Dengan rasa panik para petugas penjaga yang ada di di area depan gedung lalu menghubungi beberapa rekan yang berada di dalam gedung memberitahukan kedatangan dari istri bos mereka.
Lalu mereka segera berjajar membuat pagar barisan untuk menyambut kedatangan Elvira, walaupun sebenarnya Elvira tidak perlu penyambutan seperti itu.
Ia termasuk yang jarang mengunjungi kantor suaminya, akan tetapi hampir semua karyawan di gedung ini sudah sangat mengenalinya.
“Apa? Istrinya pak Daffin di sini?” kata salah seorang anak buah Daffin yang kemudian ia menghubungi Sakti untuk memberitahu.
Sementara itu Sakti masih mengikuti rapat para staf yang sedang di pimpin oleh Daffin, Sakti segera mendekat dan membisikkan sesuatu kepadanya.
“Istriku ada di sini?” tanya Daffin memastikan karena Elvira tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan.
Ia tadinya berpikir hendak menjemputnya untuk pergi bersama.
“Tenang, mereka sedang menyambutnya.”
Elvira yang memasuki lobby kantor langsung menjadi pusat perhatian hampir semua orang yang berada di sekitar sana yang memandangnya dengan rasa kagum melihat penampilannya begitu menawan.
Sedangkan beberapa orang penjaga di sana masih memasang barisan untuk menyambutnya.
Beberapa orang yang mengenalnya tak segan menyapanya dan Elvira membalas sapaan mereka tanpa terkesan sombong sedikit pun.
Meski masih ada sebagian orang menganggapnya sombong karena ia tidak pernah menegur orang lain yang tidak dikenalnya terlebih dahulu.
“Kalian melihatnya sampai segitunya,” tegur seorang karyawan perempuan terhadap beberapa orang yang sedang terpana memperhatikan gerak gerik Elvira bahkan saat ia sudah hilang dari pandangan mereka.
“Istri pak Daffin cantik banget ya,” puji seorang pria.
“Iya, beruntung banget pak Daffin memiliki istri seperti Bu Elvira. Kehidupannya pasti sangat sempurna, lihatlah betapa cantiknya dia,” timpal seseorang lagi.
“Mm, menurutku Bu Elvira sih yang beruntung mendapatkan pak Daffin. Secara dari rumor yang beredar dia awalnya hanya seorang karyawan biasa yang hidupnya langsung berubah drastis setelah menikah dengan pak Daffin,” ujar seorang karyawan perempuan yang berada di lingkaran perbincangan.
“Oh ya?”
“Wah, aku masih tidak percaya seorang wanita seperti dia bisa menaklukan pak Daffin.”
“Iya. Ya sudah, kembali bekerja lagi.”
...----------------...
Sampai di depan pintu ruangan Daffin, Elvira yang sejak tadi diiringi beberapa orang yang mengawalnya sudah di sambut oleh Sakti dan beberapa orang lainnya yang merupakan Elvira membalas sapaan mereka dengan ramah.
“Maaf Bu, Pak Daffin masih memimpin rapat,” ujar Sakti.
“Oke, aku akan menunggu di dalam ruangannya,” sahut Elvira.
"Lain kali jika saya kemari, tidak perlu penyambutan seperti ini," pinta Elvira.
Lalu ia segera masuk saat Sakti sudah membukakan pintu untuknya. Elvira menahan langkahnya sebentar dan menengok ke arah Sakti yang tampak serius.
“Jangan terlalu bersikap formal terhadapku, santai saja,” kata Elvira terdengar berbisik kepada Sakti.
Sakti lalu membalasnya dengan senyum simpul, ia masih memandang kepada Elvira yang sudah memasuki ruangan kerja yang megah tersebut.
Selama ini Elvira memperlakukan Sakti dengan baik bahkan bisa dikatakan perlakuannya tak ubahnya seperti seorang teman, namun karena tuntutan pekerjaan mengharuskan Sakti tetap menghormatinya.
Sakti sangat menyukai kepribadian Elvira karena meski kini statusnya sudah berbeda, ia tetap saja tidak pernah menyombongkan diri di depan Sakti. Sakti merasa sangat senang karena ia menjadi saksi dari bersatunya Daffin dan Elvira.
Tidak lama kemudian, Daffin yang baru selesai rapat langsung menemui Elvira di ruangannya.
“Sayang, kamu kenapa tidak bilang mau ke sini? Aku tadinya mau jemput kamu.”
“Aku sekalian ingin main saja ke sini, tidak apa-apa kan?”
“Tidak apa-apa dong.”
Daffin pun ikut duduk di sofa dan ia memandangi istrinya sambil tersenyum senang seakan tidak bisa mengalihkan pandangannya.
Beberapa saat kemudian, mereka pun akhirnya keluar dari ruangan Daffin dengan bergandengan tangan layaknya pasangan yang sedang kasmaran.
Beberapa orang stafnya yang ada di sana turut memperhatikan mereka karena ruangan mereka yang berdekatan.
Kemesraan yang mereka tunjukkan pun terlihat oleh beberapa orang karyawan dan mampu membuat siapa saja yang melihatnya iri karena kebahagiaannya yang terpancar dari wajah keduanya.
Akan tetapi hanya ada satu orang yang tampaknya sangat tidak suka melihat kebersamaan itu, yaitu Anya.
Namun karena tekadnya yang masih berupaya untuk mendapatkan hati Daffin kembali membuatnya harus tetap bertahan, ia pun turut memberi hormat kepada Elvira yang turut melihat keberadaannya.
Tidak ada yang tahu, dua orang perempuan yang saling bertatapan itu sedang perang dingin.
...----------------...
