Bab 06-- Salah Paham

Anya yang berjalan di sebuah lorong rumah sakit tersebut masih saja menyimpan kesal sejak meninggalkan ruang rawat Elvira. Ia kembali teringat akan perkataan dari Elvira yang mengatakan jika dirinya tidak akan memiliki tempat di antara hubungan Elvira dan Daffin.

“Aku tidak akan melupakan penghinaannya hari ini kepadaku! Dia pikir dia siapa? Diia bisa bersikap sombong seperti itu hanya karena telah berhasil menikahi pak Daffin,” gerutu Anya dengan kesal sembari terus melangkahkan kakinya.

Tidak lama kemudian ia melihat ada Nevan yang sedang berjalan menuju ke arahnya.

“Loh Anya, kamu disini?”

“Pak Nevan? Iya, saya baru saja mengunjungi bu Elvira,” jawab Anya.

“Oh ya? Dia lebih sensitif akhir-akhir ini, apa dia memarahi kamu?”

“Tidak, Pak.”

“Kalian cukup akrab tampaknya.”

“Tidak juga, Pak. Kalau begitu, saya permisi dulu ya,” ujar Anya mengakhiri percakapan singkat itu.

Sedangkan Nevan kembali lanjut melangkah, saat hendak akan melewati pintu ruangan tempat Elvira dirawat tiba-tiba ia menghentikan langkahnya sejenak.

Nevan memandang ke arah pintu yang tertutup rapat tersebut tanpa ia mengetahui jika kakak iparnya itu sedang menangis tersedu sendirian, namun karena perasaan ragu ia pun akhirnya memilih untuk kembali berjalan melewati ruangan tersebut hendak menuju ke tempat Daffin.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di kediaman keluarga Arkatama yang megah.

Meisya masih saja mengkhawatirkan kondisi putranya yang saat ini masih terbaring di rumah sakit saat ini pergi ke ruang kerja Daffin.

Ia mencoba duduk di kursi kerja Daffin. Meisya merasa jadi sedikit lebih tenang karena kerinduan akan putranya yang dulu sering menghabiskan waktu di ruangan ini saat berada di rumah.

Lalu ia melihat sebuah ponsel yang diletakkan di atas meja bagian pojok, sepertinya itu milik Daffin. Meisya penasaran dengan isi ponsel Daffin tersebut. Ia lalu mengisi daya ponsel dan segera mengaktifkannya.

“Dia pasti banyak mendapat telepon dan pesan penting,” gumam Meisya sembari menyalakan ponsel tersebut.

Detik selanjutnya, raut wajahnya yang sebelumnya senang berubah drastis begitu melihat ada foto Elvira yang ada di layar depan ponsel dibarengi masuknya pemberitahuan rentetan pesan dan riwayat telepon dari beberapa kontaknya.

Meisya sangat kesal melihatnya karena selama ini Daffin seperti sangat kecintaan pada Elvira, ia pun berencana untuk mengubahnya.

“Dia bahkan tidak mengunci layar hp-nya dengan pin,” gerutu Meisya saat membuka layar ponsel tersebut.

Ia lalu membuka galeri untuk mencari foto lain.

“Sejak dia masuk ke keluarga ini, Daffin selalu saja menentang ku. Sekarang karena dia juga putraku sedang terbaring lemah di rumah sakit belum juga sadarkan diri,” kesal Meisya sambil terus mencari foto-foto di ponsel tersebut.

Namun alangkah terkejutnya ia begitu mendapati sebuah foto yang memperlihatkan Daffin dengan seorang perempuan persis yang pernah ditunjukkan oleh Anya kepada Elvira dan perempuan yang ada di foto itu bukan Elvira.

“Apa-apaan ini?! Siapa perempuan ini?” Meisya bertanya sendiri dengan sangat marah.

“Memalukan!”

