Anya yang sedang berjalan menghentikan langkahnya begitu melihat sudah ada Elvira yang rupanya telah datang lebih dahulu dan menunggunya di halaman belakang sebuah kafe yang berkonsep terbuka.
“Duduk lah,” titah Elvira sehingga Anya menurut saja dan kini mereka sudah duduk berhadapan.
“Mau pesan minuman terlebih dahulu?” tanya Elvira basa basi.
“Tidak perlu basa basi. Katakan, ada apa kamu ingin menemuiku?” celetuk Anya dengan nada ketus.
“Jauhi mas Daffin,” pinta Elvira, namun terdengar seperti gurauan di telinga Anya.
“Jangan memintaku melakukan sesuatu yang tidak bisa ku lakukan.”
“Meski kamu tidak bisa, tapi kamu harus melakukannya. Dengar, bukan kah sudah pernah kukatakan jika mas Daffin pasti akan tetap kembali kepadaku. Kami bahkan memulai hubungan yang jauh lebih mesra, jadi tidak akan pernah ada kesempatan untuk kamu. Tolong jangan lagi mengganggu rumah tangga kami.”
“Aku tidak bisa, sekeras apapun hatinya ingin kembali kepada kamu, aku juga akan terus berusaha untuk bisa memenangkan hatinya lagi.”
“Apa yang kamu ingin kan? Uang? Aset? Aku bisa memberikannya kepada kamu.”
“Bagaimana kalau aku menginginkan posisi kamu?” tantang Anya.
“Itu hal yang mustahil!”
“Sama seperti aku yang tidak bisa menjauhinya, itu juga hal yang mustahil.”
“Aku sudah mencoba memberi tawaran dan meminta baik-baik kepada kamu, pikirkan lah. Tidak ada yang bisa kamu harapkan dari mencintai pria yang sudah beristri! Harusnya kamu bersyukur setidaknya tidak langsung dipecat dari pekerjaan kamu.”
“Kalau kamu ingin membuat penawaran denganku hanya karena kamu ingin menutupi perbuatan suami kamu, lebih baik kamu menerima saja kehadiranku di hidup Daffin. Kamu tahu kenapa Daffin masih mempertahankanku bekerja dengannya?" tanya Anya dengan senyum seringai.
"Karena aku memiliki bukti perselingkuhan kami dan itu hal yang bisa menjadikan aku sebagai pelindungnya dari citra buruknya. Kamu paham kan kalau sampai aku mengungkapkan hal ini ke publik? Bagaimana reaksi orang-orang nantinya? Hal ini juga pasti akan berpengaruh terhadap citra perusahaan. Tidak terbayang bagaimana reaksi dari Ibu Dewanti jika mengetahuinya," lanjutnya.
“Perempuan licik! Beraninya kamu!” Elvira berucap sambil menghentakkan tangan ke atas meja, ia mengepal tangannya dengan kuat menahan api amarah yang mulai berkobar.
“Ku peringatkan agar selalu bersikap baik terhadapku kalau kamu tidak ingin terjadi kekacauan pada keluarga kamu dan Arkatama grup.”
Puas memperingatkan Elvira dengan ancaman tersebut, Anya langsung pergi meninggalkannya sendiri yang masih berusaha meredam amarah karena hatinya saat ini sangat dipenuhi oleh gejolak emosi yang tidak beraturan.
Sebagai bagian dari keluarga terpandang dan disegani seperti keluarga Arkatama, membuat Elvira juga harus turut berperan untuk menjaga nama baik keluarganya.
Walau ia harus berperang sendiri dengan rasa sakit hatinya karena ada nama besar keluarga yang harus dijaga, di mana ada banyak titik keringat dan usaha penuh perjuangan dari mendiang kakek mereka untuk meraihnya dulu.
...----------------...
Sementara itu Nevan yang saat itu ternyata sedang berada di kafe yang sama saat ini terlihat asyik mengobrol dengan temannya, ia yang duduk di area dalam kafe tidak sengaja melihat Anya yang sedang berjalan sendiri menuju pintu keluar tempat tersebut. Namun sepertinya Anya tidak menyadari kehadiran Nevan yang melihatnya.
“Oh ya, aku tidak tahu harus bagaimana untuk berterima kasih. Berkat bantuan kamu, akhirnya aku bisa membeli tempat ini. Ternyata membuat kafe di lahan seperti ini lumayan banyak membuat orang-orang tertarik untuk datang ke sini,” ucap seorang laki-laki sebaya dengan Nevan.
“Tidak perlu berlebihan.”
“Kalau begitu, kamu bisa pesan sesuka kamu dan setiap kali kamu datang ke kafe ini, aku kasih gratis.”
“Kamu berlebihan. Oh ya, tunggu sebentar ya. Aku mau memeriksa sesuatu," pamit Nevan pada temannya itu.
Nevan segera bergegas mengikuti Anya yang membuatnya penasaran, namun saat sudah tiba di depan pintu utama kafe, Nevan melihat Anya baru saja naik taksi dan segera meninggalkan tempat itu.
Nevan lalu melayangkan pandangan sebentar ke beberapa arah dan ia baru menyadari ternyata di halaman sudah terparkir mobil milik Elvira.
