Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit

Perempuan itu melempar senyum ke arah Elvira dan segera menambah langkah untuk menghampiri.

“Bu Elvira,” sapanya dengan ramah.

“Kamu?” Elvira ingat pernah melihatnya beberapa kali berada di kantor suaminya.

Karena jarang mau mengurusi pekerjaan Daffin, Elvira memang tidak mengetahui siapa saja orang yang bekerja dengan suaminya, kecuali Sakti si asisten pribadi sekaligus orang kepercayaan Daffin.

“Saya Anya, sekretarisnya pak Daffin.” Perempuan cantik yang memiliki rambut panjang itu memperkenalkan diri.

“Oh, sekretaris? Ada urusan apa?” tanya Elvira.

“Saya hanya ingin mengetahui bagaimana perkembangan kondisi pak Daffin, Bu.”

“Lalu kenapa belum masuk?”

“Saya kebetulan baru saja sampai,” jawab perempuan yang bernama Anya tersebut.

Tiba-tiba pandangan Elvira teralihkan oleh Nevan yang baru datang entah darimana.

“Ada urusan apa?” tanya Nevan kepada Anya.

“Saya Anya, sekretaris pak Daffin. Saya mau mengetahui perkembangan kondisi pak Daffin karena sejak pak Daffin kecelakaan banyak sekali pembatalan dan perubahan jadwal pertemuan dengan beberapa rekan bisnisnya,” ujar Anya menjelaskan.

"Nanti kita bahas," sahut Nevan.

Lalu ia mengalihkan pandangan kepada Elvira. “Kamu kenapa keluar? Bukan kah sudah kuingatkan untuk tidak meninggalkan ranjang rawat kamu."

“Aku hanya ingin menemui suamiku,” jawab Elvira santai.

“Suster, tolong antar Ibu Elvira kembali ke ruang rawatnya,” pinta Nevan, dan langsung diiyakan oleh perawat tersebut.

...----------------...

Sebuah pintu ruangan terbuka dan ada seorang yang masuk membuat perhatian Elvira teralihkan. Masih berada di kursi rodanya sejak tadi kembali ke kamar rawatnya, ia menoleh dan sudah ada Raldy yang datang sepertinya mau memeriksa keadaannya.

“Kamu sendirian? Bagaimana keadaan kamu hari ini? Sudah merasa jauh lebih baik?” tanya Raldy dengan ramah tanpa menghilangkan senyuman.

“Aku merasa bosan disini, Kak,” ujar Elvira menyahut dan membuat pria itu menatapnya lagi. Sungguh ia terkesan karena Elvira tidak pernah melupakan panggilan itu untuknya.

Raldy kembali melempar senyuman seraya berkata, “Lama tidak bertemu. Senang bisa bertemu kamu lagi, sepertinya kamu hidup dengan baik sejauh ini.”

“Aku juga senang bisa bertemu Kak Raldy lagi.”

Raldy berjongkok dan mensejajarkan posisi dengan Elvira. “Syukurlah kamu bisa melewati masa-masa kritis kamu setelah kecelakaan itu, kamu bertahan dengan sangat baik.”

“Bagaimana kabar Ibu dan Kak Asty?” tanya Elvira tiba-tiba, kali ini dengan raut wajah yang sendu kala mengingat dua nama itu.

Sejak mengambil keputusan untuk menikah dengan Daffin, Elvira memutuskan hubungan dengan ibu dan kakaknya itu. Elvira berpikir karena hal itu mereka mungkin akan sangat membencinya dan sudah melupakan semua tentangnya.

Raldy adalah orang yang paling dekat dengan keluarga mereka, ia menjalin pertemanan dengan Asty—kakaknya Elvira sejak bertahun lamanya dan sedikit banyaknya Raldy mengetahui tentang yang terjadi pada keluarga mereka.

Raldy bahkan mengetahui selama ini tidak pernah tercipta hubungan yang baik antara Elvira dan ibunya.