Karena rasa penasarannya yang tak tertahankan lagi, Meisya langsung memeriksa pesan pribadi di ponsel tersebut dan benar saja terdapat banyak pesan yang dikirim oleh Anya bersama foto tersebut.

Meisya mencengkram benda pipih tersebut dengan erat sembari menahan emosi. Ia memang tidak pernah menyukai menantunya, tapi baginya perbuatan putranya dengan bersama perempuan tersebut juga tidak bisa dibenarkan bahkan sangat memalukan.

Meisya memijat kepalanya yang mulai terasa pusing karena mendapati hal yang mengejutkan ini. Ia lalu memikirkan bagaimana reaksi dari Dewanti jika mengetahui hal memalukan seperti ini padahal keluarga ini sangat menjunjung tinggi kehormatan dan moralitas.

Meisya sangat takut jika hal ini terkuak, reputasi keluarga mereka mungkin saja akan hancur. Ia pun memutuskan untuk menyimpan ponsel tersebut sebelum ada orang lain yang mengetahuinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di rumah sakit.

Beberapa jam berlalu sejak pertemuannya dengan Anya, Elvira yang merasa kondisinya sudah lebih baik melepas jarum infus yang ada di tangannya. Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka dan ada dr. Raldy yang masuk untuk kembali memeriksa keadaannya.

“Bagaimana keadaan kamu hari ini? Apa sudah merasa baikan?” tanya Raldy, lalu perhatiannya teralih melihat selang infus sudah tidak terhubung lagi ke tangan pasiennya itu.

“Sudah jauh lebih baik. Aku merasa bosan di sini, bolehkah aku pergi keluar? Aku ingin menghirup udara segar rasanya,” sahut Elvira.

“Kenapa tidak, mau jalan-jalan ke taman di lantai bawah? Sekalian latihan berjalan,” ajak Raldy.

Elvira mengangguk dengan semangatmenerima ajakan Raldy, ia berharap bisa melupakan sejenak rasa sakit hatinya.

“Oke.” Raldy dengan bersemangat membantu mendorongkan kursi rodanya.

...----------------...

Tidak lama kemudian mereka sudah tiba di sebuah taman sekitaran rumah sakit yang sangat luas dan disini terdapat banyak orang, kebanyakan dari mereka merupakan pasien rumah sakit ini yang sekedar berjalan-jalan atau menikmati udara segar. Elvira merasa senang berada disini apalagi tempatnya yang asri membuatnya merasanyaman.

“Oh ya, Elvira. Aku punya kejutan buat kamu,” ujar Raldy.

“Kejutan? Apa?” tanya Elvira penasaran.

“Tunggu sebentar ya,” kata Raldy sambil melihat-lihat di sekitar.

“Nah, itu dia,” tunjuk Raldy ke arah seorang perempuan yang nampak berjalan mendekat kepada mereka.

“Kak Asty?” Elvira terlihat sangat terkejut sekaligus tertegun melihat kehadiran kakaknya itu.

Sebelumnya saat mereka masih dalam perjalanan menuju taman ini, Raldy sudah memberitahukan Asty untuk mempertemukannya dengan Elvira. Beruntung jarak dari tempat Asty berada saat itu tidak jauh dari rumah sakit ini.

“Elvira.” Sang kakak langsung saja memeluk adiknya itu dengan erat seperti baru menemukannya lagi karena memang sudah lama mereka tidak berhubungan sejak Elvira memutuskan untuk menikah dengan Daffin.

“Kak Asty,” lirih Elvira dan betapa senangnya ia karena saat ini berada di pelukan orang yang paling memedulikannya itu.

“Kakak kangen banget sama kamu, kakak bersyukur kamu baik-baik aja. Kamu tahu, betapa khawatirnya Kakak saat tahu kabar tentang kamu waktu itu,” ungkap Asty, detik berikutnya ia sudah menitikkan air mata karena terharu.

“Aku juga kangen banget sama Kakak, maafkan aku karena selama ini menjauh dari Kakak. Kakak pasti sangat marah ya kepadaku?”

