Bab 07-- Rencana Bertahan

Raldy tiba-tiba mendapat sebuah panggilan telepon dan ia terlihat langsung menjawab panggilan tersebut. Selanjutnya Nevan mendatangi Elvira dan Raldy, kehadirannya langsung disambut hangat oleh senyum Raldy di sela pembicaraannya dengan seseorang via telepon.

Sedangkan Elvira terlihat membuang muka saat menyadari kehadiran Nevan. Ia masih marah karena kelakuan Nevan yang sudah berani mengizinkan Anya menjaga Daffin waktu itu.

“Iya, saya segera ke sana.” Raldy segera menutup sambungan telepon.

“Bagaimana Dok, perkembangan kondisi pada kaki kakak ipar saya?” tanya Nevan basa basi, lebih tepatnya menegaskan jika Elvira adalah seorang yang telah bersuami.

“Sepertinya masih terlalu sulit untuk melatihnya berjalan. Oh ya, beruntung sekali kamu datang,“ jawab Raldy. Lalu ia mengarahkan diri kepada Elvira.

“Saya harus pergi sekarang, ada hal mendesak. Saya permisi dulu.” Raldy segera berpamitan.

“Sepertinya kamu sudah cukup mendapat angin segar,” ujar Nevan.

Lalu ia langsung saja mendorongkan kursi roda Elvira dan membawanya segera meninggalkan area tersebut.

“Sudah merasa cukup kan kencannya?” sindir Nevan membuat Elvira mendelik heran.

“Apaan sih, sudah ku bilang jangan bicara denganku lagi!” ketus Elvira.

“Hati-hati jika hendak berkencan di tempat umum, orang-orang yang mengenal kamu mungkin akan berpikiran jika kamu sedang berselingkuh,” kata Nevan terdengar menyebalkan di telinga Elvira.

“Selingkuh? Siapa yang selingkuh? Apa aku terlihat seperti orang yang sedang selingkuh? Siapa yang sebenarnya berselingkuh?!” tanya Elvira heran dengan meninggikan nada bicaranya karena terbawa emosi juga terbawa perasaan.

Kerasnya suara Elvira tersebut ternyata mampu memancing pendengar yang berada tidak jauh darinya. Menyadari itu Elvira malu sendiri dan bersumpah akan menutup mulutnya.

Sementara Nevan hanya terheran melihat emosi Elvira yang menggebu-gebu. Hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah lift, Elvira tidak tahan lagi untuk berucap.

...----------------...

Tidak lama kemudian, Elvira dengan ditemani oleh Nevan sudah tiba di ruangan tempat suaminya dirawat. Sebelumnya ia meminta kepada Nevan untuk terlebih dahulu menenaminya menjenguk Daffin.

“Sudah berapa hari kenapa dia belum sadar juga? Mas, aku benar-benar berharap kamu segera sadar. Tolong bangunlah,” lirih Elvira yang menatap Daffin dengan nanar.

Ia segera memegangi tangan suaminya itu, tangan yang bahkan selama ini jarang ia pegang saat berada di sisi Daffin.

Tiba-tiba terlintas dalam ingatannya tentang sebuah foto yang diperlihatkan oleh Anya waktu itu, kini membuat matanya kembali berair. Ditambah lagi teringat perkataan Anya saat itu.

“... jangan marah kepadanya, salahkan diri kamu sendiri ...”

“Maafkan aku,” ucap Elvira sembari mencium tangan Daffin dengan rasa penyesalan yang mendalam.

“Aku ingin kamu tetap berada di sisiku, cepatlah bangun. Setelah kamu bangun nanti,mari kita duduk bersama dan bicara, ya? Ada banyak hal harus kita bicarakan.” Elvira berbicara seolah Daffin sedang mendengarnya.

“Kak Daffin pasti akan segera bangun, aku yakin dia akan bangun,” ujar Nevan berkeyakinan.

“Ya, dia harus bangun, aku pasti akan menantikannya. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padanya, banyak hal yang ingin kuperiksa kebenarannya.” Elvira lalu melepas kembali tangan Daffin.

