Bab 09-- Memilih Bertahan

Dewanti mendelik saat memeriksa beberapa dokumen laporan perusahaan yang dibawakan oleh Sakti hari ini kepadanya.

Meski sudah lama tidak ikut andil dalam mengurus kerajaan bisnis keluarga ini sejak kepergian suaminya, namun Dewanti tetap menjadi yang paling berwenang karena perannya sebagai pemilik sekaligus pimpinan tertinggi di perusahaan yang selama ini ia wakilkan kepada putranya hingga kini dipegang oleh cucunya, Daffin.

“Ada banyak sekali proyek yang harus Daffin kerjakan, sementara orang yang terpenting di perusahaan seperti dia saat ini masih terbaring di rumah sakit.” Dewanti menghela napas berat.

Selain keadaan cucunya yang ia khawatirkan, ia juga harus memperhatikan kondisi perusahaannya.

“Kita akan tunggu beberapa hari untuk melihat kondisi Daffin, baru saya akan mengambil keputusan,” ujar Dewanti kepada Sakti.

“Oma.” Nevan tiba-tiba datang dan duduk di sampingnya.

“Nevan, kamu mau pergi ke rumah sakit?”

“Iya Oma. Sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan kepada Oma.”

Lalu Dewanti mendengarkan penuturan dari Nevantentang beberapa keterangan dokter yang menyatakan kondisi Daffin mengalami koma.

Mata Dewanti langsung berkaca-kaca saat mendengarnya, Nevan yang melihatnya merasa tidak tega. Ia tahu omanya sangat menyayangi Daffin, tapi ia harus menyampaikan kenyataan ini. Nevan pun memegang erat tangan Dewanti untuk memberi dukungan moral.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Beberapa hari kemudian.

Dewanti ditemani Sakti dan beberapa orang lainnya memasuki lobby kantor perusahaan Arkatama grup, kehadirannya yang sudah cukup lama tidak mengunjungi gedung ini cukup menggemparkan jajaran dewan direksi perusahaan karena tiba-tiba menyuruh mereka berkumpul.

Usianya boleh dikatakan tua, tetapi tidak dengan semangat dan aura kondisi tubuhnya yang tetap bugar. Orang-orang yang melihat kehadirannya pun masih bisa merasakan aura kepemimpian yang dimilikinya.

Memasuki ruangan yang telah disediakan, Dewanti selaku pimpinan tertinggi dan pemilik perusahaan menemui mereka semua yang sudah tiba lebih awal. Dewanti lalu berdiri di atas podium dan menyampaikan beberapa hal, terutama mengenai kondisi CEO mereka.

“... Setelah menunggu kurang lebih lima belas hari ini, belum juga ada perkembangan kondisi dari Daffin Arkatama, tidak ada kepastian kapan dia akan bangun dari masa komanya. Untuk itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan perusahaan sementara akan saya pegang secara langsung.”

Setelah memberi pernyataan, Dewanti langsung meninggalkan ruangan tersebut yang saat ini dipenuhi oleh keriuhan dari para orang di dalamnya karena kabar yang mengejutkan tentang keadaan CEO mereka tersebut.

...----------------...

Saat ini Dewanti sedang berada di ruangan CEO, ia memeriksa beberapa dokumen yang biasa ditujukan kepada Daffin.

Meski usianya kini tidak lagi muda dan tidak enerjik seperti dulu, ia masih bisa mengatasi beberapa masalah yang terjadi terkait pekerjaan. Tiba-tiba Sakti dan Anya masuk dengan membawakan beberapa dokumen untuknya.

“Ini laporan yang Ibu minta,” kata Sakti yang langsung meletakkannya di atas meja.

“Kamu sekretaris Daffin?” tanya Dewanti kepada Anya yang terlihat gugup saat melihat wibawa Dewanti.

“Iya, Bu,” jawab Anya.

