Anya yang berjalan di sebuah lorong rumah sakit tersebut masih saja menyimpan kesal sejak meninggalkan ruang rawat Elvira. Ia kembali teringat akan perkataan dari Elvira yang mengatakan jika dirinya tidak akan memiliki tempat di antara hubungan Elvira dan Daffin.
“Aku tidak akan melupakan penghinaannya hari ini kepadaku! Dia pikir dia siapa? Diia bisa bersikap sombong seperti itu hanya karena telah berhasil menikahi pak Daffin,” gerutu Anya dengan kesal sembari terus melangkahkan kakinya.
Tidak lama kemudian ia melihat ada Nevan yang sedang berjalan menuju ke arahnya.
“Loh Anya, kamu disini?”
“Pak Nevan? Iya, saya baru saja mengunjungi bu Elvira,” jawab Anya.
“Oh ya? Dia lebih sensitif akhir-akhir ini, apa dia memarahi kamu?”
“Tidak, Pak.”
“Kalian cukup akrab tampaknya.”
“Tidak juga, Pak. Kalau begitu, saya permisi dulu ya,” ujar Anya mengakhiri percakapan singkat itu.
Sedangkan Nevan kembali lanjut melangkah, saat hendak akan melewati pintu ruangan tempat Elvira dirawat tiba-tiba ia menghentikan langkahnya sejenak.
Nevan memandang ke arah pintu yang tertutup rapat tersebut tanpa ia mengetahui jika kakak iparnya itu sedang menangis tersedu sendirian, namun karena perasaan ragu ia pun akhirnya memilih untuk kembali berjalan melewati ruangan tersebut hendak menuju ke tempat Daffin.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di kediaman keluarga Arkatama yang megah.
Meisya masih saja mengkhawatirkan kondisi putranya yang saat ini masih terbaring di rumah sakit saat ini pergi ke ruang kerja Daffin.
Ia mencoba duduk di kursi kerja Daffin. Meisya merasa jadi sedikit lebih tenang karena kerinduan akan putranya yang dulu sering menghabiskan waktu di ruangan ini saat berada di rumah.
Lalu ia melihat sebuah ponsel yang diletakkan di atas meja bagian pojok, sepertinya itu milik Daffin. Meisya penasaran dengan isi ponsel Daffin tersebut. Ia lalu mengisi daya ponsel dan segera mengaktifkannya.
“Dia pasti banyak mendapat telepon dan pesan penting,” gumam Meisya sembari menyalakan ponsel tersebut.
Detik selanjutnya, raut wajahnya yang sebelumnya senang berubah drastis begitu melihat ada foto Elvira yang ada di layar depan ponsel dibarengi masuknya pemberitahuan rentetan pesan dan riwayat telepon dari beberapa kontaknya.
Meisya sangat kesal melihatnya karena selama ini Daffin seperti sangat kecintaan pada Elvira, ia pun berencana untuk mengubahnya.
“Dia bahkan tidak mengunci layar hp-nya dengan pin,” gerutu Meisya saat membuka layar ponsel tersebut.
Ia lalu membuka galeri untuk mencari foto lain.
“Sejak dia masuk ke keluarga ini, Daffin selalu saja menentang ku. Sekarang karena dia juga putraku sedang terbaring lemah di rumah sakit belum juga sadarkan diri,” kesal Meisya sambil terus mencari foto-foto di ponsel tersebut.
Namun alangkah terkejutnya ia begitu mendapati sebuah foto yang memperlihatkan Daffin dengan seorang perempuan persis yang pernah ditunjukkan oleh Anya kepada Elvira dan perempuan yang ada di foto itu bukan Elvira.
“Apa-apaan ini?! Siapa perempuan ini?” Meisya bertanya sendiri dengan sangat marah.
“Memalukan!”
Karena rasa penasarannya yang tak tertahankan lagi, Meisya langsung memeriksa pesan pribadi di ponsel tersebut dan benar saja terdapat banyak pesan yang dikirim oleh Anya bersama foto tersebut.
Meisya mencengkram benda pipih tersebut dengan erat sembari menahan emosi. Ia memang tidak pernah menyukai menantunya, tapi baginya perbuatan putranya dengan bersama perempuan tersebut juga tidak bisa dibenarkan bahkan sangat memalukan.
