Bab 08-- Bertahan Terluka

Anya baru sampai di sebuah restoran tempat di mana ia ada janji untuk menemui seseorang hari ini setelah tadi mendapat pesan di telepon.

Setelah menemukan keberadaan orang tersebut, ia langsung merasa gugup karena yang dia temui saat ini adalah Meisya. Beberapa tahun bekerja di Arkatama grup membuat Anya sedikit banyaknya mengenali anggota keluarga itu.

“Kamu mengenal saya bukan?” tanya Meisya.

“I-iya, Bu Meisya,” jawab Anya terbata seperti sudah tahu akan kesalahannya.

“Saya akan langsung saja, kamu bisa jelaskan ini?” Meisya memperlihatkan sebuah foto yang ia letakkan di atas meja.

Mata Anya langsung terbelalak sempurna saat mengetahui itu adalah foto dirinya dan Daffin. Ia tidak menyangka bisa ketahuan mamanya Daffin secepat ini.

“Saya ...” Anya sangat ragu ingin mengatakan yang sebenarnya.

“Kamu punya hubungan khusus dengan putra saya?” tanya Meisya lagi memastikan.

“Maafkan saya, Bu. Saya sudah lancang.” Anya sudah mulai gemeteran takut ia akan dimarahi habis-habisan.

“Sejak kapan? Berapa lama kamu berhubungan dengan putra saya?”

“Sebenarnya itu hanya hubungan singkat yang terjalin karena kami sering pergi bersama saat keluar kota untuk pekerjaan.”

“Lalu?”

“Maafkan saya, Bu. Saya menyimpan perasaan yang mendalam kepada pak Daffin, maaf karena saya telah lancang mencintainya,” ungkap Anya.

“Apa Elvira sudah mengetahui hal ini?”

“Iya, Bu.”

“Jadi dia sudah tahu.” Meisya tersenyum sinis mendengarnya.

Ia tak menyangka jika menantunya itu sudah mengetahui hal ini dan belum mengungkapkan apapun.

Tapi ia cukup merasa lega karena hal itu berarti Dewanti juga belum mengetahui hal ini, bisa bahaya jika Dewanti sampai mengetahuinya. Mama mertuanya itu pasti akan sangat kecewa dan marah besar karena cucunya telah melakukan perbuatan yang dianggap sangat tidak terpuji di keluarga mereka itu.

“Kamu tahu kan betapa memalukannya ini? Beraninya kamu memotret saat kalian bersama dan menerornya dengan terus mengiriminya pesan, kenapa kamu terus mengejarnya?!”

“Maafkan saya, saya hanya tidak bisa melepaskannya. Saya sangat mencintainya, saya rasa wajar saya ingin bersamanya. Saya hanya mencoba memberikan apa yang tidak bisa diberikan oleh istrinya,” jawab Anya membela diri.

“Apa maksud kamu?” Meisya penasaran.

Anya merasa jika sepertinya Meisya tidak mengetahui bagaimana sebenarnya hubungan Daffin dan Elvira selama ini. Anya mulai berpikir mengambil kesempatan karena ia tidak mau sepenuhnya disalahkan dan dianggap mengganggu rumah tangga Daffin dan Elvira.

“Istrinya tidak pernah mencintainya walau pak Daffin sangat mengharapkan cintanya, karena itu saya berpikir dia mencari pelarian,” ungkapAnya.

“Keterlaluan! Apa sebenarnya yang dia rencanakan. Memangnya dia siapa berani melakukan hal itu kepada putraku, putraku sanggup memberikan semua yang dia miliki.” Suara Meisya terdengar kecewa dan marah.

“Dia bahkan sanggup menentangku hanya karena perempuan itu,” lirih Meisya dalam hatinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Elvira yang saat itu sedang berada di ruang kerja suaminya berharap menemukan sesuatu. Setelah berpikir keras, ia memilih untuk menyembunyikan masalah perselingkuhan Daffin dan Anya, ia tidak ingin Dewanti dan Meisya mengetahuinya.

Akan tetapi saat terpikir untuk menemukan ponsel milik Daffin, Elvira tidak melihatnya bahkan ia mencoba mencari ke berbagai sudut tempat tersebut ia tetap tidak bisa menemukannya.