Setelah tiba di tempat tujuan, mereka lalu bertemu dengan beberapa orang rekan bisnis Daffin dan menikmati jamuan yang telah disediakan.
Elvira nampaknya sudah terbiasa dengan situasi semacam ini dimana ia harus bertemu orang-orang penting seperti suaminya.
“Halo Bu Elvira,” sapa seorang wanita yang berumur lebih tua darinya.
Kebetulan saat itu Elvira terlihat sendiri di meja makan, sementara Daffin lagi sibuk berbincang dengan rekan bisnisnya yang mayoritas berusia lebih tua darinya.
“Iya,” sapa Elvira balik dengan ramah.
“Perkenalkan, saya Indri. Saya istrinya pak Jaya yang mengadakan acara ini. Saya baru pertama kali ketemu langsung sama Bu Elvira, biasanya hanya melihat dari sosial media saja.”
“Oh begitu, senang bertemu dengan Bu Indri.”
“Ternyata Bu Elvira aslinya lebih cantik. Oh ya, saya senang deh lihatnya Bu Elvira sama pak Daffin, memang pasangan yang serasi.”
“Terima kasih Bu Indri.”
“Saya juga membaca artikel tentang Bu Elvira yang sekarang jadi ketua yayasan Mentari Kasih, wah, selamat ya.”
“Iya Bu, terima kasih lagi untuk ucapannya. Tapi maaf ya Bu, saya permisi sebentar ya,” kata Elvira.
Kemudian ia berdiri dari kursinya bermaksud hendak ke toilet. Tiba-tiba ia tidak sengaja tertabrak seorang pelayan restoran yang sedang berjalan di dekatnya sambil membawa nampan berisi beberapa gelas minuman.
Alhasil gelas-gelas tersebut menjadi tumpah dan mengenai baju Elvira hingga membuatnya basah.
“Astaga, kamu bisa hati-hati apa tidak sih!?” bentak wanita bernama Indri tersebut kepada pelayan itu membela Elvira.
“Ya ampun Bu Elvira baju kamu jadi basah,” ujar Indri terlihat perhatian.
Kejadian tersebut di sadari oleh beberapa orang yang ada di sana dan menarik perhatian mereka untuk melihatnya.
Ternyata hal tersebut juga disadari oleh Daffin, ia pun segera memutuskan untuk menghampiri istrinya.
“Maafkan saya Bu, saya tidak sengaja,” ucap pelayan berjenis kelamin perempuan itu.
“Tidak sengaja bagaimana? Kamu tidak lihat bajunya sampai basah begitu? Kamu tidak tahu ya siapa dia? Dia adalah istri dari pak Daffin Arkatama, salah satu tamu yang paling dihormati di sini dan pelayan rendahan seperti kamu beraninya melakukan hal ini kepadanya!” sambar Indri memaki perempuan tersebut.
Bahkan Elvira yang hendak berucap saja langsung tersentak ketika mendengarnya bicara dengan nada membentak seperti itu.
“Bu Indri, saya tidak apa-apa. Kamu boleh pergi,” kata Elvira dengan ramah kepada pelayan itu.
“Kamu kalau kerja yang benar, gaji kamu satu bulan saja belum cukup untuk membeli pakaian yang di pakai Bu Elvira.”
“Bu Indri, sudah. Saya tidak apa-apa.”
“Maaf ya Bu Elvira, pelayan itu ceroboh sekali. Aku akan memberinya pelajaran,” ungkap Indri dengan kesal karena ini merupakan acara yang diadakan oleh suaminya.
Ia jelas tidak senang ada kejadian tidak menyenangkan itu terjadi pada salah satu tamu kehormatannya. Lalu Indri segera pergi ke suatu arah.
Elvira malah kesal jadinya karena kali ini ia bertemu orang seperti Indri yang dengan ringannya mengucapkan kata-kata yang tak seharusnya, ia benar-benar kesal dengan orang yang suka memandang seseorang hanya dari status sosialnya.
Padahal Elvira menyadari jika kejadian ini juga merupakan bagian dari kesalahannya karena tidak melihat ada perempuan itu sedang melintas di dekatnya, namun karena orang-orang hanya memandang statusnya maka kesalahan tersebut dilimpahkan kepada orang yang status sosialnya dipandang lebih rendah.
“Sayang, ada apa? Baju kamu? Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Daffin yang terlihat sangat khawatir.
“Aku tidak apa-apa, Mas. Hanya perlu ke toilet sebentar untuk membersihkan ini,” jawab Elvira.
“Oke. Setelah itu kita langsung pulang, aku akan tunggu di mobil.” Daffin pun segera hendak berjalan keluar akan tetapi di tahan oleh seorang pria yang merupakan sang empunya acara.
“Pak Daffin, saya benar-benar minta maaf atas kejadian ini. Saya sangat menyesal, saya mohon izinkan saya untuk meminta maaf langsung kepada Ibu Elvira,” ucapnya.
“Tidak perlu, sekian untuk pertemuan kita hari ini.”
“Pak Daffin bahkan belum sempat menikmati hidangan di sini,” tahan pria yang bernama Jaya tersebut.
“Tidak perlu, saya sudah kehilangan selera makan. Saya tidak akan melupakan kejadian hari ini Pak Jaya!” tegas Daffin terdengar marah, lalu ia segera berjalan keluar menuju mobilnya yang sudah menunggu di depan gedung.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
kimraina
Bisik bisik tetangga kini mulai terdengar bau . . Eh salah terdengar selalu maksudnya 😹 nyanyi dulu kita
2023-07-13
1
Fatisya
tiap kali aku membaca nama Anya ini, yang ada di bayanganku si Anya Geraldine pas di film Layangan Putus...
serius loh kak
karakternya pun sama kan
sama sama suka punya orang...
2023-07-03
1