“Tidak, Elvira. Kakak mengerti. Asal kamu selalu bahagia, Kakak juga senang. Tapi syukurlah kelihatannya suami kamu dan keluarganya sangat sayang dan menjaga kamu dengan baik,” kata Asty.

Elvira pun hanya mengiyakan saja, ia tetap akan berusaha agar terlihat baik-baik saja dan tidak ingin Asty mengetahui permasalahannya.

...----------------...

Sementara itu Nevan merasa harus kembali memeriksa keadaan Elvira memutuskan untuk menemuinya.

“Maaf, Pak. Bu Elvira sedang keluar,” kata salah satu pengawal pribadi yang menjaga pintu ruangan tersebut.

“Keluar? Kalian membiarkannya pergi sendiri?” tanya Nevan tampak marah.

“Tidak, Pak. Tadi Bu Elvira pergi bersama dokter yang merawatnya, katanya mau ke taman rumah sakit.”

Nevan sudah bisa menebak seorang dokter yang dimaksud mereka adalah dr. Raldy. kecurigaannya semakin menjadi, ia turut penasaran seperti apa hubungan mereka sebenarnya.

Nevan berharap kecurigaannya ini salah, bagaimanapun ia tidak ingin ada orang lain yang mengganggu hubungan kedua kakaknya itu.

...----------------...

Sedangkan di taman saat ini, Elvira masih saling melepas kangen dengan Asty.

“Bagaimana kabar ibu sekarang? Aku mendengar kabar dari kak Raldy, katanya ibu sempat dirawat ya?” tanya Elvira.

“Ibu sekarang baik-baik saja, kok. Sudah bisa beraktivitas seperti biasa.”

“Syukurlah.” Elvira merasa lebih lega.

Namun Asty tiba-tiba menunjukkan raut wajah sedih setelah baru melihat jam di tangannya.

“Kakak minta maaf ya, Kakak tidak bisa lama-lama. Kakak harus mengajar dan waktunya sebentar lagi,” sesal Asty. Ini pun menyempatkan waktu karena sudah sangat merindukan adiknya.

“Iya Kak. Tidak apa-apa.”

“Nanti kita ketemu lagi ya, jaga diri kamu,” ujar Asty sebelum akhirnya ia segera pergi dalam keadaan tergesa-gesa.

“Kakak kamu itu memang pekerja keras, dia juga sepertinya yang paling sayang sama kamu,” puji Raldy.

“Iya, bahkan hanya dia yang sangat tulus selalu menyayangiku. Aku benar-benar beruntung memiliki kakak sepertinya,” ungkap Elvira.

Detik berikutnya ia kembali meneteskan air mata mengenang betapa ia merindukan kebersamaan mereka waktu dulu. Saat ia sedih atau memiliki masalah apapun, Asty selalu jadi yang pertama tempat untuknya bertumpu.

Sekarang, saat Elvira merasa hatinya benar-benar rapuh ia sangat ingin mengadu kepada kakaknya. Namun saat kembali mengingat sebuah kenyataan pahit tentangnya dan keluarganya membuat Elvira semakin sedih.

Melihat Elvira yang melamun dalam kesedihannya, Raldy lalu berinisiatif untuk mengalihkan topik.

“Elvira, bagaimana kalau sekarang kita coba melatih kaki kamu. Kamu siap kan?” tanya Raldy.

“Apa? Oh, iya Kak. Maaf ya, aku melamun.”

“It’s Ok.”

Lalu Raldy membantu Elvira untuk menggerakkan kakinya secara perlahan.

“Masih terasa sakit ya?” tanya Raldy memastikan.

“Iya, Kak,” jawab Elvira.

“Ya sudah, kamu coba turunin ke tanah perlahan ya, hati-hati.”

Elvira mengumpulkan segala tenaganya dan ia masih menahan rasa sakit saat kakinya mulai menapak di tanah yang ditumbuhi rerumputan hijau itu.