“Mereka baik-baik saja. Apa kamu tidak ada niatan untuk menjenguk ibu Widya? Sekitar satu mingguan yang lalu ibu kamu dirawat disini karena maagh akut yang dideritanya.”

“Ya ampun, ibu. Apa dia tidak pernah memperhatikan kesehatannya.” Elvira sangat terkejut sekaligus sedih mendengarnya.

Ia pergi bukan untuk melupakan mereka, tapi ada hal yang benar-benar membuatnya merasa harus meninggalkan serta hidup jauh dari mereka serta membiarkan mereka terus membencinya.

Elvira kini merasa benar-benar sangat jauh dengan keluarganya itu. Meski ia telah mengetahui sebuah kebenaran tentang mereka, ia tetap tidak bisa semudah itu menghilangkan mereka dari hidupnya. Apalagi mendengar kabar jika ibunya sempat sakit sungguh membuat batinnya merintih karena mengkhawatirkan keadaannya.

“Kalau kamu ada waktu, sesekali jenguk lah kesana. Aku yakin, mereka juga sangat merindukan kamu meski mereka tidak pernah menghubungi kamu. Aku juga yakin mereka sebenarnya hanya menahan diri sama seperti kamu.” Raldy menyarankan.

“Aku bahkan tidak tahu apakah aku masih pantas memunculkan diri di hadapan mereka, aku hanya ingin mereka melupakanku,” lirih Elvira sembari menahan genangan air di sudut matanya.

Seseorang baru membuka pintu ruangan dan terlihat Nevan masuk namun ia dikejutkan dengan pemandangan di depannya antara dua insan tersebut yang tampak akrab.

Raldy segera membawa diri untuk berdiri dan menyapanya, sedangkan Elvira buru-buru menyeka air matanya sembari membuang muka. Merasa sudah cukup memeriksa pasiennya, Raldy segera permisi.

“Kamu sudah selesai dengan sekretaris itu?” tanya Elvira basa basi.

“Iya, aku kesini hanya memastikan kamu sudah berada di kamar rawat kamu. Istirahat lah, bukannya kata dokter kamu harus banyak istirahat.”

“Nevan, aku bosan berada disini. Aku ingin jalan-jalan,” ujar Elvira.

“Nanti saja.” Nevan lalu mendekat ke arahnya, ia menatap Elvira dengan penuh selidik. “Kamu mengenal dekat dokter itu?”

“Tidak juga," jawab Elvira singkat.

Namun detik ini ia melihat pandangan Nevan penuh selidik terhadapnya, Elvira berpikir akan mengaku saja. "Hanya saja aku memang mengenalnya.”

“Oh ya? Kenapa aku melihatnya agak berbeda?” Nevan masih belum puas dengan jawaban kakak iparnya itu.

“Aku memang mengenal baik dengannya. Kami sudah mengenal sejak lama sebelum aku menikah dengan kakak kamu."

“Aku tahu kamu tidak mencintai kak Daffin.” Sorot mata pria berwajah tampan itu kini menatapnya dengan tatapan sangat dingin. “Bukan berarti kamu bebas bersama pria lain.”

“Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya selain hanya sebatas mengenal.” Elvira menegaskan.

Namun Nevan segera meninggalkannya tanpa peduli penegasan dari Elvira.

"Apa? Dia bicara seolah paling tahu tentang hubunganku dengan mas Daffin." Elvira menggumam sendiri sembari melirik ke arah pintu yang sudah tertutup kembali.

...----------------...

Hari kembali berganti.

Hari ini Elvira merasa kondisinya sudah jauh lebih baik. Sambil duduk di kursi roda, yang ia memperhatikan ke arah pria yang baru selesai menyimpan ponselnya sehabis menerima panggilan.

Dari yang Elvira dengar dari kejauhan, sepertinya pria itu baru saja membahas mengenai urusan pekerjaan di kantor.