“Saat nanti aku sudah kembali ke rumah, tolong jaga mas Daffin dengan baik,” pinta Elvira kepada Nevan.

“Tentu.”

“Nevan, terima kasih ya, dan maaf karena aku suka marah-marah sama kamu,” ucap Elvira, sedangkan Nevan hanya terdiam sembari menatapnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Elvira tersenyum bahagia saat melihat Dewanti datang menemuinya.

“Sayang, bagaimana kabar kamu? Sudah jauh lebih baik kan?” tanya Dewanti penuh perhatian.

“Iya Oma, aku sudah merasa jauh lebih baik,” jawab Elvira melempar senyum.

“Oma ada kabar gembira buat kamu. Tadi Oma sudah mengobrol dengan dr. Raldy, katanya kamu sudah boleh pulang, Oma kesini mau jemput kamu.”

“Iya, Oma.”

Elvira terlihat bingung harus senang atau tidak, ia memang bosan berada disini tapi disisi lain ia juga masih mengkhawatirkan kondisi Daffin, ia juga khawatir jika Anya akan terus datang untuk menjenguk suaminya itu.

“Oma akan fokuskan perawatan untuk kamu di rumah saja. Nanti kamu bisa kesini lagi untuk menjenguk Daffin.”

Elvira mengiyakan saja perkataan Dewanti.

Sementara itu di ruang rawat Daffin. Perhatian Nevan teralihkan kepada Meisya yang masuk ke ruangan. Meisya yang merasa khawatir langsung saja mendekat ke arah Daffin.

“Apa dia masih belum sadar juga?’ tanya Meisya.

“Iya, Ma. Sebenarnya ada berita buruk, dokter menyatakan kak Daffin koma,” ungkap Nevan.

“Apa? Koma?”

“Dokter belum bisa memastikan kapan dia akan bangun dari komanya.”

“Daffin, bagaimana bisa? Kenapa kamu harus mengalami hal ini?” lirih Meisya yang kini terisak.

“Oma sudah tahu?” tanya Meisya di tengah isak tangisnya.

“Aku belum memberitahu siapapun. Ma, Kak Daffin pasti bertahan, aku yakin dia orang yang kuat,” kata Nevan mencoba menenangkan Meisya.

“Iya, semoga kakak kamu cepat bangun ya,” harap Meisya.

“Mama sendiri aja kesini?”

“Mama tadi sama oma, oma ada di kamar Elvira katanya mau membawanya pulang hari ini.” Meisya bercerita dengan raut wajah sedih.

“Oh gitu.”

“Mama berharapnya Daffin yang bisa cepat bangun dan pulang ke rumah, bukannya dia.”

“Mama jangan ngomong gitu, kak Elvira kan menantu mama.”

Meisya hanya terdiam kesal saat mengingat tentang menantu yang tidak pernah disukainya itu, ia pun memilih lebih fokus menatap Daffin yang masih koma.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Elvira yang kini sudah kembali ke rumah sedang berada di kamarnya dan Daffin. Ia memandang menghadap ke sebuah dinding salah satu sisi kamar dimana terpajang rapi sebuah fotonya bersama Daffin yang diambil pada saat hari pernikahan mereka.

Ia teringat memang saat itu ia menikah dengan suaminya tanpa ada perasaan cinta sedikit pun namun kini ia hanya bisa merindukan kembali masa itu, rasanya ia ingin memperbaiki semuanya.

Tetapi saat teringat kembali penuturan dari Anya, membuatnya sangat kecewa. Meski sudah tidak harus berada di ranjang rumah sakit, Elvira tetap saja merasa gelisah.

Sebuah ketukan pintu dari luar mengejutkannya, dari arah pintu yang terbuka ada seorang asisten rumah tangga.

“Nyonya Elvira, makanan sudah siap di meja makan,” kata Mirah, seorang wanita paruh baya yang sudah setia puluhan tahun melayani dan menjadi seorang yang dipercaya di keluarga ini.

“Iya, Bi.”

