Kamu jadi tetap tinggal di sini kan?”

“Mm, sebenarnya aku masih dalam masa mengambil cuti panjang,” jawab Nevan.

Selama ini ia memilih meniti karirnya sendiri di Amerika sejak kepergian papa mereka. Nevan bahkan baru mulai mengembangkan usahanya sendiri bersama temannya mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang layanan konsultan properti.

“Apa kamu tidak mendengarkan permintaanku? Tetap lah di sini bantu aku mengurus perusahaan. Kamu bisa pilih posisi mana yang kamu inginkan sesuka kamu,” pinta Daffin yang tidak menyerah menahan adiknya itu agar tetap tinggal di sini dan melupakan pekerjaannya di luar negeri.

“Mama setuju,” sahut Meisya yang duduk di samping Nevan.

“Mama,” protes Nevan.

“Apa salahnya jika Mama tetap ingin berada dekat dengan anak-anak Mama. Kamu tahu, melihat kakak kamu koma di rumah sakit sudah membuat Mama sulit bernapas. Mama hanya ingin tetap bersama kalian,” ungkap Meisya.

“Kali ini Oma setuju sama Mama kalian,” timpal Dewanti.

Sedangkan Nevan masih terdiam dalam senyumnya, ia tidak ingin cepat mengambil keputusan untuk mengatakan iya atau membantah keinginan mereka lagi.

“Oh ya, Oma dengar, Elvira sudah bisa berjalan lagi.” Dewanti tiba-tiba mengalihkan topik pembahasan.

“Iya Oma,” jawab Elvira.

“Akhirnya, Oma sangat senang mendengarnya. Tapi kamu harus tetap banyak istirahat ya sampai kamu benar-benar pulih. Jangan memikirkan tentang pekerjaan dulu.”

“Iya, Oma.”

“Aku setuju, aku juga tidak akan mengizinkannya untuk langsung mengurus pekerjaannya. Tidak apa-apa kan Oma?” Daffin menyahut meminta persetujuan Dewanti karena selama ini Elvira turut membantu Dewanti mengurus sebuah yayasan sosial milik Dewanti.

“Mas, aku tidak apa-apa. Aku benar-benar sudah pulih,” sanggah Elvira.

“Tidak apa-apa. Elvira bisa beristirahat dulu, Oma sudah merencanakan pengangkatan dia sebagai ketua Yayasan Mentari Kasih yang baru,” ungkap Dewanti.

“Oh ya? Oma serius?” Daffin memastikan.

“Iya, Oma sudah memilih Elvira yang nantinya akan menggantikan Oma.”

“Tapi, Ma. Bagaimana bisa?” Meisya terdengar tidak selaras.

“Bisa saja, selama ini Elvira bekerja dengan sangat baik di yayasan. Para karyawan disana juga sangat menyukainya, Oma yakin dia akan bisa memimpin yayasan dengan baik. Kamu mau kan sayang?” tanya Dewanti.

“Aku dukung kamu, Sayang,” ujar Daffin.

“Iya, Mas,” sahut Elvira.

“Tapi aku tidak mau kamu merasa terlalu lelah nantinya. Lakukan pekerjaan sekedarnya saja, toh kamu yang akan jadi pemimpinnya.”

“Ya ampun, melihat kemesraan kalian seperti ini bikin Oma gemas sendiri.” Dewanti menyela pembicaraan pasangan itu.

Sementara itu Meisya yang saat ini masih bisa menahan untuk tidak bicara menanggapi putranya dan menantunya itu hanya terdiam sembari melempar tatapan heran ke arah mereka.

Bagaimana mereka masih bisa bersikap mesra dan seolah saling mencintai sementara Meisya sudah tahu keretakan hubungan mereka karena rahasia yang Daffin miliki.

...----------------...

Meisya yang masih tidak habis pikir merasa tidak bisa berdiam diri saja membiarkan rasa penasarannya. Saat ia mengetahui Daffin kini sedang berada di ruang kerjanya, Meisya langsung menghampirinya.

“Daffin,” sapa Meisya yang mengalihkan perhatian Daffin dari laptopnya.