Perasaannya saat ini sangat tidak karuan karena merasa tidak ada apa-apanya dibanding dengan keluarganya Daffin, apalagi saat ini ia melihat wajah Dewanti yang sangat serius.

Ia terus memikirkan bagaimana jika wanita tua ini mengetahui tentang hubungannya dengan Daffin, belum lagi Meisya sudah mengetahui hal ini.

Sebuah pintu ruangan baru terbuka dan semuanya mengalihkan perhatian ke arah sana, rupanya Nevan yang baru datang segera masuk untuk bergabung bersama Dewanti.

Nevan tampak melihat ke arah Anya sebentar dan ia masih tidak menyangka jika kakaknya bisa memiliki hubungan khusus dengan perempuan ini.

“Nevan, syukurlah kamu sudah datang,” sapa Dewanti.

“Maaf ya Oma, aku tadi baru dari rumah sakit.”

“Iya, tidak apa-apa. Sini, coba kamu periksa beberapa dokumen ini. Oma mau minta pendapat kamu.”

“Iya Oma.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di kediaman keluarga Arkatama.

Elvira yang sedang sendiri tiba-tiba tersadarkan akan kehadiran Dewanti yang baru pulang.

“Elvira, bagaimana keadaan kamu?” tanya Dewanti.

“Aku merasa sudah sangat sehat, Oma. Loh, Oma tadi pergi ke kantor?” Elvira penasaran karena melihat Dewanti memakai pakaian formal.

“Iya, kamu tahu sendiri kan tentang kondisi Daffin saat ini. Bagaimanapun Oma harus memastikan pekerjaannya tetap berjalan lancar. Oma juga jadinya bisa bernostalgia di kantor, ingat masa-masa dulu waktu masih mengurus perusahaan.”

“Tapi Oma jangan sampai kelelahan loh.”

“Kamu tidak perlu khawatir, ada Nevan yang turut membantu Oma di perusahaan sekarang. Oh ya, Oma tinggal ke kamar dulu ya. Oma merasa sangat gerah, mau mandi.” Dewanti pun segera melangkah kembali menuju kamarnya.

Elvira yang masih menyimpan gundah di hatinya masih menyesali akan keadaannya yang menyedihkan seperti ini. Ia bahkan tidak bisa menjaga dan merawat suaminya yang sedang terbaring di ranjang sakit.

“Aku harus kembali bisa berjalan,” gumam Elvira sendiri. Lalu ia mencoba berdiri walau masih saja terasa susah.

“Ayolah, aku sudah pernah melakukannya beberapa kali.” Elvira menyemangati diri sendiri.

Selanjutnya ia bertekad untuk bisa berjalan setelah berhasil menapakkan kaki di lantai. Elvira berpegangan pada sebuah meja yang ada di dekatnya dan ia mulai melangkah perlahan, akan tetapi karena kakinya masih saja terasa sakit untuk berjalan.

Ia pun hilang keseimbangan dan tidak sengaja menyenggol sebuah guci keramik yang ada di atas meja tersebut. Hasilnya Elvira jatuh bersama benda tersebut, ia mendapati tangan kirinya terluka akibat terkena serpihan tajam benda itu.

...----------------...

Nevan yang saat itu sudah ikut pulang bersama Dewanti kebetulan berada di sekitar sana sambil bicara di telepon tiba-tiba dikejutkan oleh suara dari sebuah sisi bagian rumah, terdengar seperti suara benda yang pecah jatuh ke lantai.

Nevan buru-buru menutup teleponnya dan segera mendekat mencari lokasi sumber suara, ternyata sudah ada Elvira yang terjatuh di lantai di antara serpihan pecahan keramik yang berserakan di sekitarnya.

“Kak Elvira,” gumam Nevan tampak khawatir, lalu ia segera berlari menghampirinya.

“Dasar tidak berguna!” cecar Elvira terhadap dirinya sendiri, ia pun terisak karena meratapi keadaanya.

“Kamu tidak apa-apa?” suara Nevan yang baru datang mengejutkannya.

