Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan

Daffin langsung bangkit dari duduknya dan Elvira yang masih tertegun menatapnya menyorot selembar kertas yang masih dipegang oleh Daffin.

Sedangkan Sakti yang tidak menduga pertemuan Anya dan Daffin di dalam ruangan turut mematung melihatnya.

“Sayang,” sapa Daffin kepada istrinya.

Masih dengan menatap suaminya, Elvira lalu sedikit menambah langkah untuk menghampiri Daffin.

“Mas Daffin, kamu lagi ada tamu?” Elvira pura-pura bertanya meski ia langsung melayangkan pandangan tidak suka melihat Anya.

“Sayang, ini ...”

Daffin menahan ucapannya tiba-tiba karena baru menyadari sebuah kertas yang masih dipegangnya, akan tetapi Elvira sudah berada di dekatnya dan mendapati tatapan kecemasan dari suaminya itu.

“Bu Elvira,” sapa Anya dengan penuh hormat kepadanya.

“Sayang, kamu disini? Kenapa tidak memberitahuku?” tanya Daffin yang sedang berusaha menghilangkan rasa cemasnya di hadapan Elvira.

Daffin pun segera melipat kertas tersebut dan bersikap seolah-olah tidak ada sesuatu yang penting pada isinya.

“Apa aku harus memberitahu suamiku dahulu kalau aku ingin bertemu?” tanya Elvira balik.

“Tentu saja tidak, Sayang. Kamu boleh menemuiku kapan saja kamu mau. Maksud aku kalau kamu memberitahu akan datang, aku akan menyuruh orangku untuk menjemput kamu.”

“Tidak perlu, tadi aku bawa mobil sendiri. Ngomong-ngomong, apa ada hal penting yang sedang kalian bicarakan? Apa aku harus keluar dulu?”

“Sayang, tidak ada hal yang penting. Anya hanya melaporkan mengenai pekerjaan.”

“Oh ya?”

“Iya Sayang. Anya, kamu boleh keluar sekarang,” titah Daffin.

Anya langsung mengiyakan dan segera meninggalkan ruangan diikuti oleh Sakti yang turut keluar dengan menutupkan kembali pintu ruangan.

“Mas, kamu kenapa?” selidik Elvira yang mendapati raut wajah Daffin tampak tidak biasanya.

“Aku? Aku tidak kenapa-kenapa.” Daffin berlagak biasa saja.

“Sayangnya kamu tidak pandai berbohong seperti ini, Mas.”

Elvira langsung merebut kertas yang ada di tangan Daffin, rupanya dari tadi sembari Elvira basa basi menyapa mereka, ia sudah memperhatikan raut wajah keduanya yang tampak gugup seperti menyembunyikan sesuatu yang sangat penting.

Elvira selalu berharap kecurigaannya salah, namun baginya tidak ada salahnya jika ia memeriksa isi kertas tersebut.

“Apa isinya?” tanya Elvira.

“Bukan apa-apa, Sayang. Hanya laporan biasa. Sini, lebih baik kita pergi keluar sekarang, bagaimana?” ajak Daffin sembari mengambil kembali kertas tersebut dari tangan Elvira.

“Kamu menyembunyikan sesuatu dariku, Mas?”

“Tidak ada, Sayang,” elak Daffin.

“Kembalikan kertas itu, aku ingin melihatnya,” pinta Elvira menadahkan tangannya.

“Sayang, ini bukan apa-apa.”

“Biarkan aku melihatnya.” Elvira menyadari ada sesuatu yang mengganjal, makin ia memaksa Daffin untuk memperlihatkan isi kertas tersebut, Daffin malah semakin panik.

“Sayang,” tahan Daffin.

“Berikan padaku!” pinta Elvira dengan tegas, Daffin akhirnya mau menyerahkannya dengan pasrah.

Elvira membuka dan melihat isinya, detik berikutnya ia menarik napas berat seraya memejamkan mata sebentar.  Tetap berusaha menahan gejolak api amarah yang mulai membara karena kemungkinan mendapati kebohongan Daffin lagi yang kali ini sungguh sangat mampu membuat hatinya hancur berkeping-keping.

“Sayang,” lirih Daffin yang langsung bersimpuh di kakinya karena Elvira mengetahui kebohongannya kali ini.

“Mas, Anya sedang hamil? Usia kandungannya dua bulan lebih. Untuk apa seorang sekretaris memberikan surat hasil pemeriksaan ini kepada atasannya? Apa itu anak kamu?” tanya Elvira.