Nevan hanya berasumsi jika sebenarnya tadi kemungkinan Anya bertemu dengan Elvira, secara dalam sepengetahuan Nevan keduanya sedang memiliki perang batin.
Nevan lalu kembali masuk dan melihat-lihat ke sekitar, namun sama sekali tidak terlihat keberadaan kakak iparnya itu.
Ia pun terus mencari hingga kakinya melangkah sampai ke luar bangunan kafe, tepatnya di sebuah halaman belakang yang terdapat area yang dibuat konsep terbuka dengan beberapa susunan meja dan kursi yang ditata sedemikian rupa.
Di antara salah satu meja, Nevan menemukan keberadaan Elvira yang tampak sedang melamun sendiri dengan di hadapannya ada sebuah minuman yang sepertinya sama sekali belum tersentuh.
Sesaat setelah Nevan menghampirinya, Elvira langsung mengalihkan perhatiannya kepada Nevan yang ternyata menemukannya di sini.
“Nevan? Kamu di sini?” sapa Elvira.
“Iya. Mm, apa kamu habis ketemuan sama Anya? Aku melihat dia tadi baru keluar soalnya.” Nevan kini sudah duduk berhadapan dengannya.
“Iya.”
“Melihat bagaimana sikap kalian di rumah, aku pikir hubungan kalian sudah baik-baik saja, apa Anya masih terus mengganggu kalian?” tanya Nevan yang tidak bisa menyimpan rasa penasarannya kali ini.
“Aku hanya memperingatkannya, tapi dia mengancamku balik,” curhat Elvira.
“Oh ya? Mengancam bagaimana?”
Elvira terdiam sejenak, ia merasa tidak perlu memberitahu detailnya.
“Nevan. Aku mohon, apapun yang kamu ketahui tentang kami, tolong jangan beritahu oma. Aku tidak ingin oma mengetahui semuanya. Bagaimanapun juga aku harus melindungi suamiku dari hal-hal yang akan merusak citra dirinya dan perusahaan.”
“Iya sih, apalagi kak Daffin baru tanda tangan kontrak kerja sama dengan beberapa perusahaan besar asing untuk proyek besar yang akan datang, banyak media pasti sedang menyorotnya. Tapi di luar itu, kalian memang baik-baik saja kan?”
“Seperti yang kamu lihat, kami baik-baik saja.”
“Aku tahu kakakku telah melakukan kesalahan yang besar, tapi aku mohon tolong maafkan dia. Tolong beri dia kesempatan,” pinta Nevan dengan tulus.
“Iya.” Elvira mengiyakan dengan sebuah senyum simpul.
...----------------...
Malam itu di sebuah kamar indekos elit. Anya sedang berbaring merasakan tidak enak pada badannya, meski ia sudah merasakan hal serupa sejak tadi siang namun karena bekerja masih mengharuskannya untuk menahannya.
Akan tetapi kali ini ia benar-benar merasa tidak nyaman, baginya ia harus tetap dalam keadaan sehat karena ingin terus bertemu Daffin di kantor.
Anya lalu membuka ponselnya dan melihat jam masih belum terlalu malam, ia segera bangkit dan menguatkan diri untuk pergi ke dokter di sebuah klinik terdekat dengan tempat tinggalnya.
Sesampainya di ruangan dokter, setelah menjelaskan gejala yang dirasakannya, ia berbaring di ranjang rawat dan segera diperiksa. Anya mendapati tatapan penuh arti dari sang dokter perempuan itu saat memeriksanya.
“Bu Anya tidak perlu khawatir, hal yang dirasakan oleh Bu Anya memang normal terjadi pada ibu yang sedang hamil muda,” ujar dokter tersebut.
“Apa? Hamil?” Anya sangat terkejut mendengarnya dan seketika ia merasa sangat lemas mendapati kenyataan ini.
Bagaimana bisa ia berdamai dengan dirinya yang merupakan seorang perempuan yang dikenal orang-orang belum menikah malah sekarang dalam keadaan tengah mengandung sebuah janin dalam rahimnya.
“Iya Bu, usia kandungan Bu Anya sudah memasuki usia lima minggu.”
“Apa?!”
Bagaimana ia bisa lalai dalam mengetahui hal ini, Anya lalu mengingat-ingat jika ia memang sudah terlambat datang bulan tapi ia pikir itu adalah hal yang normal karena memang biasanya ia pernah mengalami hal serupa.
Namun ia melupakan sesuatu jika ia pernah berhubungan badan dengan Daffin saat masih menjalin hubungan terlarang dengan bosnya itu.
“Berbaring lah sebentar, saya akan resepkan obat serta vitamin untuk Ibu ya.” Dokter tersebut segera permisi.
Anya menitikkan air mata dengan penuh rasa penyesalan saat ia mengingat kembali kemesraan bersama Daffin waktu dulu yang membawanya pada sebuah perbuatan terlarang itu.
Akan tetapi saat ia menyadari kenyataan saat ini, Daffin yang sudah memutuskan hubungan mereka membuatnya tidak bisa begitu saja menerimanya. Apalagi saat ini ia sudah terlanjur mencintai pria yang telah memiliki istri itu.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Fatisya
tidaaaaak...
kenapa pake hamil sgala????
2023-07-02
1
😺 Aning 😾
Haduchhhh dimadu donkkk.... jangannn aku tidak terima 😡😡😡😡
2023-06-17
1