Melihat tangan Elvira mengeluarkan darah ia pun dengan sigap membantu mengangkat tubuh Elvira dan membawanya ke sebuah sofa.

“Ya ampun, Nyonya Elvira!” teriak Mirah yang baru datang melihatnya.

“Bibi, tolong bantu bersihkan itu ya,” pinta Nevan.

“Baik Tuan.”

“Tunggu di sini sebentar.” Nevan pergi meninggalkannya sebentar lalu kembali lagi dengan membawa sebuah kotak obat.

Kemudian ia membantu membersihkan cairan merah di tangan Elvira dan mengoleskan obat luka hingga membalutkan perban.

Nevan terheran karena dari awal ia membersihkan luka tersebut, Elvira tampak sama sekali tidak kesakitan dan tidak menunjukkan reaksi apapun selain hanya berdiam diri padahal luka di telapak tangannya itu cukup banyak.

“Kamu tidak apa-apa kan? Harusnya ini cukup sakit.” Nevan merasa khawatir.

“Aku tidak apa-apa, terima kasih,” jawab Elvira.

“Oke.” Nevan segera berdiri hendak mengembalikan kotak tersebut ke tempat asalnya.

“Nevan, tunggu!” tahan Elvira.

“Ya?”

“Apa hari ini kamu ke rumah sakit lagi?”

“Iya, mungkin aku akan menginap di sana malam ini.”

“Aku ikut!” pinta Elvira.

“Kenapa? Apa kamu merasa tidak tenang?”

“Aku hanya terus kepikiran dengannya.”

“Kamu tenang saja, aku juga tidak akan mengizinkan perempuan itu untuk menemui kak Daffin. Apa kamu merasa bisa lebih tenang sekarang?” ujar Nevan seperti memahami keinginan Elvira.

“Sebenarnya bukan hanya itu, aku hanya merindukan ingin bertemu dengannya.”

“Oma pasti tidak akan mengizinkan. Oma kan sudah bilang agar kamu tetap fokus pemulihan kamu sendiri.”

“Aku sudah merasa jauh lebih baik.”

“Kamu baru kehilangan cukup banyak darah,” ledek Nevan melirik ke tangan Elvira yang sudah dibalut perban.

“Astaga, ini bukan apa-apa.”

“Tapi kalau Oma melihatnya, Oma pasti akan sangat panik. Tetaplah di sini, aku yang akan menjaga kak Daffin,” pungkasnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam itu Nevan duduk sendiri di sebuah kursi lorong rumah sakit. Ia nampak lelah namun masih berusaha terjaga. Nevan sejenak menekuk wajah merenungkan tentang keadaan kakaknya yang belum juga sadarkan diri, belum lagi tentang kehadiran Anya yang menguak rahasia hubungannya dengan Daffin yang membuat keadaan jadi runyam.

Tiba-tiba seseorang menghampirinya dan membuatnya menoleh.

“Mau minum?” tanya Raldy yang memberikan sebuah minuman kaleng untuknya.

“Tadi aku membeli dua,” kata Raldy yang sekarang ikut duduk di sebelahnya. Kebetulan hari ini ia shift malam.

“Terima kasih,” ucap Nevan sambil mengambil minuman itu lalu menenggaknya.

“Bagaimana keadaan pak Daffin?” tanya Raldy.

Nevan hanya menggelengkan kepalanya mengisyaratkan belum ada perubahan. Akan tetapi Nevan malah jadi penasaran terhadap pria di sebelahnya ini.

“Ngomong-ngomong, kamu sepertinya kenal baik dengan kakak iparku. Aku dengar kalian sudah lama saling kenal.”

“Iya, kami memang sudah lama saling mengenal dan berteman dengan baik,” jawab Raldy dengan pembawaannya yang tenang.

“Apa kamu tertarik dengannya? Aku hanya ingin meluruskan kesalahpahamanku terhadap kamu.”