Meisya memijat kepalanya yang mulai terasa pusing karena mendapati hal yang mengejutkan ini. Ia lalu memikirkan bagaimana reaksi dari Dewanti jika mengetahui hal memalukan seperti ini padahal keluarga ini sangat menjunjung tinggi kehormatan dan moralitas.
Meisya sangat takut jika hal ini terkuak, reputasi keluarga mereka mungkin saja akan hancur. Ia pun memutuskan untuk menyimpan ponsel tersebut sebelum ada orang lain yang mengetahuinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di rumah sakit.
Beberapa jam berlalu sejak pertemuannya dengan Anya, Elvira yang merasa kondisinya sudah lebih baik melepas jarum infus yang ada di tangannya. Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka dan ada dr. Raldy yang masuk untuk kembali memeriksa keadaannya.
“Bagaimana keadaan kamu hari ini? Apa sudah merasa baikan?” tanya Raldy, lalu perhatiannya teralih melihat selang infus sudah tidak terhubung lagi ke tangan pasiennya itu.
“Sudah jauh lebih baik. Aku merasa bosan di sini, bolehkah aku pergi keluar? Aku ingin menghirup udara segar rasanya,” sahut Elvira.
“Kenapa tidak, mau jalan-jalan ke taman di lantai bawah? Sekalian latihan berjalan,” ajak Raldy.
Elvira mengangguk dengan semangatmenerima ajakan Raldy, ia berharap bisa melupakan sejenak rasa sakit hatinya.
“Oke.” Raldy dengan bersemangat membantu mendorongkan kursi rodanya.
...----------------...
Tidak lama kemudian mereka sudah tiba di sebuah taman sekitaran rumah sakit yang sangat luas dan disini terdapat banyak orang, kebanyakan dari mereka merupakan pasien rumah sakit ini yang sekedar berjalan-jalan atau menikmati udara segar. Elvira merasa senang berada disini apalagi tempatnya yang asri membuatnya merasanyaman.
“Oh ya, Elvira. Aku punya kejutan buat kamu,” ujar Raldy.
“Kejutan? Apa?” tanya Elvira penasaran.
“Tunggu sebentar ya,” kata Raldy sambil melihat-lihat di sekitar.
“Nah, itu dia,” tunjuk Raldy ke arah seorang perempuan yang nampak berjalan mendekat kepada mereka.
“Kak Asty?” Elvira terlihat sangat terkejut sekaligus tertegun melihat kehadiran kakaknya itu.
Sebelumnya saat mereka masih dalam perjalanan menuju taman ini, Raldy sudah memberitahukan Asty untuk mempertemukannya dengan Elvira. Beruntung jarak dari tempat Asty berada saat itu tidak jauh dari rumah sakit ini.
“Elvira.” Sang kakak langsung saja memeluk adiknya itu dengan erat seperti baru menemukannya lagi karena memang sudah lama mereka tidak berhubungan sejak Elvira memutuskan untuk menikah dengan Daffin.
“Kak Asty,” lirih Elvira dan betapa senangnya ia karena saat ini berada di pelukan orang yang paling memedulikannya itu.
“Kakak kangen banget sama kamu, kakak bersyukur kamu baik-baik aja. Kamu tahu, betapa khawatirnya Kakak saat tahu kabar tentang kamu waktu itu,” ungkap Asty, detik berikutnya ia sudah menitikkan air mata karena terharu.
“Aku juga kangen banget sama Kakak, maafkan aku karena selama ini menjauh dari Kakak. Kakak pasti sangat marah ya kepadaku?”
“Tidak, Elvira. Kakak mengerti. Asal kamu selalu bahagia, Kakak juga senang. Tapi syukurlah kelihatannya suami kamu dan keluarganya sangat sayang dan menjaga kamu dengan baik,” kata Asty.
Elvira pun hanya mengiyakan saja, ia tetap akan berusaha agar terlihat baik-baik saja dan tidak ingin Asty mengetahui permasalahannya.
...----------------...
Sementara itu Nevan merasa harus kembali memeriksa keadaan Elvira memutuskan untuk menemuinya.
“Maaf, Pak. Bu Elvira sedang keluar,” kata salah satu pengawal pribadi yang menjaga pintu ruangan tersebut.
“Keluar? Kalian membiarkannya pergi sendiri?” tanya Nevan tampak marah.
