Bab 16-- Jamuan Makan Siang

Dengan rasa panik para petugas penjaga yang ada di di area depan gedung lalu menghubungi beberapa rekan yang berada di dalam gedung memberitahukan kedatangan dari istri bos mereka.

Lalu mereka segera berjajar membuat pagar barisan untuk menyambut kedatangan Elvira, walaupun sebenarnya Elvira tidak perlu penyambutan seperti itu.

Ia termasuk yang jarang mengunjungi kantor suaminya, akan tetapi hampir semua karyawan di gedung ini sudah sangat mengenalinya.

“Apa? Istrinya pak Daffin di sini?” kata salah seorang anak buah Daffin yang kemudian ia menghubungi Sakti untuk memberitahu.

Sementara itu Sakti masih mengikuti rapat para staf yang sedang di pimpin oleh Daffin, Sakti segera mendekat dan membisikkan sesuatu kepadanya.

“Istriku ada di sini?” tanya Daffin memastikan karena Elvira tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan.

Ia tadinya berpikir hendak menjemputnya untuk pergi bersama.

“Tenang, mereka sedang menyambutnya.”

Elvira yang memasuki lobby kantor langsung menjadi pusat perhatian hampir semua orang yang berada di sekitar sana yang memandangnya dengan rasa kagum melihat penampilannya begitu menawan.

Sedangkan beberapa orang penjaga di sana masih memasang barisan untuk menyambutnya.

Beberapa orang yang mengenalnya tak segan menyapanya dan Elvira membalas sapaan mereka tanpa terkesan sombong sedikit pun.

Meski masih ada sebagian orang menganggapnya sombong karena ia tidak pernah menegur orang lain yang tidak dikenalnya terlebih dahulu.

“Kalian melihatnya sampai segitunya,” tegur seorang karyawan perempuan terhadap beberapa orang yang sedang terpana memperhatikan gerak gerik Elvira bahkan saat ia sudah hilang dari pandangan mereka.

“Istri pak Daffin cantik banget ya,” puji seorang pria.

“Iya, beruntung banget pak Daffin memiliki istri seperti Bu Elvira. Kehidupannya pasti sangat sempurna, lihatlah betapa cantiknya dia,” timpal seseorang lagi.

“Mm, menurutku Bu Elvira sih yang beruntung mendapatkan pak Daffin. Secara dari rumor yang beredar dia awalnya hanya seorang karyawan biasa yang hidupnya langsung berubah drastis setelah menikah dengan pak Daffin,” ujar seorang karyawan perempuan yang berada di lingkaran perbincangan.

“Oh ya?”

“Wah, aku masih tidak percaya seorang wanita seperti dia bisa menaklukan pak Daffin.”

“Iya. Ya sudah, kembali bekerja lagi.”

...----------------...

Sampai di depan pintu ruangan Daffin, Elvira yang sejak tadi diiringi beberapa orang yang mengawalnya sudah di sambut oleh Sakti dan beberapa orang lainnya yang merupakan Elvira membalas sapaan mereka dengan ramah.

“Maaf Bu, Pak Daffin masih memimpin rapat,” ujar Sakti.

“Oke, aku akan menunggu di dalam ruangannya,” sahut Elvira.

"Lain kali jika saya kemari, tidak perlu penyambutan seperti ini," pinta Elvira.

Lalu ia segera masuk saat Sakti sudah membukakan pintu untuknya. Elvira menahan langkahnya sebentar dan menengok ke arah Sakti yang tampak serius.

“Jangan terlalu bersikap formal terhadapku, santai saja,” kata Elvira terdengar berbisik kepada Sakti.

Sakti lalu membalasnya dengan senyum simpul, ia masih memandang kepada Elvira yang sudah memasuki ruangan kerja yang megah tersebut.

Selama ini Elvira memperlakukan Sakti dengan baik bahkan bisa dikatakan perlakuannya tak ubahnya seperti seorang teman, namun karena tuntutan pekerjaan mengharuskan Sakti tetap menghormatinya.

Sakti sangat menyukai kepribadian Elvira karena meski kini statusnya sudah berbeda, ia tetap saja tidak pernah menyombongkan diri di depan Sakti. Sakti merasa sangat senang karena ia menjadi saksi dari bersatunya Daffin dan Elvira.

Tidak lama kemudian, Daffin yang baru selesai rapat langsung menemui Elvira di ruangannya.

“Sayang, kamu kenapa tidak bilang mau ke sini? Aku tadinya mau jemput kamu.”

“Aku sekalian ingin main saja ke sini, tidak apa-apa kan?”