Daffin bahkan tidak sanggup mendengar lemparan pertanyaan dari istrinya itu melainkan ia hanya bisa terdiam penuh penyesalan.

“Katakan saja. Mas, aku sedang bertanya!”

Elvira mulai menekankan kata-katanya karena Daffin hanya terdiam saja, semakin melihat Daffin bungkam semakin Elvira mempersiapkan diri untuk menerima kenyataan pahit lagi dalam hidupnya.

“Aku bertanya sekali lagi, apa itu anak kamu?”

“Iya, Sayang. Maafkan aku,” sesal Daffin.

“Mas! Selama ini kamu masih membohongiku?”

Elvira merasa tidak bisa lagi menahan rasa kekecewaannya, apa yang baru ia ketahui ini membuatnya sangat terpukul apalagi ternyata selama ini Daffin masih saja membohonginya.

“Sayang, maafkan aku. Aku tidak tahu harus bagaimana mengatakan ini kepada kamu, aku sangat takut kamu akan meninggalkanku.”

“Kenapa kamu melakukan ini kepadaku, Mas? Kamu memberikanku semua kebahagiaan selama ini apa hanya karena untuk menutupi kebohongan kamu ini?!”

“Bukan seperti itu, Sayang.”

Elvira terburu melempar kertas tersebut dan bergegas untuk segera pergi meninggalkannya akan tetapi Daffin langsung menahannya dengan memeluknya dari belakang.

“Sayang, aku mohon dengarkan semua penjelasan ku,” tahan Daffin.

“Lepaskan aku, Mas.”

“Tidak, aku tidak akan melepaskan kamu sebelum kamu mendengarkan penjelasan dariku.”

“Kalau kamu tidak mau melepaskan ku sekarang, aku tidak akan pernah mau bicara lagi dengan kamu,” ancam Elvira yang membuat Daffin dengan terpaksa melonggarkan tangannya dari tubuh istrinya itu sehingga Elvira bisa leluasa untuk pergi darinya.

Sementara melihat dari cara Elvira pergi meninggalkannya membuat Daffin merasa jika istrinya itu kini memiliki kekecewaan yang teramat sangat kepadanya.

Rasanya ia tidak sanggup lagi untuk mengejar Elvira melainkan hanya bisa tertegun memandang punggung Elvira yang sudah menjauh dan menghilang di balik pintu ruangannya.

---

Elvira yang berjalan dengan tergesa sambil menahan amarah yang seakan memuncak membuatnya tidak bisa lagi memedulikan sapaan dari beberapa orang karyawan yang mengenalnya.

Begitu pun Sakti yang turut menyapanya, namun Elvira tidak menggubrisnya sehingga meninggalkan pertanyaan di benak Sakti apa mungkin terjadi sesuatu pada mereka.

Elvira yang kini sudah memasuki lift lalu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang, ia menunggu beberapa saat sampai panggilannya tersambung.

“Mengenai tempat yang sudah saya pesan untuk hari ini, tolong batalkan saja,” pinta Elvira.

“Baik, Bu Elvira,” sahut seseorang di seberang telepon.

...----------------...

Malam harinya saat Elvira baru pulang dari tempat kerjanya, ia mendapati anggota keluarganya termasuk Daffin sudah tampak berkumpul di sebuah ruang keluarga yang berdekatan dengan jalan menuju kamarnya.

Terlihat mereka sedang mengobrol biasa membahas sesuatu layaknya sebuah keluarga pada umumnya.

Elvira tidak berfokus memperhatikan sehingga ia tidak tahu inti dari pembahasan mereka, dan hal itu juga sedang tidak menarik perhatiannya.

“Elvira, kamu baru pulang? Kamu sudah makan malam?” tanya Dewanti penuh perhatian.

“Iya, Oma. Aku sudah makan karena ada kegiatan dari di luar,” jawab Elvira.

“Cepat mandi dulu sana, nanti ikut mengobrol di sini ya,” ajak Dewanti.

“Mm, maaf ya Oma, aku merasa agak lelah dan pusing. Aku akan langsung istirahat saja,” tolak Elvira dengan halus.

“Sayang, apa kamu sakit? Aku antar ke dokter ya?” Daffin terlihat mengkhawatirkannya.

“Tidak perlu, Mas. Aku hanya perlu untuk istirahat, kalian lanjutkan saja mengobrolnya.”