Sebelumnya ia merasa masih harus memeriksa beberapa dokumen dan sedikit melanjutkanpekerjaannya meski sekarang sudah berada di rumah.

“Mama, ada apa?”

“Daffin, Mama pernah mengatakan kepada kamu untuk tetap mengunci hp kamu,” ujar Meisya.

“Maksud Mama?” Daffin masih belum mengerti maksud dari perkataan mamanya.

“Hp aku?” Daffin mengambil ponselnya dan memperlihatkannya kepada Meisya.

Namun detik berikutnya melihat tatapan Meisya yang penuh arti membuat Daffin tiba-tiba tersadar.

“Memang terkesan tidak sopan, tapi Mama sudah melihat isi hp kamu,” ungkap Meisya yang menyadari tatapan putranya ke arahnya.

“Ma!” Daffin langsung berdiri dari kursinya memberi tatapan protes kepada Meisya, meski hal itu sudah terlambat untuk dilakukan.

“Mama sudah tahu, Daffin. Mama juga sudah menemui perempuan itu.”

Daffin yang sangat terkejut kini kembali lagi duduk di kursinya dengan raut wajah terlihat penuh kegusaran.

“Bagaimana kamu bisa melakukan kesalahan besar seperti itu, Daffin? Mama memang tidak pernah menyukai Elvira sebagai menantu Mama, tapi bukan berarti Mama bisa membenarkan perbuatan kamu. Kamu tahu kan apa yang akan terjadi jika Oma mengetahui ini? Oma pasti akan marah besar. Bagaimana kamu masih bisa bersikap tenang setelah kekacauan yang kamu perbuat.” Meisya terdengar memarahi Daffin.

“Iya, Ma. Aku tahu. Aku memang melakukan kesalahan yang sangat besar dan aku tidak ingin oma ataupun istriku mengetahuinya. Aku sudah memutuskan hubungan dengan perempuan itu dan akan memperbaiki hubunganku dengan Elvira.”

“Apa kamu bilang? Memperbaiki hubungan dengannya?Daffin, Mama sudah tahu jika Elvira tidak pernah mencintai kamu. Bagaimana bisa kamu tetap mempertahankannya? Bisa saja dia menikahi kamu karena ada tujuan lain. Harusnya kamu bisa menceraikannya saja karena alasan ini, sebelum perbuatan kamu itu diketahui oma karena itu sangat memalukan,” gerutu Meisya yang masih belum puas mengomelinya.

“Mama! Apa yang Mama pikirkan? Aku tidak akan pernah berpikir untuk menceraikannya.”

“Lalu bagaimana bisa kamu melanjutkan hubungan dengannya? Bukankah perasaan kamu sudah goyah untuk perempuan lain? Setidaknya kesalahan ini bisa kamu timpakan kepada Elvira untuk membela diri kamu saat menggugatnya nanti.”

“Ma, sudah ku bilang itu adalah kesalahan besar yang telah ku perbuat. Rasa cintaku terhadap Elvira tidak akan pernah berubah sedikit pun. Semuanya adalah salahku, sama sekali bukan kesalahan Elvira. Kini aku hanya berpikir bagaimana aku tetap bisa menjaga rahasia ini darinya, aku benar-benar takut jika dia mengetahuinya, dia akan meninggalkanku.”

“Daffin, apa kamu sudah kehilangan akal? Elvira sudah mengetahui tentang perselingkuhan kamu!

“Apa?! Elvira mengetahuinya? Bagaimana bisa?”

“Anya sendiri yang memberitahunya saat kalian masih di rumah sakit.”

“Apa?” Daffin sangat terkejut tapi kali ini penuh dengan amarah setelah mengetahui jika Anya sendiri yang sudah menemui dan memberitahu Elvira.

“Menurut kamu kenapa Elvira masih bisa bersikap tenang seolah dia tidak mengetahui apapun? Karena dia tidak pernah mencintai kamu sedikit pun, dia hanya bersama kamu untuk menumpang hidup mewah. Mama juga yakin jika dia sebenarnya takut jika kamu akan menceraikannya karena dia tahu perasaan kamu yang sudah berubah untuknya.”

