Tumbal

Pagi berikutnya Hito dan teman-temannya kembali untuk kuliah, di dalam kampus mereka menjadi pusat perhatian karena telah lama tidak masuk kuliah.

Mereka saling berbisik-bisik tentang ke empat orang yang sedang berjalan bersama itu, Evril merasa ada yang aneh dengan pandangan orang-orang saat dia dan ketiga temannya berjalan bersama.

"Udah gak usah di peduliin," ucap Hito melihat perubahan wajah pada Evril, wanita itu hanya mengangguk dan berjalan kembali tanpa memperdulikan pandangan orang-orang ke arah mereka.

Dalam hati Hito juga bertanya-tanya kenapa mereka melihat ke arah Hito dan teman-temannya dengan pandangan sedikit takut, entah hanya perasaan Hito atau memang pada kenyataannya itu benar.

Saat di dalam ruangan kuliahnya, Evril dan Kiki duduk bersebelahan, mereka menatap ke arah kursi milik Maudi, keduanya merindukan sosok temannya itu, sekilas tanpa sengaja Evril melihat sosok Maudi tengah duduk di kursinya sambil menunduk dan terdiam.

Tapi itu hanya berlangsung sebentar, Evril yang masih tak percaya Maudi menghilang begitu saja mengucek matanya, mungkin ini hanya halusinasi saja.

"Maudi," panggil Evril setengah berteriak, untung saja suasana ruangan itu masih sepi, Kiki yang mendengar teriakan Evril pun ikut menatap kembali ke kursi milik Maudi, namun tak seorangpun Kiki melihat ada orang di kursi itu.

"Lo kenapa Vril?" tanya Kiki pada Evril.

"Gue lihat Maudi tadi Ki," jawab Evril sambil menatap ke arah Kiki.

"Mana Vril gue gak lihat?" tanya Kiki bingung, tiba-tiba bulu kuduk mereka merinding begitu saja.

"Beneran Ki tadi gue lihat dia duduk di kursinya, sekarang udah gak ada," ucap Evril mencoba membuat Kiki percaya kepadanya.

"Udah Vril mungkin lo sedang kangen sama dia, jadi lo berhalusinasi dia di sini," ucap Kiki menenangkan Evril, wanita itu hanya terdiam mendengarkan ucapan Kiki, dia sangat yakin bahwa yang dilihatnya itu benar bukan hanya halusinasinya saja.

"Iya Ki," jawab Evril menuruti ucapan Kiki, dia merasa ada hal aneh yang terjadi pada Maudi, apa mungkin arwahnya sedang ingin mengucapkan sesuatu kepada dirinya dan teman-temannya.

Evril mengusap wajahnya, sedetik kemudian dia kembali menatap ke kursi milik Maudi, tak ada seorangpun di sana namun Evril mencium bau anyir darah dari kursi itu, membuatnya bergidik ngeri.

*****

Fero terlihat terdiam saat mengikuti kelasnya, Hito memperhatikannya sedari tadi, tidak biasanya Fero terdiam seperti itu, apa yang terjadi dengannya kali ini, saat berada dekat dengan Fero, dia merasa ada sebuah aura jahat yang menyelimuti tubuh pria itu, Hito harus segera meminta bantuan ke pada gurunya.

Setelah kuliah hari ini selesai, Hito menelepon gurunya, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat itu, namun baru sebentar dia berbicara telepon itu terputus begitu saja, dan yang membuatnya semakin merasa aneh, handphone Hito tiba-tiba rusak tanpa sebab yang pasti.

"Perasaan baru beli ni handphone, udah rusak lagi?" batin Hito bertanya-tanya.

Sebenarnya ada makhluk tak kasat mata yang sedang memperhatikan Hito sedari tadi, makhluk yang sama, yang mengendalikan Fero, sejak persetubuhan di rumah tua itu Fero sudah terikat dengan iblis yang menyerupai wanita cantik, sang iblis meminta persembahan darah segar milik para perawan sebagai imbalan kehidupan Fero.