Elvira pun segera permisi untuk terus berjalan menuju kamarnya.

“Sudah lah Daffin, biarkan saja dia. Dia juga kan yang memilih mau mengurus yayasan, kalau lelah dalam pekerjaan, itu sudah jadi resikonya.” Meisya ikut menyahut menahan Daffin yang hendak menyusul Elvira.

“Iya, Ma.”

“Oh ya, Nevan. Kamu akhir-akhir ini jarang tidur di rumah, apa kamu tidur di apartemen kamu?” tanya Dewanti kepada Nevan yang turut duduk bersama mereka.

“Iya, Oma. Aku sangat menyukai kamarku yang di sana. Pemberian kak Daffin memang tiada duanya,” sahut Nevan memuji kebaikan kakaknya.

“Hmm, tapi tetap saja jauh lebih nyaman tinggal di sini kan? Karena kita bisa berkumpul seperti ini, daripada kamu tinggal di sana sendirian,” ujar Meisya.

“Iya, Mama.” Nevan mengiyakan saja.

“Daffin, bagaimana pekerjaan di kantor? Kamu kan akan ada proyek besar lagi?” tanya Dewanti.

“Iya, Oma. Sejauh ini semuanya berjalan baik tanpa ada kendala,” jawab Daffin.

“Hebat kamu,” puji Dewanti.

“Mama kalau mau memuji putraku, sesekali juga harusnya memuji mamanya dong,” saran Meisya.

“Kamu masih mau mendapat pujian dari Mama? Kamu sudah banyak mendapatkan pujian dari orang-orang di luar sana. Mama berharap sebagaimana kamu menunjukkan martabat diri kamu yang baik di depan orang-orang, sebaiknya juga bisa kamu terapkan di rumah ini,” sindir Dewanti yang kerap mendapati perkataan tidak menyenangkan Meisya kepada Elvira.

“Iya, Ma.” Meisya merasa malas mendebatnya memilih mengiyakannya saja.

Tanpa mereka semua ketahui, saat ini Daffin masih saja tidak bisa berhenti memikirkan tentang masalahnya dengan Elvira.

Tubuhnya memang berada di sini bersama keluarganya, akan tetapi pikirannya masih terus mengingat Elvira entah apa yang sedang Elvira lakukan di kamar.

...----------------...

Setelah beberapa saat Daffin bersama mereka, ia pun lalu memutuskan untuk segera meninggalkan mereka untuk pergi ke kamar. Setibanya di kamar, ia sudah mendapati Elvira yang tampak termenung sendiri duduk bersandar di atas tempat tidur.

“Sayang.” Daffin menghampirinya, namun seperti mendapat penolakan dari Elvira yang langsung membuang muka.

Kalau saja tidak memikirkan dan menjaga perasaan anggota keluarga lainnya di rumah ini, Elvira bersumpah ia sudah pasti tidak akan pulang ke rumah malam ini.

Ia tetap berprinsip, bagaimanapun permasalahan yang sedang ia hadapi bersama suaminya, sedikit pun ia tidak ingin yang lain turut mengetahuinya.

“Aku ingin bicara,” ujar Daffin.

“Aku mau istirahat,” sahut Elvira yang bersikap dingin terhadapnya.

Tanpa memedulikan lagi tentang suaminya, Elvira pun menarik selimut dan berbaring membelakanginya meski ia tahu hal ini akan terasa sangat tidak nyaman karena harus tidur satu ranjang dengan orang yang saat ini paling ingin ia hindari untuk sementara waktu.

“Sayang, aku mohon maafkan aku. Aku akan menjelaskan semuanya.” Daffin masih berusaha mengajaknya bicara namun tetap tidak mendapatkan tanggapan.

“Aku benar-benar minta maaf, aku tidak pernah bermaksud untuk membohongi kamu seperti ini. Aku juga baru tahu kalau ternyata dia hamil, aku juga sangat frustasi saat mengetahuinya sedangkan kamu sudah memaafkan ku atas kesalahanku yang lalu.

Daffin menghela napas sejenak sebelum kembali melanjutkan perkataannya. “Aku hanya terlalu takut kehilangan kasih sayang dari kamu hingga aku tidak berani untuk membuat kamu kecewa lagi, kamu tahu kan betapa selama ini aku sangat mendambakan cinta dari kamu.”