“Tidak, Pak. Tadi Bu Elvira pergi bersama dokter yang merawatnya, katanya mau ke taman rumah sakit.”
Nevan sudah bisa menebak seorang dokter yang dimaksud mereka adalah dr. Raldy. kecurigaannya semakin menjadi, ia turut penasaran seperti apa hubungan mereka sebenarnya.
Nevan berharap kecurigaannya ini salah, bagaimanapun ia tidak ingin ada orang lain yang mengganggu hubungan kedua kakaknya itu.
...----------------...
Sedangkan di taman saat ini, Elvira masih saling melepas kangen dengan Asty.
“Bagaimana kabar ibu sekarang? Aku mendengar kabar dari kak Raldy, katanya ibu sempat dirawat ya?” tanya Elvira.
“Ibu sekarang baik-baik saja, kok. Sudah bisa beraktivitas seperti biasa.”
“Syukurlah.” Elvira merasa lebih lega.
Namun Asty tiba-tiba menunjukkan raut wajah sedih setelah baru melihat jam di tangannya.
“Kakak minta maaf ya, Kakak tidak bisa lama-lama. Kakak harus mengajar dan waktunya sebentar lagi,” sesal Asty. Ini pun menyempatkan waktu karena sudah sangat merindukan adiknya.
“Iya Kak. Tidak apa-apa.”
“Nanti kita ketemu lagi ya, jaga diri kamu,” ujar Asty sebelum akhirnya ia segera pergi dalam keadaan tergesa-gesa.
“Kakak kamu itu memang pekerja keras, dia juga sepertinya yang paling sayang sama kamu,” puji Raldy.
“Iya, bahkan hanya dia yang sangat tulus selalu menyayangiku. Aku benar-benar beruntung memiliki kakak sepertinya,” ungkap Elvira.
Detik berikutnya ia kembali meneteskan air mata mengenang betapa ia merindukan kebersamaan mereka waktu dulu. Saat ia sedih atau memiliki masalah apapun, Asty selalu jadi yang pertama tempat untuknya bertumpu.
Sekarang, saat Elvira merasa hatinya benar-benar rapuh ia sangat ingin mengadu kepada kakaknya. Namun saat kembali mengingat sebuah kenyataan pahit tentangnya dan keluarganya membuat Elvira semakin sedih.
Melihat Elvira yang melamun dalam kesedihannya, Raldy lalu berinisiatif untuk mengalihkan topik.
“Elvira, bagaimana kalau sekarang kita coba melatih kaki kamu. Kamu siap kan?” tanya Raldy.
“Apa? Oh, iya Kak. Maaf ya, aku melamun.”
“It’s Ok.”
Lalu Raldy membantu Elvira untuk menggerakkan kakinya secara perlahan.
“Masih terasa sakit ya?” tanya Raldy memastikan.
“Iya, Kak,” jawab Elvira.
“Ya sudah, kamu coba turunin ke tanah perlahan ya, hati-hati.”
Elvira mengumpulkan segala tenaganya dan ia masih menahan rasa sakit saat kakinya mulai menapak di tanah yang ditumbuhi rerumputan hijau itu.
Sedangkan Raldy membantu memegangi kedua lengannya karena tidak ada alat penopang untuk Elvira berpegangan.
Karena tumpuan kaki Elvira yang terasa sakit itu membuatnya tidak sanggup untuk bisa berdiri akhirnya ia hampir terjatuh, namun Raldy dengan sigap menangkapnya hingga Elvira terjatuh di pangkuannya.
Raldy menatapnya dengan lekat, namun ia seketika tersadar saat melihat senyum canda Elvira yang mengejek dirinya sendiri.
“Ini lebih sulit dari yang aku bayangkan.” Elvira mengeluh sembari kini sudah dibantu oleh Raldy untuk bisa duduk kembali di kursi roda.
“Tidak apa-apa, nanti kamu bisa mencoba lagi.”
Kebersamaan mereka itu ternyata terlihat jelas oleh Nevan sejak tadi sudah berdiri tidak jauh dari mereka. Melihat keduanya sangat akrab bahkan saling menatap dengan melempar senyum bahagia membuat Nevan kesal sendiri.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
kimraina
Begitu syulit seperti melupakan rehan ya ka 😹
2023-07-04
1