Sedangkan Raldy membantu memegangi kedua lengannya karena tidak ada alat penopang untuk Elvira berpegangan.

Karena tumpuan kaki Elvira yang terasa sakit itu membuatnya tidak sanggup untuk bisa berdiri akhirnya ia hampir terjatuh, namun Raldy dengan sigap menangkapnya hingga Elvira terjatuh di pangkuannya.

Raldy menatapnya dengan lekat, namun ia seketika tersadar saat melihat senyum canda Elvira yang mengejek dirinya sendiri.

“Ini lebih sulit dari yang aku bayangkan.” Elvira mengeluh sembari kini sudah dibantu oleh Raldy untuk bisa duduk kembali di kursi roda.

“Tidak apa-apa, nanti kamu bisa mencoba lagi.”

Kebersamaan mereka itu ternyata terlihat jelas oleh Nevan sejak tadi sudah berdiri tidak jauh dari mereka. Melihat keduanya sangat akrab bahkan saling menatap dengan melempar senyum bahagia membuat Nevan kesal sendiri.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

kimraina

kimraina

Begitu syulit seperti melupakan rehan ya ka 😹

2023-07-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01-- Terbangun
2 Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3 Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4 Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5 Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6 Bab 06-- Salah Paham
7 Bab 07-- Rencana Bertahan
8 Bab 08-- Bertahan Terluka
9 Bab 09-- Memilih Bertahan
10 Bab 10-- Tetap Bertahan
11 Bab 11-- Kebohongan
12 Bab 12-- Memaafkan
13 Bab 13-- Benalu Lain
14 Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15 Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16 Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17 Bab 17-- Menggenggam Duri
18 Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19 Bab 19-- Surat Cerai
20 Bab 20-- Rahasia Lain
21 Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22 Bab 22-- Peristiwa Duka
23 Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24 Bab 24-- Sisa Kesedihan
25 Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26 Bab 26-- Kedatangan Benalu
27 Bab 27-- Acara Perusahaan
28 Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29 Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30 Bab 30-- Tersesat
31 Bab 31-- Kembali Pulang
32 Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33 Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34 Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35 Bab 35-- Menata Hati
36 Bab 36-- Gejolak Perasaan
37 Bab 37-- Keluarga Anya
38 Bab 38-- Menguatkan Hati
39 Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40 Bab 40-- Penawar Gundah
41 Bab 41-- Debaran
42 Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43 Bab 43-- Sandiwara Anya
44 Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45 Bab 45-- Tumpuan Hati
46 Bab 46-- Mengaku
47 Bab 47-- Tentang Melody
48 Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49 Bab 49-- Bertamu
50 Bab 50-- Kegelisahan Anya
51 Bab 51-- Undangan Dadakan
52 Bab 52-- Sang Mantan
53 Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54 Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55 Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56 Bab 56-- Pertemuan Kerja
57 Bab 57-- Masalah Lagi
58 Bab 58-- Masalah Lanjutan
59 Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60 Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61 Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62 Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63 Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64 Bab 64-- Teman Lama
65 Bab 65-- Adegan Memalukan
66 Bab 66-- Kemarahan Anya
67 Bab 67-- Acara Universitas
68 Bab 68-- Janji Temu
69 Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70 Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71 Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72 Bab 72-- Kunjungan
73 Bab 73-- Misi Lain
74 Bab 74-- Karena Cemburu
75 Bab 75-- Kebohongan Anya
76 Bab 76-- Kemarahan Gio
77 Bab 77-- Tamu Hari Ini
78 Bab 78-- Rencana Gio
79 Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80 Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81 Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82 Bab 82-- Permintaan
83 Bab 83-- Rumah Kedua
84 Bab 84-- Tamu Penyusup
85 Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86 Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87 Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88 Bab 88-- Surat Kuasa
89 Bab 89-- Bersiap Pergi
90 Bab 90-- Kejutan Lain
91 Bab 91-- Pengakuan