Daffin menuturkan dengan nada terdengar lirih, dalam benaknya entah Elvira mau mendengarkannya atau tidak.

Sementara Elvira hanya bisa menitikkan air matanya dalam diamnya yang mendengarkan penuturan dari Daffin. Segala rasa marah, kecewa dan penyesalan kini berkecamuk menjadi satu di dadanya.

Terlepas dari semua kesalahan Daffin kepadanya, Elvira juga merasa sangat membenci dirinya sendiri karena menurutnya semuanya juga berawal dari kesalahannya.

Keadaan hubungan mereka yang runyam seperti ini mampu menciptakan jarak di antara mereka hingga mereka harus menjalani hari-hari yang terasa tidak bisa sehangat dulu lagi.

Meskipun Daffin tetap berusaha meraih maaf sekaligus cintanya lagi, tak lantas membuat Elvira bisa meredamkan kekecewaannya.

Semua senyum serta bentuk perhatian yang ditunjukkan di depan anggota keluarga lainnya terutama kepada Dewanti nyatanya hanyalah menjadi pelengkap sandiwara saja dari hati yang kini sudah retak.

Bagaimanapun Elvira memikirkan, ia masih belum bisa menemukan jalan keluar dari permasalahan ini. Ia bisa saja mendapatkan Daffin kembali, namun ia juga tidak bisa membiarkan Daffin melepas tanggung jawabnya terhadap anak biologisnya itu. 

Akan tetapi, Elvira juga merasa tidak sanggup menerima Daffin lagi karena mengetahui kenyataan suaminya memiliki anak dengan perempuan lain sangatlah menyakitkan baginya.

 

Bersambung ...

 

 

Terpopuler

Comments

Fatisya

Fatisya

🎶Sakit tak sanggup
Sadarkah kita terlalu hancur
Hilang habis tak bersisa
Tapi tak mampu kumenyerah
Tertawan hati ho🎶
langsunglah ku nyanyi lagu itu abis baca part ini...
biar lebih mendramatisir

2023-07-03

1

😺 Aning 😾

😺 Aning 😾

haduhhh mkin runyam...cinta yg serba salah ini.

