Flashback On
Sehari sebelum peristiwa kecelakaan.
Elvira membuka mata dan mendapati dirinya yang kini berada dalam pelukan suaminya yang masih terlelap. Seperti biasanya, mereka cukup sering melakukan rutinitas keintiman layaknya pasangan suami istri.
Masih dengan tubuh polosnya yang hanya dibaluti selimut, ia segera bangkit dengan memindahkan tangan Daffin dengan hati-hati.
Elvira melihat ke arah pakaian jenis night gown berbahan satin dihiasi sedikit renda yang saat ini berserakan di lantai, lantas mengambilnya lalu mulai mengenakan kembali pakaiannya.
Tanpa ia sadari ternyata Daffin turut bangun dan langsung ikut duduk memperhatikannya.
Dalam diamnya, Daffin memandangi punggung mulus yang selalu membuatnya berdesir, sudut bibirnya tersenyum mengingat betapa bahagianya ia karena beberapa jam yang lalu hasratnya dipuaskan oleh istrinya.
Tiba-tiba Daffin meraih baju yang hendak Elvira kenakan dan membuat Elvira terkejut.
“Sini aku bantu,” ujar Daffin memakaikan kain berwarna hitam tersebut hingga kini sudah menutupi punggung istrinya.
“Apa aku membangunkan kamu, Mas?” tanya Elvira sembari melirik sekejap sembari membenarkan pakaiannya.
“Tidak apa-apa, Sayang. Terima kasih ya untuk tadi malam,” ucap Daffin.
“Kamu selalu mengucapkan kalimat yang sama, itu adalah kewajibanku,” sahut Elvira.
Tanpa ia tahu jika Daffin masih saja memandangnya dengan nanar. Meski kerap melakukan hal serupa, namun Daffin merasa hal tersebut tak lantas membuat Elvira terlihat mencintainya.
Memang dar awal, Daffin yang tergila-gila pada kecantikannya dan ia tahu betul saat itu Elvira memiliki hati yang masih beku terhadap seorang pria. Daffin hanya berkeyakinan jika seiring berjalannya waktu istrinya itu akan membuka hati untuknya.
Namun sepertinya perlakuan Elvira terasa sama saja selalu datar kepadanya , tidak ada keromantisan yang tercipta pada hubungan mereka meski Daffin selalu memperlakukannya layaknya seorang ratu. Bagi Daffin, selama ini Elvira hanya menjalankan tugasnya sebagai pendamping hidup tanpa mau memberi hatinya.
Detik berikutnya, Elvira dikejutkan oleh Daffin yang tiba-tiba memeluknya dari belakang, Daffin meletakkan dagu pada bahu Elvira sesekali menghirup aroma leher jenjang istrinya itu.
“Sayang, kamu tahu kan betapa selama ini aku sangat menginginkan kamu,” kata Daffin dengan lirih.
“Iya, aku tahu.”
“Aku selalu merasa beruntung karena memilikimu di sisiku.”
“Iya, Mas.”
“Elvira. Pernah kah, sekali saja. Aku ada dalam hati kamu?”
Elvira tertegun mendengar pertanyaan yang baru keluar dari mulut Daffin selama masa pernikahan mereka itu.
“Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan itu?” taya Elvira balik.
Daffin melepas pelukannya. “Lihat aku,” pintanya.
Elvira menurut saja dan saat ini mereka sudah dalam posisi saling berhadapan.
“Elvira, cintai aku. Entah hari ini, esok, atau lusa. Bisakah kamu mencoba untuk mencintaiku? Atau setidaknya bisakah kamu mengatakannya meski itu hanya sekedar ucapan saja?”
Elvira yang merasa jantungnya terhantam oleh pertanyaan itu langsung mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.
Kesal dan marah, ia memaki dirinya sendiri dalm hati. Selama ini ia sudah menyerahkan dirinya kepada Daffin demi keluar dari kisah kehidupannya dulu yang pelik, ia hanya perlu waktu lebih lama lagi untuk bisa benar-benar menyerahkan hati dan perasaannya karena sampai saat ini ia masih takut untuk mencoba mencintai seseorang.
Elvira hanya berkeyakinan dalam diri jika lebih menggunakan hati dan perasaan, hal itu hanya akan membuatnya lemah dan tidak akan membantunya bertahan dalam hidupnya sekarang mengingat di sisi lain ada mama mertuanya yang membenci kehadirannya di keluarga ini.
“Tatap aku, aku bahkan sanggup memberikan segalanya. Tak bisakah kamu menyerahkan hati kamu untukku? Aku ingin bersama kamu bukan karena hanya ingin memiliki tubuh kamu. Aku ingin kita menjadi pasangan yang saling mencintai, mengisi hati satu sama lain,” ungkap Daffin.
Ia merasa lega karena keinginan yang selama ini sering ia tahan akhirnya bisa ungkapkan, ia hanya merasa terlalu lama menunggu Elvira.