92 Bab 92-- Memori Lama
93 Bab 93-- Terpaksa Pergi
94 Bab 94-- Dimana Elvira
95 Bab 95-- Mencari Elvira
96 Bab 96-- Diluar Rencana
97 Bab 97-- Kembali Pulang
98 Bab 98-- Dua Keluarga
99 Bab 99-- Kegusaran Anya
100 Bab 100-- Pengunjung Toko
101 Bab 101-- Ke Panti
102 Bab 102-- Menemui Bahaya
103 Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104 Bab 104-- Keikhlasan
105 Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106 Bab 106-- Sisa Kekecewaan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 01-- Terbangun
2
Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3
Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4
Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5
Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6
Bab 06-- Salah Paham
7
Bab 07-- Rencana Bertahan
8
Bab 08-- Bertahan Terluka
9
Bab 09-- Memilih Bertahan
10
Bab 10-- Tetap Bertahan
11
Bab 11-- Kebohongan
12
Bab 12-- Memaafkan
13
Bab 13-- Benalu Lain
14
Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15
Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16
Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17
Bab 17-- Menggenggam Duri
18
Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19
Bab 19-- Surat Cerai
20
Bab 20-- Rahasia Lain
21
Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22
Bab 22-- Peristiwa Duka
23
Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24
Bab 24-- Sisa Kesedihan
25
Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26
Bab 26-- Kedatangan Benalu
27
Bab 27-- Acara Perusahaan
28
Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29
Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30
Bab 30-- Tersesat
31
Bab 31-- Kembali Pulang
32
Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33
Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34
Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35
Bab 35-- Menata Hati
36
Bab 36-- Gejolak Perasaan
37
Bab 37-- Keluarga Anya
38
Bab 38-- Menguatkan Hati
39
Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40
Bab 40-- Penawar Gundah
41
Bab 41-- Debaran
42
Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43
Bab 43-- Sandiwara Anya
44
Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45
Bab 45-- Tumpuan Hati
46
Bab 46-- Mengaku
47
Bab 47-- Tentang Melody
48
Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49
Bab 49-- Bertamu
50
Bab 50-- Kegelisahan Anya
51
Bab 51-- Undangan Dadakan
52
Bab 52-- Sang Mantan
53
Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54
Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55
Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56
Bab 56-- Pertemuan Kerja
57
Bab 57-- Masalah Lagi
58
Bab 58-- Masalah Lanjutan
59
Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60
Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61
Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62
Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63
Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64
Bab 64-- Teman Lama
65
Bab 65-- Adegan Memalukan
66
Bab 66-- Kemarahan Anya
67
Bab 67-- Acara Universitas
68
Bab 68-- Janji Temu
69
Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70
Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71
Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72
Bab 72-- Kunjungan
73
Bab 73-- Misi Lain
74
Bab 74-- Karena Cemburu
75
Bab 75-- Kebohongan Anya
76
Bab 76-- Kemarahan Gio
77
Bab 77-- Tamu Hari Ini
78
Bab 78-- Rencana Gio
79
Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80
Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81
Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82
Bab 82-- Permintaan
83
Bab 83-- Rumah Kedua
84
Bab 84-- Tamu Penyusup
85
Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86
Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87
Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88
Bab 88-- Surat Kuasa
89
Bab 89-- Bersiap Pergi
90
Bab 90-- Kejutan Lain
91
Bab 91-- Pengakuan
92
Bab 92-- Memori Lama
93
Bab 93-- Terpaksa Pergi
94
Bab 94-- Dimana Elvira
95
Bab 95-- Mencari Elvira
96
Bab 96-- Diluar Rencana
97
Bab 97-- Kembali Pulang
98
Bab 98-- Dua Keluarga
99
Bab 99-- Kegusaran Anya
100
Bab 100-- Pengunjung Toko
101
Bab 101-- Ke Panti
102
Bab 102-- Menemui Bahaya
103
Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104
Bab 104-- Keikhlasan
105
Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106
Bab 106-- Sisa Kekecewaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!