Lalu Mirah masuk untuk menjemput dan membantu mendorongkan kursi roda Elvira.

Hingga sampai meja makan, Elvira masih belum melihat keberadaan Dewanti padahal makanan sudah tersaji di atas meja.

“Oma belum keluar ya?” tanya Elvira.

“Mungkin sebentar lagi,” jawab Bi Mirah, lalu ia segera permisi.

Derap langkah bunyi hentakan sepatu yang berjalan mendekat ke arahnya membuat Elvira menengok, ternyata Meisya yang baru saja pulang ke rumah dan ia menghampiri Elvira saat melihatnya dari kejauhan.

“Mama, ayo kita makan malam bareng,” ajak Elvira.

“Masih bisa kamu enak-enak makan disini? Sementara putraku masih saja tak sadarkan diri. Istri macam apa kamu?” ketus Meisya yang hampir selalu saja tersulut emosi saat melihat Elvira.

“Meisya, kamu ini apa-apaan? Kita juga disini turut sedih,” bela Dewanti yang baru saja bergabung dengan mereka.

Merasa malas berdebat dengan mama mertuanya, Meisya memilih pergi saja menuju kamarnya. Sementara Elvira masih terdiam diri karena perkataan yang tidak mengenakan dari Meisya.

Meski mama mertuanya itu sering melakukan hal seperti ini; bersikap ketus kepadanya, Elvira selalu berusaha menahan diri karena masih menghormati Meisya, walaupun ia juga punya batas kesabaran.

“Elvira, ayo kita makan,” ajak Dewanti.

“Iya, Oma.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari berganti.

Hari ini Sakti menemui Elvira di kediaman keluarga Arkatama karena Elvira yang memintanya. Selain berhubungan baik sebagai atasan dan bawahan, bagi Elvira, Sakti sudah sangat ia percaya dan bisa dijadikan teman untuk sekedar bercerita.

Elvira pun menceritakan apa yang baru ia ketahui dari Anya kepada Sakti. Sakti tampak sangat terkejut setelah mendengar penuturan dari Elvira.

“Saya benar-benar tidak mengetahuinya, kenapa dia bisa melakukan itu terhadap Bu Elvira,” ujar Sakti tidak habis pikir.

“Sakti, aku mohon jangan sampai ada yang tahu mengenai masalah ini ya. Aku percaya sama kamu, aku berpikir akan mengatasinya sendiri.Terima kasih sudah mau mendengarkanku.”

“Meski dia melakukan kesalahan besar seperti itu, saya yakin cintanya kepada Bu Elvira tidak akan pernah berubah. Saya juga tidak bisa membenarkan perbuatannya yang jelas menyakiti hati Bu Elvira. Saya tidak memiliki kapasitas apapun dalam masalah hubungan kalian, tapi percayalah, pak Daffin sangat mencintai dan selalu mengutamakan Bu Elvira. Setidaknya itu yang saya ketahui, tolong maafkan dia.”

Elvira mengangguk mengiyakan.

...----------------...

Beberapa saat kemudian, Sakti sudah tiba di kantor Arkatama grup dan menemui Anya di sebuah ruangan.

“Anya,” panggilnya. Segera perempuan itu menghampiri.

“Iya, ada apa ya Pak?” tanya Anya yang bersikap seperti biasanya.

“Kenapa kamu melakukan itu?” tanya Sakti dengan raut wajah terlihat marah kepadanya.

“Maksudnya, melakukan apa ya?”

“Kenapa kamu mengganggu pak Daffin? Anya, kamu tahu kan yang kamu lakukan itu salah. Apa sebenarnya yang terjadi di antara kalian?!”

“Saya tidak pernah mengganggu pak Daffin, dia sendiri yang menginginkan saya,” jawab Anya yang sudah mengerti maksud dari pertanyaan Sakti tersebut.

“Tapi tetap saja kamu tidak boleh mengusik rumah tangga mereka, kamu kan tahu jika pak Daffin sudah memiliki istri yang sangat dia cintai.”

Anya hanya menyeringai mendengarnya, ia tak terima saja rasanya selalu disalahkan karena hadir di tengah hubungan pasangan suami istri itu.