2023-06-25

1

😺 Aning 😾

😺 Aning 😾

pandainya kau daffin 👊👊👊

2023-06-25

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01-- Terbangun
2 Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3 Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4 Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5 Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6 Bab 06-- Salah Paham
7 Bab 07-- Rencana Bertahan
8 Bab 08-- Bertahan Terluka
9 Bab 09-- Memilih Bertahan
10 Bab 10-- Tetap Bertahan
11 Bab 11-- Kebohongan
12 Bab 12-- Memaafkan
13 Bab 13-- Benalu Lain
14 Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15 Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16 Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17 Bab 17-- Menggenggam Duri
18 Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19 Bab 19-- Surat Cerai
20 Bab 20-- Rahasia Lain
21 Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22 Bab 22-- Peristiwa Duka
23 Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24 Bab 24-- Sisa Kesedihan
25 Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26 Bab 26-- Kedatangan Benalu
27 Bab 27-- Acara Perusahaan
28 Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29 Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30 Bab 30-- Tersesat
31 Bab 31-- Kembali Pulang
32 Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33 Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34 Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35 Bab 35-- Menata Hati
36 Bab 36-- Gejolak Perasaan
37 Bab 37-- Keluarga Anya
38 Bab 38-- Menguatkan Hati
39 Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40 Bab 40-- Penawar Gundah
41 Bab 41-- Debaran
42 Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43 Bab 43-- Sandiwara Anya
44 Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45 Bab 45-- Tumpuan Hati
46 Bab 46-- Mengaku
47 Bab 47-- Tentang Melody
48 Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49 Bab 49-- Bertamu
50 Bab 50-- Kegelisahan Anya
51 Bab 51-- Undangan Dadakan
52 Bab 52-- Sang Mantan
53 Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54 Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55 Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56 Bab 56-- Pertemuan Kerja
57 Bab 57-- Masalah Lagi
58 Bab 58-- Masalah Lanjutan
59 Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60 Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61 Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62 Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63 Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64 Bab 64-- Teman Lama
65 Bab 65-- Adegan Memalukan
66 Bab 66-- Kemarahan Anya
67 Bab 67-- Acara Universitas
68 Bab 68-- Janji Temu
69 Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70 Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71 Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72 Bab 72-- Kunjungan
73 Bab 73-- Misi Lain
74 Bab 74-- Karena Cemburu
75 Bab 75-- Kebohongan Anya
76 Bab 76-- Kemarahan Gio
77 Bab 77-- Tamu Hari Ini
78 Bab 78-- Rencana Gio
79 Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80 Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81 Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82 Bab 82-- Permintaan
83 Bab 83-- Rumah Kedua
84 Bab 84-- Tamu Penyusup
85 Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86 Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87 Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88 Bab 88-- Surat Kuasa
89 Bab 89-- Bersiap Pergi
90 Bab 90-- Kejutan Lain
91 Bab 91-- Pengakuan
92 Bab 92-- Memori Lama
93 Bab 93-- Terpaksa Pergi
94 Bab 94-- Dimana Elvira
95 Bab 95-- Mencari Elvira
96 Bab 96-- Diluar Rencana
97 Bab 97-- Kembali Pulang
98 Bab 98-- Dua Keluarga
99 Bab 99-- Kegusaran Anya
100 Bab 100-- Pengunjung Toko
101 Bab 101-- Ke Panti
102 Bab 102-- Menemui Bahaya
103 Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104 Bab 104-- Keikhlasan
105 Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106 Bab 106-- Sisa Kekecewaan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 01-- Terbangun
2
Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3
Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4
Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5
Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6
Bab 06-- Salah Paham
7
Bab 07-- Rencana Bertahan
8
Bab 08-- Bertahan Terluka
9
Bab 09-- Memilih Bertahan
10
Bab 10-- Tetap Bertahan
11
Bab 11-- Kebohongan
12
Bab 12-- Memaafkan
13
Bab 13-- Benalu Lain
14
Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15
Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16
Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17
Bab 17-- Menggenggam Duri
18
Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19
Bab 19-- Surat Cerai
20
Bab 20-- Rahasia Lain
21
Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22
Bab 22-- Peristiwa Duka
23
Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24
Bab 24-- Sisa Kesedihan
25
Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26
Bab 26-- Kedatangan Benalu
27
Bab 27-- Acara Perusahaan
28
Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29
Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30
Bab 30-- Tersesat
31
Bab 31-- Kembali Pulang
32
Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33
Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34
Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35
Bab 35-- Menata Hati
36
Bab 36-- Gejolak Perasaan
37
Bab 37-- Keluarga Anya
38
Bab 38-- Menguatkan Hati
39
Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40
Bab 40-- Penawar Gundah
41
Bab 41-- Debaran
42
Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43
Bab 43-- Sandiwara Anya
44
Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45
Bab 45-- Tumpuan Hati
46
Bab 46-- Mengaku
47
Bab 47-- Tentang Melody
48
Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49
Bab 49-- Bertamu
50
Bab 50-- Kegelisahan Anya
51
Bab 51-- Undangan Dadakan
52
Bab 52-- Sang Mantan
53
Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54
Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55
Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56
Bab 56-- Pertemuan Kerja
57
Bab 57-- Masalah Lagi
58
Bab 58-- Masalah Lanjutan
59
Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60
Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61
Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62
Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63
Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64
Bab 64-- Teman Lama
65
Bab 65-- Adegan Memalukan
66
Bab 66-- Kemarahan Anya
67
Bab 67-- Acara Universitas
68
Bab 68-- Janji Temu
69
Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70
Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71
Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72
Bab 72-- Kunjungan
73
Bab 73-- Misi Lain
74
Bab 74-- Karena Cemburu
75
Bab 75-- Kebohongan Anya
76
Bab 76-- Kemarahan Gio
77
Bab 77-- Tamu Hari Ini
78
Bab 78-- Rencana Gio
79
Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80
Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81
Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82
Bab 82-- Permintaan
83
Bab 83-- Rumah Kedua
84
Bab 84-- Tamu Penyusup
85
Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86
Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87
Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88
Bab 88-- Surat Kuasa
89
Bab 89-- Bersiap Pergi
90
Bab 90-- Kejutan Lain
91
Bab 91-- Pengakuan
92
Bab 92-- Memori Lama
93
Bab 93-- Terpaksa Pergi
94
Bab 94-- Dimana Elvira
95
Bab 95-- Mencari Elvira
96
Bab 96-- Diluar Rencana
97
Bab 97-- Kembali Pulang
98
Bab 98-- Dua Keluarga
99
Bab 99-- Kegusaran Anya
100
Bab 100-- Pengunjung Toko
101
Bab 101-- Ke Panti
102
Bab 102-- Menemui Bahaya
103
Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104
Bab 104-- Keikhlasan
105
Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106
Bab 106-- Sisa Kekecewaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!