Elvira tidak mengerti dengan perasaannya sendiri, untuk pertama kalinya ia mendengar Daffin mengatakan hal ini. Menatap mata Daffin kali ini rasanya sangat berbeda, tatapan mata yang menyiratkan penuh cinta dan ketulusan itu membuat hati Elvira mampu bergetar.
“Apa selama ini aku telah melampaui batas? Sampai aku tidak pernah menyadari ketulusannya?” benaknya.
“Maaf,” ucap Elvira dengan raut kesedihan menyiratkan ada sebuah penyesalan di hatinya.
Daffin yang merasa terlalu mencintainya bahkan tidak sanggup melihat kesedihan itu bersarang di raut wajah istrinya.
“Sudah lah, aku yang harus minta maaf atas ketidaksabaran ku. Elvira, aku tidak apa-apa. Kalau kamu maunya kita terus seperti, aku sungguh tidak apa-apa. Maaf kan aku, aku tidak bermaksud memaksa kamu, aku juga tidak ingin dengan perkataanku tadi malah jadinya akan membuat kita berjarak.” Daffin lalu memeluknya.
“Kenapa kamu harus memperlakukanku seperti ini? Kamu tidak seharusnya mencintaiku seperti ini.” Elvira berucap dalam hati seraya mempererat pelukannya pada Daffin.
“Besok aku mau ambil libur, kita ke resort milik oma, yuk. Jalan-jalan sekalian aku mau refreshing,” ajak Daffin yang saat ini sudah melepas pelukannya. Elvira hanya mengiyakan saja dengan penuh semangat.
Flashback Off
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Elvira memegang erat tangan Daffin yang lemah dengan perasaan seakan diselimuti sembilu. Melihat langsung bagaimana keadaan suaminya saat ini yang terbaring tidak berdaya dengan bantuan alat-alat medis yang terpasang ditubuh, membuat rasa khawatirnya semakin menyeruak.
Baru saja ia ingin mengungkapkan perasaannya yang sudah mulai terbuka untuk Daffin, tapi kini ia harus mendapati kenyataan yang menyedihkan ini.
“Dia bahkan bernapas dengan alat bantu. Mas Daffin, kamu harus bertahan. Tolong segera bangun, aku mau kita memulai lagi semuanya dari awal. Tolong maafkan aku,” tutur Elvira yang kini terisak sambil menempelkan tangan Daffin pada pipinya.
Berada dalam keadaan ini, rasa sesal yang berkecamuk di hati Elvira pun semakin menjadi. Elvira tak hentinya memohon kepada Daffin agar segera bangun karena saat ini Daffin telah menjadi seseorang yang sangat berarti baginya.
Merasa sudah puas menjenguk suaminya, Elvira melepaskan tangan Daffin.
“Suster, kita keluar sekarang,” pinta Elvira kepada seorang perawat yang sejak tadi menemaninya mulai dari kamar rawatnya.
“Baik, Bu.”
Segera perempuan berseragam itu membantu mendorongkan kursi roda yang saat ini membawa Elvira karena untuk sementara ia tidak bisa berjalan dengan normal. Keadan seperti ini tentu saja membuat Elvira merasa kesusahan, tapi ia masih mencoba menerima keadaan.
Sebelumnya Elvira mencuri waktu memaksakan diri pergi kesini karena saat itu tidak ada keberadaan Nevan di ruang rawatnya, meski Nevan sudah memperingatkannya untuk tidak dulu beranjak dari ranjang rawat.
Elvira bahkan memarahi dua orang pengawal yang berjaga di depan ruang rawatnya yang tadi sempat melarangnya untuk pergi kemana-mana. Yang terpenting baginya hari ini ia bisa bertemu dengan Daffin walau keadaannya sendiri masih belum pulih sepenuhnya.
...----------------...
Saat sudah di ambang pintu ruang rawat Daffin, Elvira heran sekaligus agak terkejut karena sudah ada seorang perempuan yang berdiri terpaku tidak jauh dari depan pintu menunduk dengan tatapan kosong, bahkan ia sampai tidak menyadari keberadaan Elvira.
Sedangkan Elvira masih memperhatikannya dengan lekat, sesuatu yang ia sadari bahwa perempuan muda dan berparas cantik itu nampak menitikkan air mata penuh kedukaan.
Elvira mencoba mengingat sesuatu terkait memori tentang sosok perempuan itu yang rasanya pernah ia temui beberapa kali, Elvira termasuk orang yang sulit mengingat siapa saja yang pernah ia temui karena tidak terlalu suka memperhatikan orang lain.
Detik berikutnya, ia seperti sudah mengingatnya diiringi gerakan perempuan tersebut yang buru-buru mengusap air matanya karena saat ini ia sudah melihat keberadaan Elvira.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Fenti
aku mampir kak 😁
2023-07-08
1
Erarefo Alfin Artharizki
budeeee
2023-06-12
0
Author DE LILAH
oh no girl! jangan panggil tante! panggil bude!
2023-05-27
1