Merasa tidak menemukan apapun, Elvira yang masihbergantung dengan kursi rodanya langsung keluar dari ruangan tersebut.

Ia menghela napas sejenak lalu membawa dirinya ke sebuah pojok ruangan hingga ia sampai di depan kolam renang.Ia menatap ke arah langit malam yang gelap, hanya ada terlihat sedikit bintang.

Pikirannya masih saja tidak bisa lepas dari memikirkan Daffin yang kini masih berada di ruang perawatan rumah sakit.

Saat itu Meisya yang baru pulang ke rumah melihat keberadaan menantunya itu. Masih dengan rasa marahnya, Meisya lalu menghampirinya.

“Mama,” sapa Elvira.

“Kamu, apa sebenarnya yang sedang kamu rencanakan? Beraninya kamu memperlakukan putraku seperti itu?! Apa kamu merasa hebat karena telah menaklukkan putraku hingga dia kehilangan akal karena cintanya kepada kamu?!” Meisya mengeluarkan segala amarahnya begitu saja.Ia lalumenghela napas dengan kasar melihat Elvira bungkam menerima api amarah darinya.

“Harusnya dari awal aku sudah tahu tujuan kamu yang sebenarnya. Aku sempat tertipu dengan kepolosan wajah kamu, aku pikir tidak akan terlalu jadi masalah saat kamu menikahi Daffin memang karena kamu mencintainya, ternyata kamu benar-benar penipu handal.”

“Ma, aku ...” Suara Elvira terdengar lirih mencoba menjelaskan sesuatu, akan tetapi Meisya sepertinya tidak akan membiarkannya membela diri sedikitpun.

“Kamu sadar betapa selama ini kamu hanya bertahan karena rasa cinta Daffin, kamu bisa memiliki semua kekayaan serta kehormatan karena cinta dari Daffin. Apa itu sebabnya kamu mulai ketakutan saat mengetahui jika perasaan Daffin juga bisa berubah terhadap kamu?!”

Meisya menyadari tatapan mata Elvira yang sangat terkejut karena ia sudah mengetahui semuanya. Lalu Meisya melempar selembar fotopada Elvira, foto yang sama dengan yang diperlihatkan oleh Anya waktu itu.

“Kenapa? Apa yang terjadi pada ekspresi wajah kamu? Apa ada sesuatu yang kamu pikirkan tentang foto itu?” Menghadapi lemparan pertanyaan itu membuat Elvira seakantak bisa menjawabnya.

“Kamu pikir aku belum tahu kalau ternyata Daffin memiliki perempuan lain? Kamu tahu itu artinya apa? Perasaan cinta Daffin mungkin sudah berubah dan berpaling dari kamu. Bersiaplah untuk keluar dari kehidupan putraku. Ingat, kamu bukan apa-apa tanpa cinta dari Daffin. Kamu yang harusnya berlutut dan memohon cintanya! Beraninya kamu memanfaatkan perasaan putraku yang tulus,” pungkas Meisya sebelum akhirnya ia meninggalkan Elvira sendiri.

Perkataan dari mama mertuanya itu sungguh sangat menyakiti hati Elvira ditambah lagi saat melihat kembali foto itu, kekecewaan dan kebencian yang mulai merasuk rasanya tidak bisa terbendung lagi.

Elvira yang merasa tidak bisa lagi mengendalikan diri akhirnya meneteskan air mata, ia menangis sesenggukan sambil meremas foto tersebut dengan kuatmenyesalkan kenapa ini harus terjadi di saat hatinya sudah terbuka sepenuhnya untuk Daffin.

“Kak Elvira?” terdengar sebuah suara memanggilnya dengan penuh rasa khawatir.

Ternyata Nevan yang baru pulang ke rumah malam ini melihatnya menangis sendiri.

“Kamu kenapa?” Nevan mendekat ke arahnya lalu menyadari ada sebuah kertas yang sedang dipegang Elvira, ia lantas mengambilnya dan melihat foto tersebut.

“Apa-apaan ini?” Nevan sangat terkejut melihatnya.