Sakti, dia adalah orang kepercayaan Daffin sekaligus merupakan teman dekat Daffin karena kebersamaan mereka yang sudah lama terjalin. Sejak Daffin di rumah sakit, dia adalah orang yang paling sibuk mengurus pekerjaan di perusahaan. Dia termasuk orang yang turut dekat dengan Elvira dan paling tahu bagaimana dulu Daffin berusaha mendapatkan Elvira.

“Sakti,” panggilnya.

“Iya, Bu.”

“Kamu sudah sarapan?” tanya Elvira.

“Belum, Bu. Nanti saja.”

“Kamu saparan saja. Aku tidak apa-apa sendirian."

“Tapi Bu.”

“Tidak apa-apa, kamu bersantai saja sambil sarapan. Jangan sampai kamu sakit karena kelelahan berjaga disini, kamu kan juga masih harus mengurus beberapa urusan di perusahaan.” Ucapan Elvira nyaris terdengar sebagai bentuk perhatian.

Akan tetapi ia juga sebenarnya mencari cara agar bisa segera keluar dari ruangan ini. Karena ia sudah tahu pasti jika saat ini Sakti dalam menjalankan perintah dari Nevan yang selalu saja melarangnya keluar dari ruangan ini yang bagi Elvira sungguh membuatnya bosan.

“Baik, Bu. Tapi Bu Elvira tidak apa-apa, kan?” Sakti kembali ingin memastikan.

“Iya, Sakti. Sana, pergilah makan yang banyak.”

Elvira tersenyum lebar sesaat setelah batang hidung Sakti sudah tidak terlihat lagi oleh pandangannya. Elvira hendak menggerakkan sendiri kursi rodanya akan tetapi terasa sedikit kesusahan karena masih ada selang infus di tangannya.

Ia lalu menatap kesal ke arah tiang penyangga kantong infus di sampingnya yang sebenarnya tidak bersalah. Karena ia hendak kabur dari sini, Elvira langsung saja melepas jarum infus yang melekat ditangannya dengan penuh hati-hati, ia mendesis sakit karenanya.

...----------------...

Sementara itu Anya hari ini kembali menjenguk bosnya sedang berada di ruang perawatan, datang dengan dalih mengantarkan beberapa berkas perusahaan yang dipinta oleh Nevan kemarin.

Ia sangat senang bisa melihat Daffin bahkan saat ini ia sedang membantu menyeka wajah Daffin dengan sebuah handuk kecil untuk membuat kulitnya tetap bersih.

“Kamu tahu, Daffin. Meski hubungan kita bagi kamu hanya untuk sesaat, aku tidak bisa semudah itu melupakan apa yang pernah terjadi diantara kita. Sulit sekali melepaskan kamu begitu saja,” ungkap Anya seolah sedang bicara kepada Daffin meskipun ia sadar jika Daffin tak dapat mendengarnya.

Anya menghela napas dan menyeka air matanya yang mau menetes. Ia teringat akan manisnya senyuman Daffin ketika sedang menatapnya juga perlakuan Daffin yang sangat lembut kepadanya.Akan tetapi ia tidak menyangka jika sikapDaffin akan berubah secepat itu.

Saat bekerja pun, Daffin hanya memeperlakukannya layaknya seorang karyawan biasa hingga Daffin tidak pernah mau bicara dengannya diluar tentang pekerjaan.

Anya mengambil ponselnya dan membuka sebuah ruang obrolan pribadinya dengan Daffin, terlihat banyak sekali pesan yang di kirimkannya selama ini namun seakan tidak berarti apapun bagi Daffin, bahkan lelaki itu tidak pernah mau untuk membalasnya setelah memutuskan hubungan mereka secara sepihak.

Anya tersenyum sinis melihat rentetan pesan miliknya yang tak berbalas di ruang obrolan pesan tersebut, ia tak ubahnya seperti seorang peneror yang mengganggu Daffin.