“Ma, bisakah Mama berhenti menuduh Elvira yang bukan-bukan? Aku sangat mengenalnya, dia bukan perempuan seperti yang Mama pikirkan. Mama juga tidak pernah benar-benar tahu apa yang terjadi antara aku dan Elvira.”

“Daffin kenapa kamu masih belum bisa mengerti juga? Cobalah sadar! Kamu sudah dibutakan oleh rasa cinta, Daffin!”

“Tidak, Ma! Kenapa semuanya jadi tambah runyam seperti ini sih?!”

“Oke, Mama hanya mencoba mengingatkan kamu. Tapi yang jauh lebih penting sekarang adalah bagaimana kamu harus bisa membereskan kekacauan yang telah kamu buat ini! Mama sudah mencoba memberikan kamu saran.”

Suara Meisya yang terdengar ada kekecewaan itu lalu segera senyap setelah ia memutuskan untuk meninggalkan Daffin begitu saja di ruangan tersebut.

Sedangkan Daffin mengusap wajahnya dengan kasar, saat ini ia masih terfokus memikirkan bagaimana ia akan menjelaskan kebohongan yang telah ia lakukan kepada Elvira. Untuk ke sekian kalinya ia merutuki dirinya yang terus melakukan kesalahan terhadap istrinya.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