Akan tetapi saat ini lebih ingin memperhatikan keadaan kakak iparnya itu yang sepertinya sangat pilu.

Nevan merasa bingung saat menghadapi seorang perempuan tengah menangis seperti ini, ia tidak tahu harus berbuat apa. Nevan pun mencoba hendak membelai kepala Elvira akan tetapi ia merasa sangat ragu untuk melakukannya.

“Aku tidak apa-apa,” sahut Elvira tiba-tiba membuat Nevan segera menjauhkan tangannya.

“Kamu malam ini tidur di rumah? Apa Sakti yang menjaga mas Daffin?” tanya Elvira lagi yang kini sudah menyeka air matanya.

“Iya. Ini sudah malam, kenapa masih berada di luar?”

“Aku akan masuk sekarang,” ujar Elvira menghindari pembicaraan lebih lanjut.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan paginya.

Dewanti menghampiri Meisya dan Nevan yang sudah duduk bersama di meja makan menikmati sarapan mereka.

“Loh Nevan? Kamu pulang ke rumah rumah? Oma sampai tidak tahu,” sapa Dewanti.

“Iya, Oma. Aku datang tadi malam, mungkin saat Oma sudah di kamar,” sahut Nevan.

“Bagaimana perkembangan kondisi Daffin?” tanya Dewanti sembari ikut duduk bersama.

Nevan hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepala mengisyaratkan jika belum ada perkembangan yang signifikan pada kondisi kakaknya.

“Ya Tuhan, kenapa kamu harus mengalami semua ini Daffin,” gumam Dewanti tampak sedih.

“Kita terus berdoa saja ya, Oma.”

“Iya Nevan. Oh ya, Bi Mirah!” panggil Dewanti ketika melihat keberadaan Mirah di sekitar mereka.

“Iya, Nyonya?” sahut wanita itu.

“Apa Elvira belum keluar dari kamarnya?”

“Belum ada, Nyonya.”

“Dia harus memperhatikan makannya. Kamu antarkan saja sarapan untuknya, pastikan dia makan dan meminum obat yang sudah diresepkan dokter.”

Mendengar perintah dari Dewanti, Mirah langsung bergegas mengerjakannya.

“Mama kenapa sih? Tidak perlu lah berlebihan memperhatikannya,” sahut Meisya marah.

“Kamu yang kenapa? Wajar kan Mama memperhatikannya? Dia juga cucu Mama, menantu kamu. Kamu sendiri bagaimana? Apa bisa kamu memperhatikannya walau sedikit saja? Kamu bahkan tidak mau menjenguknya saat di rumah sakit.”

“Untuk apa aku memperhatikannya? Menantu apanya? Dia menantu yang tidak pernah ku harapkan.”

“Meisya!”

“Aku mau pergi dulu,” pungkas Meisya lalu ia segera meninggalkan tempat tersebut.

“Mama kamu selalu saja begitu, Nevan. Menghadapinya memang perlu kesabaran yang ekstra. Beruntung, kakak ipar kamu tetap bertahan di rumah ini padahal Oma yakin dia juga menyimpan kesedihannya sendiri saat menghadapi mama kamu,” ungkap Dewanti.

“Iya, Oma.”

...----------------...

Saat itu Elvira masih berada di kamarnya, ia duduk di tempat tidur sambil memandangi ke arah foto pernikahannya dengan Daffin yang ada di dinding kamar.

Ia tak hentinya merutuki diri sendiri kenapa disaat dirinya sudah mulai mencintai sumainya, kenyataan pahit ini harus datang kepadanya.

“Harusnya aku tidak perlu membuka hati untuk kamu, akan lebih susah melepaskan kamu di saat perasaanku sudah semakin dalam,” gumamnya sendiri sembari memandang wajah Daffin pada bingkai foto dengan nanar.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