“Tidak apa-apa dong.”

Daffin pun ikut duduk di sofa dan ia memandangi istrinya sambil tersenyum senang seakan tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Beberapa saat kemudian, mereka pun akhirnya keluar dari ruangan Daffin dengan bergandengan tangan layaknya pasangan yang sedang kasmaran.

Beberapa orang stafnya yang ada di sana turut memperhatikan mereka karena ruangan mereka yang berdekatan.

Kemesraan yang mereka tunjukkan pun terlihat oleh beberapa orang karyawan dan mampu membuat siapa saja yang melihatnya iri karena kebahagiaannya yang terpancar dari wajah keduanya.

Akan tetapi hanya ada satu orang yang tampaknya sangat tidak suka melihat kebersamaan itu, yaitu Anya.

Namun karena tekadnya yang masih berupaya untuk mendapatkan hati Daffin kembali membuatnya harus tetap bertahan, ia pun turut memberi hormat kepada Elvira yang turut melihat keberadaannya.

Tidak ada yang tahu, dua orang perempuan yang saling bertatapan itu sedang perang dingin.

...----------------...

Setelah tiba di tempat tujuan, mereka lalu bertemu dengan beberapa orang rekan bisnis Daffin dan menikmati jamuan yang telah disediakan.

Elvira nampaknya sudah terbiasa dengan situasi semacam ini dimana ia harus bertemu orang-orang penting seperti suaminya.

“Halo Bu Elvira,” sapa seorang wanita yang berumur lebih tua darinya.

Kebetulan saat itu Elvira terlihat sendiri di meja makan, sementara Daffin lagi sibuk berbincang dengan rekan bisnisnya yang mayoritas berusia lebih tua darinya.

“Iya,” sapa Elvira balik dengan ramah.

“Perkenalkan, saya Indri. Saya istrinya pak Jaya yang mengadakan acara ini. Saya baru pertama kali ketemu langsung sama Bu Elvira, biasanya hanya melihat dari sosial media saja.”

“Oh begitu, senang bertemu dengan Bu Indri.”

“Ternyata Bu Elvira aslinya lebih cantik. Oh ya, saya senang deh lihatnya Bu Elvira sama pak Daffin, memang pasangan yang serasi.”

“Terima kasih Bu Indri.”

“Saya juga membaca artikel tentang Bu Elvira yang sekarang jadi ketua yayasan Mentari Kasih, wah, selamat ya.”

“Iya Bu, terima kasih lagi untuk ucapannya. Tapi maaf ya Bu, saya permisi sebentar ya,” kata Elvira.

Kemudian ia berdiri dari kursinya bermaksud hendak ke toilet. Tiba-tiba ia tidak sengaja tertabrak seorang pelayan restoran yang sedang berjalan di dekatnya sambil membawa nampan berisi beberapa gelas minuman.

Alhasil gelas-gelas tersebut menjadi tumpah dan mengenai baju Elvira hingga membuatnya basah.

“Astaga, kamu bisa hati-hati apa tidak sih!?” bentak wanita bernama Indri tersebut kepada pelayan itu membela Elvira.

“Ya ampun Bu Elvira baju kamu jadi basah,” ujar Indri terlihat perhatian.

Kejadian tersebut di sadari oleh beberapa orang yang ada di sana dan menarik perhatian mereka untuk melihatnya.

Ternyata hal tersebut juga disadari oleh Daffin, ia pun segera memutuskan untuk menghampiri istrinya.

“Maafkan saya Bu, saya tidak sengaja,” ucap pelayan berjenis kelamin perempuan itu.

“Tidak sengaja bagaimana? Kamu tidak lihat bajunya sampai basah begitu? Kamu tidak tahu ya siapa dia? Dia adalah istri dari pak Daffin Arkatama, salah satu tamu yang paling dihormati di sini dan pelayan rendahan seperti kamu beraninya melakukan hal ini kepadanya!” sambar Indri memaki perempuan tersebut.

Bahkan Elvira yang hendak berucap saja langsung tersentak ketika mendengarnya bicara dengan nada membentak seperti itu.

“Bu Indri, saya tidak apa-apa. Kamu boleh pergi,” kata Elvira dengan ramah kepada pelayan itu.

“Kamu kalau kerja yang benar, gaji kamu satu bulan saja belum cukup untuk membeli pakaian yang di pakai Bu Elvira.”

“Bu Indri, sudah. Saya tidak apa-apa.”