Namun ia baru menyadari sesuatu, mengingat jika hari itu berdasarkan info adalah hari di mana Daffin dan Elvira mengalami kecelakaan, Anya tertegun sejenak melihat isi pesannya yang terkirim pada jam yang berdekatan dengan kejadian itu.

Anya lalu memandang lagi ke arah Daffin dan menyesali tindakannya, ia benar-benar tidak tahu jika saat itu Daffin sedang dalam perjalanan. Ia hanya dapat kabar jika Daffin mengambil cuti dua hari untuk pergi berlibur dengan istrinya dan itu membuat Anya sangat kesal.

Anya kembali menyimpan ponselnya, ia berharap jika teror telepon dan pesan darinya waktu itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan penyebab kecelakaan Daffin. Anya lalu menghela napas sejenak untuk menenangkan diri dan meneruskan untuk menyeka wajah Daffin dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Tak berselang lama Elvira sudah tiba di kamar Daffin. Ya, tujuan awalnya ketika keluar dari kamarnya hanyalah pergi melihat suaminya.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

mama zha

mama zha

mampir say

2023-06-25

1

Author DE LILAH

Author DE LILAH

bener daffin... jgn mau diperbudak kapital wkwkw

2023-05-30

1

Berbieliza

Berbieliza

aku udah mmpir

2023-05-26

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01-- Terbangun
2 Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3 Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4 Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5 Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6 Bab 06-- Salah Paham
7 Bab 07-- Rencana Bertahan
8 Bab 08-- Bertahan Terluka
9 Bab 09-- Memilih Bertahan
10 Bab 10-- Tetap Bertahan
11 Bab 11-- Kebohongan
12 Bab 12-- Memaafkan
13 Bab 13-- Benalu Lain
14 Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15 Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16 Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17 Bab 17-- Menggenggam Duri
18 Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19 Bab 19-- Surat Cerai
20 Bab 20-- Rahasia Lain
21 Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22 Bab 22-- Peristiwa Duka
23 Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24 Bab 24-- Sisa Kesedihan
25 Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26 Bab 26-- Kedatangan Benalu
27 Bab 27-- Acara Perusahaan
28 Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29 Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30 Bab 30-- Tersesat
31 Bab 31-- Kembali Pulang
32 Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33 Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34 Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35 Bab 35-- Menata Hati
36 Bab 36-- Gejolak Perasaan
37 Bab 37-- Keluarga Anya
38 Bab 38-- Menguatkan Hati
39 Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40 Bab 40-- Penawar Gundah
41 Bab 41-- Debaran
42 Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43 Bab 43-- Sandiwara Anya
44 Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45 Bab 45-- Tumpuan Hati
46 Bab 46-- Mengaku
47 Bab 47-- Tentang Melody
48 Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49 Bab 49-- Bertamu
50 Bab 50-- Kegelisahan Anya
51 Bab 51-- Undangan Dadakan
52 Bab 52-- Sang Mantan
53 Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54 Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55 Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56 Bab 56-- Pertemuan Kerja
57 Bab 57-- Masalah Lagi
58 Bab 58-- Masalah Lanjutan
59 Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60 Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61 Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62 Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63 Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64 Bab 64-- Teman Lama
65 Bab 65-- Adegan Memalukan
66 Bab 66-- Kemarahan Anya
67 Bab 67-- Acara Universitas
68 Bab 68-- Janji Temu
69 Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70 Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71 Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72 Bab 72-- Kunjungan
73 Bab 73-- Misi Lain
74 Bab 74-- Karena Cemburu
75 Bab 75-- Kebohongan Anya
76 Bab 76-- Kemarahan Gio
77 Bab 77-- Tamu Hari Ini
78 Bab 78-- Rencana Gio
79 Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80 Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81 Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82 Bab 82-- Permintaan
83 Bab 83-- Rumah Kedua
84 Bab 84-- Tamu Penyusup
85 Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86 Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87 Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88 Bab 88-- Surat Kuasa