😺 Aning 😾

😺 Aning 😾

klu in sduah berat El...
namanya mundur wez kadong ajor... maju wz kadong tatu 😭

2023-06-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01-- Terbangun
2 Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3 Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4 Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5 Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6 Bab 06-- Salah Paham
7 Bab 07-- Rencana Bertahan
8 Bab 08-- Bertahan Terluka
9 Bab 09-- Memilih Bertahan
10 Bab 10-- Tetap Bertahan
11 Bab 11-- Kebohongan
12 Bab 12-- Memaafkan
13 Bab 13-- Benalu Lain
14 Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15 Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16 Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17 Bab 17-- Menggenggam Duri
18 Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19 Bab 19-- Surat Cerai
20 Bab 20-- Rahasia Lain
21 Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22 Bab 22-- Peristiwa Duka
23 Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24 Bab 24-- Sisa Kesedihan
25 Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26 Bab 26-- Kedatangan Benalu
27 Bab 27-- Acara Perusahaan
28 Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29 Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30 Bab 30-- Tersesat
31 Bab 31-- Kembali Pulang
32 Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33 Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34 Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35 Bab 35-- Menata Hati
36 Bab 36-- Gejolak Perasaan
37 Bab 37-- Keluarga Anya
38 Bab 38-- Menguatkan Hati
39 Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40 Bab 40-- Penawar Gundah
41 Bab 41-- Debaran
42 Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43 Bab 43-- Sandiwara Anya
44 Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45 Bab 45-- Tumpuan Hati
46 Bab 46-- Mengaku
47 Bab 47-- Tentang Melody
48 Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49 Bab 49-- Bertamu
50 Bab 50-- Kegelisahan Anya
51 Bab 51-- Undangan Dadakan
52 Bab 52-- Sang Mantan
53 Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54 Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55 Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56 Bab 56-- Pertemuan Kerja
57 Bab 57-- Masalah Lagi
58 Bab 58-- Masalah Lanjutan
59 Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60 Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61 Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62 Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63 Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64 Bab 64-- Teman Lama
65 Bab 65-- Adegan Memalukan
66 Bab 66-- Kemarahan Anya
67 Bab 67-- Acara Universitas
68 Bab 68-- Janji Temu
69 Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70 Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71 Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72 Bab 72-- Kunjungan
73 Bab 73-- Misi Lain
74 Bab 74-- Karena Cemburu
75 Bab 75-- Kebohongan Anya
76 Bab 76-- Kemarahan Gio
77 Bab 77-- Tamu Hari Ini
78 Bab 78-- Rencana Gio
79 Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80 Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81 Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82 Bab 82-- Permintaan
83 Bab 83-- Rumah Kedua
84 Bab 84-- Tamu Penyusup
85 Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86 Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87 Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88 Bab 88-- Surat Kuasa
89 Bab 89-- Bersiap Pergi
90 Bab 90-- Kejutan Lain
91 Bab 91-- Pengakuan
