Puas merutuki dirinya, Daffin segera pergi ke kamar untuk menemui Elvira. Melihat sambutan senyum dari Elvira membuat Daffin mematung sebentar menatap nanar ke arahnya.
Ia mengartikan senyum yang diberikan istrinya itu adalah sebenarnya senyum penuh luka dan kekecewaan.
“Mas, sudah selesai kerjanya?” tanya Elvira yang menyambutnya.
Ia pun masih merasa bingung bagaimana ia harus menunjukkan sikap antara menyembunyikan atau kah menunjukkan rasa kekecewaannya.
Selama beberapa hari terakhir ia sudah bersabar untuk masih menyimpannya menunggu hingga keadaan sudah membaik.
“Sayang, maafkan aku.” Daffin berucap sembari berlutut di hadapannya sambil memegangi kedua tangan Elvira.
“Mas Daffin, apa yang kamu lakukan?”
Elvira berusaha menarik tangan Daffin menyuruhnya kembali berdiri akan tetapi Daffin tetap membeku belum mau beranjak dari posisinya.
“Aku tidak bermaksud membohongi kamu, aku hanya terlalu takut jika kamu kecewa kepadaku dan akan meninggalkanku. Aku mohon, tolong maafkan aku. Kali ini aku akan jujur dan tidak ada lagi yang ku sembunyikan dari kamu.”
Elvira langsung turut mensejajarkan posisinya dengan Daffin, akhirnya ia akan mendengarkan penuturan langsung dari suaminya.
“Sayang, aku mengakui memang benar aku pernah memiliki hubungan dengan Anya, tapi itu hanya hubungan sesaat yang ku anggap kesalahan terbesarku karena pernah mengkhianati kamu. Aku sudah mengakhirinya. Tolong maafkan aku, tolong beri aku kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahanku. Percayalah, tidak ada yang bisa menggantikan kamu di hatiku.”
“Terima kasih sudah mau jujur kepadaku,” sahut Elvira yang lagi-lagi melihat ketulusan di diri Daffin.
“Sayang, tolong beri aku kesempatan.”
“Iya, Mas. Aku juga minta maaf. Karena dalam kesalahan yang kamu perbuat, juga ada kesalahan dariku. Kalau saja aku tidak pernah mengabaikan perasaan kamu.”
“Tidak, Sayang. Semuanya bukan salah kamu. Kamu masih mau bersamaku kan? Beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, aku sangat takut jika kamu berpikir untuk meninggalkanku.”
Elvira langsung memeluk suaminya itu dengan erat mengisyaratkan jika ia saat ini juga tidak akan pernah berpikir untuk meninggalkannya.
Bagaimanapun juga Elvira saat ini merasa berada di persimpangan hati yang memaksanya untuk memilih melepaskan Daffin karena rasa kecewanya atau kah tetap bertahan dengan memaafkan kesalahannya karena rasa cinta yang sudah tumbuh di hatinya.
Tapi Elvira lebih memilih untuk tetap memberi kesempatan pada hubungan mereka dan ia merasa masih bisa ikhlas menerima semua yang telah terjadi karena Daffin berjanji akan memperbaiki kesalahannya.
Bagi Elvira, ia percaya masih ada kesalahan yang bisa dimaafkan dan menganggap hal ini adalah pelajaran berharga baginya.
...----------------...
Hari ini Daffin mengajak Nevan pergi ke suatu gedung dan Nevan tercengang saat melihat isi sebuah ruangan apartemen mewah yang dikunjunginya bersama kakaknya kali ini.
Belum lagi hamparan pemandangan gedung-gedung kota yang terlihat dari jendela kaca lebar sebagai pemandangan utama ruangan ini yang sangat disukai Nevan.
“Ini salah satu bagian dari proyek yang baru diselesaikan musim lalu, aku akan memberikan satu unit ini untuk kamu,” ujar Daffin.
“Serius?”
“Iya, ini milik kamu sekarang. Bagaimana menurut kamu?”
“Ini bagus sekali, aku sangat menyukainya. Kak, bisa kah Kakak memberikan satu unit lagi seperti ini untukku di Amerika?” rayu Nevan yang terdengar menyebalkan di telinga Daffin.
“Apa kamu bercanda? Lupakan soal tinggal di Amerika, aku mau kamu kamu tetap di sini. Tinggal lah di rumah, sesekali kamu bisa berkunjung ke sini. Anggap saja ini hadiah untuk kamu.”
“Hadiah?” tanya Nevan yang mengernyit heran, ia merasa tidak melakukan apapun untuk bisa mendapatkan hadiah.