89 Bab 89-- Bersiap Pergi
90 Bab 90-- Kejutan Lain
91 Bab 91-- Pengakuan
92 Bab 92-- Memori Lama
93 Bab 93-- Terpaksa Pergi
94 Bab 94-- Dimana Elvira
95 Bab 95-- Mencari Elvira
96 Bab 96-- Diluar Rencana
97 Bab 97-- Kembali Pulang
98 Bab 98-- Dua Keluarga
99 Bab 99-- Kegusaran Anya
100 Bab 100-- Pengunjung Toko
101 Bab 101-- Ke Panti
102 Bab 102-- Menemui Bahaya
103 Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104 Bab 104-- Keikhlasan
105 Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106 Bab 106-- Sisa Kekecewaan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 01-- Terbangun
2
Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3
Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4
Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5
Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6
Bab 06-- Salah Paham
7
Bab 07-- Rencana Bertahan
8
Bab 08-- Bertahan Terluka
9
Bab 09-- Memilih Bertahan
10
Bab 10-- Tetap Bertahan
11
Bab 11-- Kebohongan
12
Bab 12-- Memaafkan
13
Bab 13-- Benalu Lain
14
Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15
Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16
Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17
Bab 17-- Menggenggam Duri
18
Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19
Bab 19-- Surat Cerai
20
Bab 20-- Rahasia Lain
21
Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22
Bab 22-- Peristiwa Duka
23
Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24
Bab 24-- Sisa Kesedihan
25
Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26
Bab 26-- Kedatangan Benalu
27
Bab 27-- Acara Perusahaan
28
Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29
Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30
Bab 30-- Tersesat
31
Bab 31-- Kembali Pulang
32
Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33
Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34
Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35
Bab 35-- Menata Hati
36
Bab 36-- Gejolak Perasaan
37
Bab 37-- Keluarga Anya
38
Bab 38-- Menguatkan Hati
39
Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40
Bab 40-- Penawar Gundah
41
Bab 41-- Debaran
42
Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43
Bab 43-- Sandiwara Anya
44
Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45
Bab 45-- Tumpuan Hati
46
Bab 46-- Mengaku
47
Bab 47-- Tentang Melody
48
Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49
Bab 49-- Bertamu
50
Bab 50-- Kegelisahan Anya
51
Bab 51-- Undangan Dadakan
52
Bab 52-- Sang Mantan
53
Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54
Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55
Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56
Bab 56-- Pertemuan Kerja
57
Bab 57-- Masalah Lagi
58
Bab 58-- Masalah Lanjutan
59
Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60
Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61
Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62
Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63
Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64
Bab 64-- Teman Lama
65
Bab 65-- Adegan Memalukan
66
Bab 66-- Kemarahan Anya
67
Bab 67-- Acara Universitas
68
Bab 68-- Janji Temu
69
Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70
Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71
Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72
Bab 72-- Kunjungan
73
Bab 73-- Misi Lain
74
Bab 74-- Karena Cemburu
75
Bab 75-- Kebohongan Anya
76
Bab 76-- Kemarahan Gio
77
Bab 77-- Tamu Hari Ini
78
Bab 78-- Rencana Gio
79
Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80
Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81
Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82
Bab 82-- Permintaan
83
Bab 83-- Rumah Kedua
84
Bab 84-- Tamu Penyusup
85
Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86
Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87
Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88
Bab 88-- Surat Kuasa
89
Bab 89-- Bersiap Pergi
90
Bab 90-- Kejutan Lain
91
Bab 91-- Pengakuan
92
Bab 92-- Memori Lama
93
Bab 93-- Terpaksa Pergi
94
Bab 94-- Dimana Elvira
95
Bab 95-- Mencari Elvira
96
Bab 96-- Diluar Rencana
97
Bab 97-- Kembali Pulang
98
Bab 98-- Dua Keluarga
99
Bab 99-- Kegusaran Anya
100
Bab 100-- Pengunjung Toko
101
Bab 101-- Ke Panti
102
Bab 102-- Menemui Bahaya
103
Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104
Bab 104-- Keikhlasan
105
Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106
Bab 106-- Sisa Kekecewaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!