Padahal ia berkeyakinan dalam hatinya jika Daffinlah yang lebih dulu menggodanya hingga ia terpikat dan seakan tidak bisa lagi untuk melepaskan Daffin.

“Apapun yang terjadi di antara kalian berdua, jangan pernah mengharap lebih. Kamu harus tahu batasan kamu di mana dan kamu tidak akan pernah bisa mendapatkannya sampai kapanpun.” Sakti melanjutkan perkataannya sebelum akhirnya pergi.

Tiba-tiba Anya mendapati ponselnya berbunyi, sebuah panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenalinya.

“Halo,” jawab Anya, lalu ia mendengarkan perkataan yang diucapkan oleh seseorang di seberang telepon yang membuatnya tertegun.

“Iya, saya mengerti. Saya akan segera ke sana.”

Setelah menutup teleponnya, terlihat jelas dari raut wajahnya yang sangat cemas sembari memikirkan sesuatu yang akan dihadapinya.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

kimraina

kimraina

Hmm 🤔 sapa ya kira2

2023-07-04

1

😺 Aning 😾

😺 Aning 😾

Semngat Elvira... smga cpat smbuh.

2023-06-17

1

ᴏᴋᴋʏʀᴀ ᴅʜɪᴛᴏᴍᴀ

ᴏᴋᴋʏʀᴀ ᴅʜɪᴛᴏᴍᴀ

siap Kak👌😚

2023-05-12

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01-- Terbangun
2 Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3 Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4 Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5 Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6 Bab 06-- Salah Paham
7 Bab 07-- Rencana Bertahan
8 Bab 08-- Bertahan Terluka
9 Bab 09-- Memilih Bertahan
10 Bab 10-- Tetap Bertahan
11 Bab 11-- Kebohongan
12 Bab 12-- Memaafkan
13 Bab 13-- Benalu Lain
14 Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15 Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16 Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17 Bab 17-- Menggenggam Duri
18 Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19 Bab 19-- Surat Cerai
20 Bab 20-- Rahasia Lain
21 Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22 Bab 22-- Peristiwa Duka
23 Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24 Bab 24-- Sisa Kesedihan
25 Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26 Bab 26-- Kedatangan Benalu
27 Bab 27-- Acara Perusahaan
28 Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29 Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30 Bab 30-- Tersesat
31 Bab 31-- Kembali Pulang
32 Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33 Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34 Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35 Bab 35-- Menata Hati
36 Bab 36-- Gejolak Perasaan
37 Bab 37-- Keluarga Anya
38 Bab 38-- Menguatkan Hati
39 Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40 Bab 40-- Penawar Gundah
41 Bab 41-- Debaran
42 Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43 Bab 43-- Sandiwara Anya
44 Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45 Bab 45-- Tumpuan Hati
46 Bab 46-- Mengaku
47 Bab 47-- Tentang Melody
48 Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49 Bab 49-- Bertamu
50 Bab 50-- Kegelisahan Anya
51 Bab 51-- Undangan Dadakan
52 Bab 52-- Sang Mantan
53 Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54 Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55 Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56 Bab 56-- Pertemuan Kerja
57 Bab 57-- Masalah Lagi
58 Bab 58-- Masalah Lanjutan
59 Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60 Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61 Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62 Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63 Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64 Bab 64-- Teman Lama
65 Bab 65-- Adegan Memalukan
66 Bab 66-- Kemarahan Anya
67 Bab 67-- Acara Universitas
68 Bab 68-- Janji Temu
69 Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70 Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71 Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72 Bab 72-- Kunjungan
73 Bab 73-- Misi Lain
74 Bab 74-- Karena Cemburu
75 Bab 75-- Kebohongan Anya
76 Bab 76-- Kemarahan Gio
77 Bab 77-- Tamu Hari Ini
78 Bab 78-- Rencana Gio
79 Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80 Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81 Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82 Bab 82-- Permintaan
83 Bab 83-- Rumah Kedua
84 Bab 84-- Tamu Penyusup
85 Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86 Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87 Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88 Bab 88-- Surat Kuasa
89 Bab 89-- Bersiap Pergi