Daffin lalu memberi isyarat kepadanya untuk duduk di sebuah sofa panjang pada ruangan tersebut, tanpa bertanya Nevan ikut saja dengan arahan kakaknya.
“Aku ada jadwal pertemuan penting dengan beberapa pengusaha besar asing yang tertarik untuk bekerja sama membangun proyek seperti ini. Aku sangat perlu bantuan kamu untuk mencapai kesepakatan dengan mereka.”
“Jadi maksudnya ini adalah sogokan untukku?”
“Bisa dibilang begitu.”
“Memangnya kapan aku bisa menolak keinginan Kakak?”
Daffin hanya tersenyum kepadanya tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.
Mereka pun akhirnya pergi bersama saat hari pertemuan penting itu tiba. Daffin melihat langsung bagaimana kemampuan negosiasi yang ditunjukkan Nevan saat berhadapan dengan orang-orang hebat tersebut hingga pada akhirnya tercipta kesepakatan kerja sama mereka yang terjalin dengan sukses.
Daffin sangat bangga ternyata adiknya sudah tumbuh dewasa menjadi pria yang hebat dan ia mengakui kemampuan Nevan yang menurutnya sudah bisa melebihinya dalam mengurus bisnis karena itu ia selalu ingin jika Nevan bisa ikut bersamanya mengurus perusahaan.
...----------------...
Meninggalkan pertemuan yang ternyata sudah mencapai kesepakatan yang diinginkan, saat ini mereka sudah berada di mobil dalam perjalanan.
“Kamu cepat belajar ternyata, kemampuan kamu sungguh luar biasa. Kamu bisa lihat tadi bagaimana mereka sangat antusias untuk proyek ini,” puji Daffin kepada Nevan.
“Apanya? Aku hanya membantu Kakak, selebihnya Kakak yang memegang kendali atas mereka. Kakak adalah panutanku yang terhebat.” Nevan balik memujinya.
“Kamu selalu saja merendah seperti itu. Kalau melihat kemampuan kamu seperti ini, aku jadinya tidak akan pernah ragu untuk menyerahkan posisiku. Ngomong-ngomong, setelan itu sangat cocok untuk kamu,” ujar Daffin yang berecak kagum melihat Nevan yang saat ini berpenampilan rapi sepertinya.
“Posisi yang bagaimana dulu nih?” tanya Nevan.
“Tentu saja posisi tertinggi di perusahaan. Aku rasanya ingin pensiun muda dan menghabiskan hari-hariku dengan penuh kebahagiaan bersama istri serta anak-anakku nantinya. Aku selalu menginginkan kehidupan seperti itu,” tutur Daffin.
“Apa yang Kakak bicarakan? Sekarang pun Kakak bisa mewujudkannya. Sepertinya hubungan kalian sangat baik dan dipenuhi kebahagiaan.”
“Entah lah, aku pernah melakukan kesalahan besar terhadapnya,” ungkap Daffin.
Lalu ia menghela napas sembari menyandarkan kepala pada jok dan melempar pandangan ke arah luar jendela mobil.
Sedangkan Nevan bertemu pandang dengan Sakti yang melirik mereka dari kaca spion dalam mobil.
Meskipun mereka sudah tahu tentang permasalahan yang sedang Daffin hadapi, tapi mereka memilih untuk tetap tidak ingin ikut campur dan tetap bersikap seolah tidak tahu menahu apapun.
...----------------...
Sementara itu Elvira masih tampak termenung sendiri sembari memegang ponselnya, sejak tadi ia tarik ulur keinginan untuk menghubungi nomor seseorang yang sudah ia dapatkan pada ponselnya. Namun detik berikutnya ia memutuskan untuk menekan nomor telepon tersebut.
Setelah nada panggilan tersambung, terdengar suara perempuan yang menjawab panggilan teleponnya.
“Halo? Dengan siapa?” tanyanya di seberang telepon.
“Temui saya hari ini, saya akan kirimkan alamatnya,” jawab Elvira sekenanya.
Setelah memastikan telepon, Elvira segera mengirimkan pesan teks kepada nomor tersebut.
Di tempat lain, Anya sudah menerima sebuah pesan teks berisikan keterangan waktu serta nama tempat yang telah dikirimkan oleh Elvira.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Fatisya
enak banget di sogok pake apartemen newah...
sultan mah bebas yaaa
2023-07-02
1
😺 Aning 😾
klu Aku jd Elvira... sdah tdk bs trsenyum lagi.... pura2 kuat it menyakitkan thor.
2023-06-17
1