92 Bab 92-- Memori Lama
93 Bab 93-- Terpaksa Pergi
94 Bab 94-- Dimana Elvira
95 Bab 95-- Mencari Elvira
96 Bab 96-- Diluar Rencana
97 Bab 97-- Kembali Pulang
98 Bab 98-- Dua Keluarga
99 Bab 99-- Kegusaran Anya
100 Bab 100-- Pengunjung Toko
101 Bab 101-- Ke Panti
102 Bab 102-- Menemui Bahaya
103 Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104 Bab 104-- Keikhlasan
105 Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106 Bab 106-- Sisa Kekecewaan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 01-- Terbangun
2
Bab 02-- Air Mata Perempuan Lain
3
Bab 03-- Awal Kenyataan Pahit
4
Bab 04-- Sebuah Kenyataan Pahit
5
Bab 05-- Jawaban Dari Keraguan
6
Bab 06-- Salah Paham
7
Bab 07-- Rencana Bertahan
8
Bab 08-- Bertahan Terluka
9
Bab 09-- Memilih Bertahan
10
Bab 10-- Tetap Bertahan
11
Bab 11-- Kebohongan
12
Bab 12-- Memaafkan
13
Bab 13-- Benalu Lain
14
Bab 14-- Menyimpan Rahasia
15
Bab 15-- Ingatan Masa Lalu
16
Bab 16-- Jamuan Makan Siang
17
Bab 17-- Menggenggam Duri
18
Bab 18-- Terungkapnya Kebohongan
19
Bab 19-- Surat Cerai
20
Bab 20-- Rahasia Lain
21
Bab 21-- Usaha Mempertahankan
22
Bab 22-- Peristiwa Duka
23
Bab 23-- Kepiluan Berlipat Ganda
24
Bab 24-- Sisa Kesedihan
25
Bab 25-- Rencana Sang Perusak
26
Bab 26-- Kedatangan Benalu
27
Bab 27-- Acara Perusahaan
28
Bab 28-- Acara Perusahaan (Lanjutan)
29
Bab 29-- Rencana Mama Mertua
30
Bab 30-- Tersesat
31
Bab 31-- Kembali Pulang
32
Bab 32-- Sambutan Dari Elvira
33
Bab 33-- Urusan Pekerjaan
34
Bab 34-- Serumah Dengan Tamu
35
Bab 35-- Menata Hati
36
Bab 36-- Gejolak Perasaan
37
Bab 37-- Keluarga Anya
38
Bab 38-- Menguatkan Hati
39
Bab 39-- Sejenak Melupakan Lara
40
Bab 40-- Penawar Gundah
41
Bab 41-- Debaran
42
Bab 42-- Seseorang Dari Masa Lalu Nevan
43
Bab 43-- Sandiwara Anya
44
Bab 44-- Goresan Masa Lalu
45
Bab 45-- Tumpuan Hati
46
Bab 46-- Mengaku
47
Bab 47-- Tentang Melody
48
Bab 48-- Tentang Asty dan Raldy
49
Bab 49-- Bertamu
50
Bab 50-- Kegelisahan Anya
51
Bab 51-- Undangan Dadakan
52
Bab 52-- Sang Mantan
53
Bab 53-- Kecurigaan Elvira
54
Bab 54-- Awal Kesalahpahaman
55
Bab 55-- Penebar Kesalahpahaman
56
Bab 56-- Pertemuan Kerja
57
Bab 57-- Masalah Lagi
58
Bab 58-- Masalah Lanjutan
59
Bab 59-- Meraih Maaf Oma
60
Bab 60-- Dendam Sesungguhnya
61
Bab 61-- Menghilangkan Kesalahpahaman
62
Bab 62-- Berkunjung Ke Perusahaan
63
Bab 63-- Bertemu Masa Lalu
64
Bab 64-- Teman Lama
65
Bab 65-- Adegan Memalukan
66
Bab 66-- Kemarahan Anya
67
Bab 67-- Acara Universitas
68
Bab 68-- Janji Temu
69
Ban 69-- Kejadian Tak Terduga
70
Bab 70-- Kecemburuan Nevan
71
Bab 71-- Gejolak Perasaan Elvira
72
Bab 72-- Kunjungan
73
Bab 73-- Misi Lain
74
Bab 74-- Karena Cemburu
75
Bab 75-- Kebohongan Anya
76
Bab 76-- Kemarahan Gio
77
Bab 77-- Tamu Hari Ini
78
Bab 78-- Rencana Gio
79
Bab 79-- Kafe Tepi Danau
80
Bab 80-- Peringatan Dari Nevan
81
Bab 81-- Kembali Menggenggam Perih
82
Bab 82-- Permintaan
83
Bab 83-- Rumah Kedua
84
Bab 84-- Tamu Penyusup
85
Bab 85-- Rencana Sang Perusak (Lagi)
86
Bab 86-- Ucapan Terima Kasih
87
Bab 87-- Kejutan Untuk Elvira
88
Bab 88-- Surat Kuasa
89
Bab 89-- Bersiap Pergi
90
Bab 90-- Kejutan Lain
91
Bab 91-- Pengakuan
92
Bab 92-- Memori Lama
93
Bab 93-- Terpaksa Pergi
94
Bab 94-- Dimana Elvira
95
Bab 95-- Mencari Elvira
96
Bab 96-- Diluar Rencana
97
Bab 97-- Kembali Pulang
98
Bab 98-- Dua Keluarga
99
Bab 99-- Kegusaran Anya
100
Bab 100-- Pengunjung Toko
101
Bab 101-- Ke Panti
102
Bab 102-- Menemui Bahaya
103
Bab 103-- Bahaya Tak terduga
104
Bab 104-- Keikhlasan
105
Bab 105-- Jarak yang Tercipta
106
Bab 106-- Sisa Kekecewaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!