90 Bab 90-- Kejutan Lain
91 Bab 91-- Pengakuan
92 Bab 92-- Memori Lama
93 Bab 93-- Terpaksa Pergi
94 Bab 94-- Dimana Elvira
95 Bab 95-- Mencari Elvira
96 Bab 96-- Diluar Rencana
97 Bab 97-- Kembali Pulang
98 Bab 98-- Dua Keluarga
99 Bab 99-- Kegusaran Anya
100 Bab 100-- Pengunjung Toko
101 Bab 101-- Ke Panti
102 Bab 102-- Menemui Bahaya
103 Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104 Bab 104-- Keikhlasan
105 Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106 Bab 106-- Sisa Kekecewaan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 01-- Terbangun
2
Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3
Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4
Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5
Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6
Bab 06-- Salah Paham
7
Bab 07-- Rencana Bertahan
8
Bab 08-- Bertahan Terluka
9
Bab 09-- Memilih Bertahan
10
Bab 10-- Tetap Bertahan
11
Bab 11-- Kebohongan
12
Bab 12-- Memaafkan
13
Bab 13-- Benalu Lain
14
Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15
Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16
Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17
Bab 17-- Menggenggam Duri
18
Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19
Bab 19-- Surat Cerai
20
Bab 20-- Rahasia Lain
21
Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22
Bab 22-- Peristiwa Duka
23
Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24
Bab 24-- Sisa Kesedihan
25
Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26
Bab 26-- Kedatangan Benalu
27
Bab 27-- Acara Perusahaan
28
Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29
Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30
Bab 30-- Tersesat
31
Bab 31-- Kembali Pulang
32
Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33
Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34
Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35
Bab 35-- Menata Hati
36
Bab 36-- Gejolak Perasaan
37
Bab 37-- Keluarga Anya
38
Bab 38-- Menguatkan Hati
39
Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40
Bab 40-- Penawar Gundah
41
Bab 41-- Debaran
42
Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43
Bab 43-- Sandiwara Anya
44
Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45
Bab 45-- Tumpuan Hati
46
Bab 46-- Mengaku
47
Bab 47-- Tentang Melody
48
Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49
Bab 49-- Bertamu
50
Bab 50-- Kegelisahan Anya
51
Bab 51-- Undangan Dadakan
52
Bab 52-- Sang Mantan
53
Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54
Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55
Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56
Bab 56-- Pertemuan Kerja
57
Bab 57-- Masalah Lagi
58
Bab 58-- Masalah Lanjutan
59
Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60
Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61
Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62
Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63
Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64
Bab 64-- Teman Lama
65
Bab 65-- Adegan Memalukan
66
Bab 66-- Kemarahan Anya
67
Bab 67-- Acara Universitas
68
Bab 68-- Janji Temu
69
Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70
Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71
Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72
Bab 72-- Kunjungan
73
Bab 73-- Misi Lain
74
Bab 74-- Karena Cemburu
75
Bab 75-- Kebohongan Anya
76
Bab 76-- Kemarahan Gio
77
Bab 77-- Tamu Hari Ini
78
Bab 78-- Rencana Gio
79
Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80
Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81
Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82
Bab 82-- Permintaan
83
Bab 83-- Rumah Kedua
84
Bab 84-- Tamu Penyusup
85
Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86
Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87
Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88
Bab 88-- Surat Kuasa
89
Bab 89-- Bersiap Pergi
90
Bab 90-- Kejutan Lain
91
Bab 91-- Pengakuan
92
Bab 92-- Memori Lama
93
Bab 93-- Terpaksa Pergi
94
Bab 94-- Dimana Elvira
95
Bab 95-- Mencari Elvira
96
Bab 96-- Diluar Rencana
97
Bab 97-- Kembali Pulang
98
Bab 98-- Dua Keluarga
99
Bab 99-- Kegusaran Anya
100
Bab 100-- Pengunjung Toko
101
Bab 101-- Ke Panti
102
Bab 102-- Menemui Bahaya
103
Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104
Bab 104-- Keikhlasan
105
Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106
Bab 106-- Sisa Kekecewaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!