Raldy tertawa kecil mendengar pertanyaanNevan tersebut.

“Menurut kamu? Ayolah, siapa yang tidak tertarik dengan perempuan cantik seperti Elvira? Pria normal mana saja pasti akan tertarik dengannya,” gurau Raldy. Ia lalu menyadari wajah Nevan yang masih tampak serius.

“Jangan salah paham, kami hanya berteman baik. Aku juga tahu jika dia mencintai suaminya, sepertinya tidak akan ada tempat lagi untuk orang lain di hatinya. Aku hanya salah satu penggemarnya.”

Nevan menatapnya dengan heran sebelum akhirnya dikejutkan oleh Sakti yang sedang berlari terbirit-birit mencari keberadaannya.

“Sakti, ada apa?” tanya Nevan yang melihat Sakti sedang dalam keadaan terengah-engah.

“Aku menelepon berkali-kali tapi tidak kamu jawab. Pak Daffin ...” Sakti menahan ucapannya karena sambil mengatur napas.

“Kenapa dengan kak Daffin?” tanya Nevan mulai panik. Pikirannya sudah kemana-mana takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

“Apa terjadi sesuatu?” Raldy turut penasaran.

Bersambung...

Episodes
1 Bab 01-- Terbangun
2 Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3 Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4 Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5 Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6 Bab 06-- Salah Paham
7 Bab 07-- Rencana Bertahan
8 Bab 08-- Bertahan Terluka
9 Bab 09-- Memilih Bertahan
10 Bab 10-- Tetap Bertahan
11 Bab 11-- Kebohongan
12 Bab 12-- Memaafkan
13 Bab 13-- Benalu Lain
14 Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15 Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16 Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17 Bab 17-- Menggenggam Duri
18 Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19 Bab 19-- Surat Cerai
20 Bab 20-- Rahasia Lain
21 Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22 Bab 22-- Peristiwa Duka
23 Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24 Bab 24-- Sisa Kesedihan
25 Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26 Bab 26-- Kedatangan Benalu
27 Bab 27-- Acara Perusahaan
28 Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29 Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30 Bab 30-- Tersesat
31 Bab 31-- Kembali Pulang
32 Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33 Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34 Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35 Bab 35-- Menata Hati
36 Bab 36-- Gejolak Perasaan
37 Bab 37-- Keluarga Anya
38 Bab 38-- Menguatkan Hati
39 Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40 Bab 40-- Penawar Gundah
41 Bab 41-- Debaran
42 Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43 Bab 43-- Sandiwara Anya
44 Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45 Bab 45-- Tumpuan Hati
46 Bab 46-- Mengaku
47 Bab 47-- Tentang Melody
48 Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49 Bab 49-- Bertamu
50 Bab 50-- Kegelisahan Anya
51 Bab 51-- Undangan Dadakan
52 Bab 52-- Sang Mantan
53 Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54 Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55 Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56 Bab 56-- Pertemuan Kerja
57 Bab 57-- Masalah Lagi
58 Bab 58-- Masalah Lanjutan
59 Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60 Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61 Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62 Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63 Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64 Bab 64-- Teman Lama
65 Bab 65-- Adegan Memalukan
66 Bab 66-- Kemarahan Anya
67 Bab 67-- Acara Universitas
68 Bab 68-- Janji Temu
69 Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70 Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71 Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72 Bab 72-- Kunjungan
73 Bab 73-- Misi Lain
74 Bab 74-- Karena Cemburu
75 Bab 75-- Kebohongan Anya
76 Bab 76-- Kemarahan Gio
77 Bab 77-- Tamu Hari Ini
78 Bab 78-- Rencana Gio
79 Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80 Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81 Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82 Bab 82-- Permintaan
83 Bab 83-- Rumah Kedua
84 Bab 84-- Tamu Penyusup
85 Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86 Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87 Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88 Bab 88-- Surat Kuasa
89 Bab 89-- Bersiap Pergi
90 Bab 90-- Kejutan Lain
91 Bab 91-- Pengakuan