😺 Aning 😾

😺 Aning 😾

aduh duhhh, aku kok kesal sekali sama emaknya ya... 😏

2023-06-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01-- Terbangun
2 Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3 Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4 Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5 Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6 Bab 06-- Salah Paham
7 Bab 07-- Rencana Bertahan
8 Bab 08-- Bertahan Terluka
9 Bab 09-- Memilih Bertahan
10 Bab 10-- Tetap Bertahan
11 Bab 11-- Kebohongan
12 Bab 12-- Memaafkan
13 Bab 13-- Benalu Lain
14 Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15 Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16 Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17 Bab 17-- Menggenggam Duri
18 Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19 Bab 19-- Surat Cerai
20 Bab 20-- Rahasia Lain
21 Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22 Bab 22-- Peristiwa Duka
23 Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24 Bab 24-- Sisa Kesedihan
25 Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26 Bab 26-- Kedatangan Benalu
27 Bab 27-- Acara Perusahaan
28 Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29 Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30 Bab 30-- Tersesat
31 Bab 31-- Kembali Pulang
32 Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33 Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34 Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35 Bab 35-- Menata Hati
36 Bab 36-- Gejolak Perasaan
37 Bab 37-- Keluarga Anya
38 Bab 38-- Menguatkan Hati
39 Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40 Bab 40-- Penawar Gundah
41 Bab 41-- Debaran
42 Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43 Bab 43-- Sandiwara Anya
44 Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45 Bab 45-- Tumpuan Hati
46 Bab 46-- Mengaku
47 Bab 47-- Tentang Melody
48 Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49 Bab 49-- Bertamu
50 Bab 50-- Kegelisahan Anya
51 Bab 51-- Undangan Dadakan
52 Bab 52-- Sang Mantan
53 Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54 Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55 Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56 Bab 56-- Pertemuan Kerja
57 Bab 57-- Masalah Lagi
58 Bab 58-- Masalah Lanjutan
59 Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60 Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61 Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62 Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63 Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64 Bab 64-- Teman Lama
65 Bab 65-- Adegan Memalukan
66 Bab 66-- Kemarahan Anya
67 Bab 67-- Acara Universitas
68 Bab 68-- Janji Temu
69 Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70 Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71 Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72 Bab 72-- Kunjungan
73 Bab 73-- Misi Lain
74 Bab 74-- Karena Cemburu
75 Bab 75-- Kebohongan Anya
76 Bab 76-- Kemarahan Gio
77 Bab 77-- Tamu Hari Ini
78 Bab 78-- Rencana Gio
79 Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80 Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81 Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82 Bab 82-- Permintaan
83 Bab 83-- Rumah Kedua
84 Bab 84-- Tamu Penyusup
85 Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86 Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87 Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88 Bab 88-- Surat Kuasa
89 Bab 89-- Bersiap Pergi
90 Bab 90-- Kejutan Lain
91 Bab 91-- Pengakuan
92 Bab 92-- Memori Lama
93 Bab 93-- Terpaksa Pergi
94 Bab 94-- Dimana Elvira
95 Bab 95-- Mencari Elvira
96 Bab 96-- Diluar Rencana
97 Bab 97-- Kembali Pulang
98 Bab 98-- Dua Keluarga
99 Bab 99-- Kegusaran Anya
100 Bab 100-- Pengunjung Toko
101 Bab 101-- Ke Panti
102 Bab 102-- Menemui Bahaya
103 Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104 Bab 104-- Keikhlasan
105 Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106 Bab 106-- Sisa Kekecewaan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 01-- Terbangun
2
Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3
Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4
Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5
Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6
Bab 06-- Salah Paham
7
Bab 07-- Rencana Bertahan
8
Bab 08-- Bertahan Terluka
9
Bab 09-- Memilih Bertahan
10
Bab 10-- Tetap Bertahan
11
Bab 11-- Kebohongan
12
Bab 12-- Memaafkan
13
Bab 13-- Benalu Lain
14
Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15
Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16
Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17
Bab 17-- Menggenggam Duri
18
Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19
Bab 19-- Surat Cerai
20
Bab 20-- Rahasia Lain
21
Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22
Bab 22-- Peristiwa Duka
23
Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24
Bab 24-- Sisa Kesedihan
25
Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26
Bab 26-- Kedatangan Benalu
27
Bab 27-- Acara Perusahaan
28
Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29
Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30
Bab 30-- Tersesat
31
Bab 31-- Kembali Pulang
32
Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33
Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34
Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35
Bab 35-- Menata Hati
36
Bab 36-- Gejolak Perasaan
37
Bab 37-- Keluarga Anya
38
Bab 38-- Menguatkan Hati
39
Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40
Bab 40-- Penawar Gundah
41
Bab 41-- Debaran
42
Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43
Bab 43-- Sandiwara Anya
44
Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45
Bab 45-- Tumpuan Hati
46
Bab 46-- Mengaku
47
Bab 47-- Tentang Melody
48
Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49
Bab 49-- Bertamu
50
Bab 50-- Kegelisahan Anya
51
Bab 51-- Undangan Dadakan
52
Bab 52-- Sang Mantan
53
Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54
Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55
Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56
Bab 56-- Pertemuan Kerja
57
Bab 57-- Masalah Lagi
58
Bab 58-- Masalah Lanjutan
59
Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60
Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61
Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62
Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63
Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64
Bab 64-- Teman Lama
65
Bab 65-- Adegan Memalukan
66
Bab 66-- Kemarahan Anya
67
Bab 67-- Acara Universitas
68
Bab 68-- Janji Temu
69
Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70
Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71
Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72
Bab 72-- Kunjungan
73
Bab 73-- Misi Lain
74
Bab 74-- Karena Cemburu
75
Bab 75-- Kebohongan Anya
76
Bab 76-- Kemarahan Gio
77
Bab 77-- Tamu Hari Ini
78
Bab 78-- Rencana Gio
79
Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80
Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81
Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82
Bab 82-- Permintaan
83
Bab 83-- Rumah Kedua
84
Bab 84-- Tamu Penyusup
85
Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86
Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87
Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88
Bab 88-- Surat Kuasa
89
Bab 89-- Bersiap Pergi
90
Bab 90-- Kejutan Lain
91
Bab 91-- Pengakuan
92
Bab 92-- Memori Lama
93
Bab 93-- Terpaksa Pergi
94
Bab 94-- Dimana Elvira
95
Bab 95-- Mencari Elvira
96
Bab 96-- Diluar Rencana
97
Bab 97-- Kembali Pulang
98
Bab 98-- Dua Keluarga
99
Bab 99-- Kegusaran Anya
100
Bab 100-- Pengunjung Toko
101
Bab 101-- Ke Panti
102
Bab 102-- Menemui Bahaya
103
Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104
Bab 104-- Keikhlasan
105
Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106
Bab 106-- Sisa Kekecewaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!