“Maaf ya Bu Elvira, pelayan itu ceroboh sekali. Aku akan memberinya pelajaran,” ungkap Indri dengan kesal karena ini merupakan acara yang diadakan oleh suaminya.

Ia jelas tidak senang ada kejadian tidak menyenangkan itu terjadi pada salah satu tamu kehormatannya. Lalu Indri segera pergi ke suatu arah.

Elvira malah kesal jadinya karena kali ini ia bertemu orang seperti Indri yang dengan ringannya mengucapkan kata-kata yang tak seharusnya, ia benar-benar kesal dengan orang yang suka memandang seseorang hanya dari status sosialnya.

Padahal Elvira menyadari jika kejadian ini juga merupakan bagian dari kesalahannya karena tidak melihat ada perempuan itu sedang melintas di dekatnya, namun karena orang-orang hanya memandang statusnya maka kesalahan tersebut dilimpahkan kepada orang yang status sosialnya dipandang lebih rendah.

“Sayang, ada apa? Baju kamu? Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Daffin yang terlihat sangat khawatir.

“Aku tidak apa-apa, Mas. Hanya perlu ke toilet sebentar untuk membersihkan ini,” jawab Elvira.

“Oke. Setelah itu kita langsung pulang, aku akan tunggu di mobil.” Daffin pun segera hendak berjalan keluar akan tetapi di tahan oleh seorang pria yang merupakan sang empunya acara.

“Pak Daffin, saya benar-benar minta maaf atas kejadian ini. Saya sangat menyesal, saya mohon izinkan saya untuk meminta maaf langsung kepada Ibu Elvira,” ucapnya.

“Tidak perlu, sekian untuk pertemuan kita hari ini.”

“Pak Daffin bahkan belum sempat menikmati hidangan di sini,” tahan pria yang bernama Jaya tersebut.

“Tidak perlu, saya sudah kehilangan selera makan. Saya tidak akan melupakan kejadian hari ini Pak Jaya!” tegas Daffin terdengar marah, lalu ia segera berjalan keluar menuju mobilnya yang sudah menunggu di depan gedung.

 

Bersambung ...

 

Terpopuler

Comments

kimraina

kimraina

Bisik bisik tetangga kini mulai terdengar bau . . Eh salah terdengar selalu maksudnya 😹 nyanyi dulu kita

2023-07-13

1

Fatisya

Fatisya

tiap kali aku membaca nama Anya ini, yang ada di bayanganku si Anya Geraldine pas di film Layangan Putus...
serius loh kak
karakternya pun sama kan
sama sama suka punya orang...