92 Bab 92-- Memori Lama
93 Bab 93-- Terpaksa Pergi
94 Bab 94-- Dimana Elvira
95 Bab 95-- Mencari Elvira
96 Bab 96-- Diluar Rencana
97 Bab 97-- Kembali Pulang
98 Bab 98-- Dua Keluarga
99 Bab 99-- Kegusaran Anya
100 Bab 100-- Pengunjung Toko
101 Bab 101-- Ke Panti
102 Bab 102-- Menemui Bahaya
103 Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104 Bab 104-- Keikhlasan
105 Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106 Bab 106-- Sisa Kekecewaan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 01-- Terbangun
2
Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3
Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4
Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5
Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6
Bab 06-- Salah Paham
7
Bab 07-- Rencana Bertahan
8
Bab 08-- Bertahan Terluka
9
Bab 09-- Memilih Bertahan
10
Bab 10-- Tetap Bertahan
11
Bab 11-- Kebohongan
12
Bab 12-- Memaafkan
13
Bab 13-- Benalu Lain
14
Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15
Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16
Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17
Bab 17-- Menggenggam Duri
18
Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19
Bab 19-- Surat Cerai
20
Bab 20-- Rahasia Lain
21
Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22
Bab 22-- Peristiwa Duka
23
Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24
Bab 24-- Sisa Kesedihan
25
Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26
Bab 26-- Kedatangan Benalu
27
Bab 27-- Acara Perusahaan
28
Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29
Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30
Bab 30-- Tersesat
31
Bab 31-- Kembali Pulang
32
Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33
Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34
Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35
Bab 35-- Menata Hati
36
Bab 36-- Gejolak Perasaan
37
Bab 37-- Keluarga Anya
38
Bab 38-- Menguatkan Hati
39
Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40
Bab 40-- Penawar Gundah
41
Bab 41-- Debaran
42
Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43
Bab 43-- Sandiwara Anya
44
Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45
Bab 45-- Tumpuan Hati
46
Bab 46-- Mengaku
47
Bab 47-- Tentang Melody
48
Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49
Bab 49-- Bertamu
50
Bab 50-- Kegelisahan Anya
51
Bab 51-- Undangan Dadakan
52
Bab 52-- Sang Mantan
53
Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54
Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55
Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56
Bab 56-- Pertemuan Kerja
57
Bab 57-- Masalah Lagi
58
Bab 58-- Masalah Lanjutan
59
Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60
Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61
Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62
Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63
Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64
Bab 64-- Teman Lama
65
Bab 65-- Adegan Memalukan
66
Bab 66-- Kemarahan Anya
67
Bab 67-- Acara Universitas
68
Bab 68-- Janji Temu
69
Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70
Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71
Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72
Bab 72-- Kunjungan
73
Bab 73-- Misi Lain
74
Bab 74-- Karena Cemburu
75
Bab 75-- Kebohongan Anya
76
Bab 76-- Kemarahan Gio
77
Bab 77-- Tamu Hari Ini
78
Bab 78-- Rencana Gio
79
Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80
Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81
Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82
Bab 82-- Permintaan
83
Bab 83-- Rumah Kedua
84
Bab 84-- Tamu Penyusup
85
Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86
Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87
Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88
Bab 88-- Surat Kuasa
89
Bab 89-- Bersiap Pergi
90
Bab 90-- Kejutan Lain
91
Bab 91-- Pengakuan
92
Bab 92-- Memori Lama
93
Bab 93-- Terpaksa Pergi
94
Bab 94-- Dimana Elvira
95
Bab 95-- Mencari Elvira
96
Bab 96-- Diluar Rencana
97
Bab 97-- Kembali Pulang
98
Bab 98-- Dua Keluarga
99
Bab 99-- Kegusaran Anya
100
Bab 100-- Pengunjung Toko
101
Bab 101-- Ke Panti
102
Bab 102-- Menemui Bahaya
103
Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104
Bab 104-- Keikhlasan
105
Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106
Bab 106-- Sisa Kekecewaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!