2023-07-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01-- Terbangun
2 Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3 Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4 Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5 Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6 Bab 06-- Salah Paham
7 Bab 07-- Rencana Bertahan
8 Bab 08-- Bertahan Terluka
9 Bab 09-- Memilih Bertahan
10 Bab 10-- Tetap Bertahan
11 Bab 11-- Kebohongan
12 Bab 12-- Memaafkan
13 Bab 13-- Benalu Lain
14 Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15 Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16 Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17 Bab 17-- Menggenggam Duri
18 Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19 Bab 19-- Surat Cerai
20 Bab 20-- Rahasia Lain
21 Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22 Bab 22-- Peristiwa Duka
23 Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24 Bab 24-- Sisa Kesedihan
25 Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26 Bab 26-- Kedatangan Benalu
27 Bab 27-- Acara Perusahaan
28 Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29 Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30 Bab 30-- Tersesat
31 Bab 31-- Kembali Pulang
32 Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33 Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34 Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35 Bab 35-- Menata Hati
36 Bab 36-- Gejolak Perasaan
37 Bab 37-- Keluarga Anya
38 Bab 38-- Menguatkan Hati
39 Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40 Bab 40-- Penawar Gundah
41 Bab 41-- Debaran
42 Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43 Bab 43-- Sandiwara Anya
44 Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45 Bab 45-- Tumpuan Hati
46 Bab 46-- Mengaku
47 Bab 47-- Tentang Melody
48 Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49 Bab 49-- Bertamu
50 Bab 50-- Kegelisahan Anya
51 Bab 51-- Undangan Dadakan
52 Bab 52-- Sang Mantan
53 Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54 Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55 Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56 Bab 56-- Pertemuan Kerja
57 Bab 57-- Masalah Lagi
58 Bab 58-- Masalah Lanjutan
59 Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60 Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61 Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62 Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63 Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64 Bab 64-- Teman Lama
65 Bab 65-- Adegan Memalukan
66 Bab 66-- Kemarahan Anya
67 Bab 67-- Acara Universitas
68 Bab 68-- Janji Temu
69 Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70 Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71 Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72 Bab 72-- Kunjungan
73 Bab 73-- Misi Lain
74 Bab 74-- Karena Cemburu
75 Bab 75-- Kebohongan Anya
76 Bab 76-- Kemarahan Gio
77 Bab 77-- Tamu Hari Ini
78 Bab 78-- Rencana Gio
79 Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80 Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81 Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82 Bab 82-- Permintaan
83 Bab 83-- Rumah Kedua
84 Bab 84-- Tamu Penyusup
85 Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86 Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87 Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88 Bab 88-- Surat Kuasa
89 Bab 89-- Bersiap Pergi
90 Bab 90-- Kejutan Lain
91 Bab 91-- Pengakuan
92 Bab 92-- Memori Lama
93 Bab 93-- Terpaksa Pergi
94 Bab 94-- Dimana Elvira
95 Bab 95-- Mencari Elvira
96 Bab 96-- Diluar Rencana
97 Bab 97-- Kembali Pulang
98 Bab 98-- Dua Keluarga
99 Bab 99-- Kegusaran Anya
100 Bab 100-- Pengunjung Toko
101 Bab 101-- Ke Panti
102 Bab 102-- Menemui Bahaya
103 Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104 Bab 104-- Keikhlasan
105 Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106 Bab 106-- Sisa Kekecewaan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 01-- Terbangun
2
Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3
Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4
Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5
Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6
Bab 06-- Salah Paham
7
Bab 07-- Rencana Bertahan
8
Bab 08-- Bertahan Terluka
9
Bab 09-- Memilih Bertahan
10
Bab 10-- Tetap Bertahan
11
Bab 11-- Kebohongan
12
Bab 12-- Memaafkan
13
Bab 13-- Benalu Lain
14
Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15
Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16
Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17
Bab 17-- Menggenggam Duri
18
Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19
Bab 19-- Surat Cerai
20
Bab 20-- Rahasia Lain
21
Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22
Bab 22-- Peristiwa Duka
23
Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24
Bab 24-- Sisa Kesedihan
25
Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26
Bab 26-- Kedatangan Benalu
27
Bab 27-- Acara Perusahaan
28
Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29
Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30
Bab 30-- Tersesat
31
Bab 31-- Kembali Pulang
32
Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33
Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34
Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35
Bab 35-- Menata Hati
36
Bab 36-- Gejolak Perasaan
37
Bab 37-- Keluarga Anya
38
Bab 38-- Menguatkan Hati
39
Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40
Bab 40-- Penawar Gundah
41
Bab 41-- Debaran
42
Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43
Bab 43-- Sandiwara Anya
44
Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45
Bab 45-- Tumpuan Hati
46
Bab 46-- Mengaku
47
Bab 47-- Tentang Melody
48
Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49
Bab 49-- Bertamu
50
Bab 50-- Kegelisahan Anya
51
Bab 51-- Undangan Dadakan
52
Bab 52-- Sang Mantan
53
Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54
Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55
Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56
Bab 56-- Pertemuan Kerja
57
Bab 57-- Masalah Lagi
58
Bab 58-- Masalah Lanjutan
59
Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60
Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61
Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62
Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63
Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64
Bab 64-- Teman Lama
65
Bab 65-- Adegan Memalukan
66
Bab 66-- Kemarahan Anya
67
Bab 67-- Acara Universitas
68
Bab 68-- Janji Temu
69
Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70
Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71
Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72
Bab 72-- Kunjungan
73
Bab 73-- Misi Lain
74
Bab 74-- Karena Cemburu
75
Bab 75-- Kebohongan Anya
76
Bab 76-- Kemarahan Gio
77
Bab 77-- Tamu Hari Ini
78
Bab 78-- Rencana Gio
79
Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80
Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81
Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82
Bab 82-- Permintaan
83
Bab 83-- Rumah Kedua
84
Bab 84-- Tamu Penyusup
85
Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86
Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87
Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88
Bab 88-- Surat Kuasa
89
Bab 89-- Bersiap Pergi
90
Bab 90-- Kejutan Lain
91
Bab 91-- Pengakuan
92
Bab 92-- Memori Lama
93
Bab 93-- Terpaksa Pergi
94
Bab 94-- Dimana Elvira
95
Bab 95-- Mencari Elvira
96
Bab 96-- Diluar Rencana
97
Bab 97-- Kembali Pulang
98
Bab 98-- Dua Keluarga
99
Bab 99-- Kegusaran Anya
100
Bab 100-- Pengunjung Toko
101
Bab 101-- Ke Panti
102
Bab 102-- Menemui Bahaya
103
Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104
Bab 104-- Keikhlasan
105
Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106
Bab 106-- Sisa Kekecewaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!