Fero pergi dari kampus begitu saja, tanpa berpamitan dengan Evril dan teman-temannya, hari ini adalah malam jum'at Fero harus memberikan tumbal pertamanya kepada iblis yang menjadi kekasihnya, jika tidak nyawa Fero akan menjadi tumbal sendiri.

Karena ketampanan dan daya tarik Fero sangat kuat pada seorang wanita dia dengan mudah bisa merasa mereka, saat ini Fero tengah berkenalan dengan Stefani, gadis belia yang baru masuk ke universitas yang sama dengan Fero, namun berbeda beberapa tingkat semesternya.

"Kamu cantik sekali Stefani," ucap Fero menggoda gadis itu di dalam mobil, seperti terhipnotis Stefani yang awalnya tak mengenal sama sekali dengan Fero bisa dengan mudah luluh di hadapannya, mereka kemudian berjalan-jalan di kota untuk mengulur waktu hingga malam tiba.

Malam pun telah tiba, Fero telah memesan sebuah hotel tak jauh dari kota, namun tempatnya agak sepi, agar tak banyak orang yang mengenalinya.

Stefani yang tergoda dengan mudah melepas semua yang dia kenakan, Fero menikmati tubuh mulus milik gadis itu, sejenak sang iblis wanita itu merasuki tubuh gadis dalam dekapan Fero, membawa mereka larut ke dalam permainan iblis itu.

Malam berlalu penuh dengan suasana hening mencekam di kamar hotel tempat Fero menukar nyawa Stefani dengan umur nyawanya sendiri, jasad gadis itu tak akan di temukan karena sang iblis wanita telah membawanya ke alam lain sebagai persembahan kepada junjungannya yang lebih tinggi.

Satu jalan pertama Fero menuju kesesatan kembali, namun dia dalam posisi sadar bahwa dirinya terbelenggu oleh iblis yang memberi kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, serta apapun yang Fero inginkan iblis itu bisa memberikannya dengan mudah.

Perbuatan Fero tak seorangpun mengetahuinya, begitu pula pihak keluarga Stefani yang tak mengetahui anaknya menghilang, mereka hanya mengetahui bahwa Stefani pamit ke luar kota untuk urusan kuliahnya selepas dari itu keluarga tak mengetahui bahwa Stefani telah pergi meninggalkan mereka selamanya.

Sejak semalam Kiki merasa sosok yang dia lihat sebelum pingsan selalu mengawasinya, perasaan Kiki menjadi tak tenang, malak ini dia di rumah sendirian.

"Sepertinya gue nginep aja di rumah Evril, daripada sendirian di rumah," ucap Kiki pada dirinya sendiri, kemudian dia bergegas meninggalkan rumahnya dan menuju ke rumah Evril.

Dalam perjalanan Kiki melihat bayangan hitam mengintipnya di ujung jalan, langkah Kiki semakin di percepat, keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya.

Tok tok tok

Sampai di rumah Evril dia mengetuk pintu dengan sedikit keras dan tergesa-gesa karena rasa takut yang menyelimutinya.

Evril mendengar seseorang mengetuk pintu rumahnya, dengan segera dia membuka pintunya.

"Lo Ki?" panggil Evril heran melihat temannya yang seperti ketakutan itu.

"Evril," Kiki langsung memeluk Evril saat pintu terbuka.

"Lo kenapa sih?" tanya Evril bingung.

"Gue takut Vril sendirian di rumah, bolehkan gue numpang tidur di sini?" tanya Kiki.

"Iya boleh kok, yuk masuk dulu ke rumah," jawab Evril mengajak Kiki masuk ke dalam rumah dan mengambilkan dia air minum.

"Ini minum dulu Ki," ucap Evril pada Kiki sambil menyerahkan segelas air putih.

"Makasih Vril," Kiki segera meminum air itu, dia merasa sedikit lebih baik saat bersama Evril, sambil melihat ke sekelilingnya barangkali bayangan itu masih mengikutinya.

"Lo kenapa sih?" tanya Evril melihat wajah Kiki yang sedang mencari sesuatu.

"Ada bayangan yang ngikutin gue saat setelah kita keluar dari rumah tua itu Vril," jelas Kiki.

"Jadi lo juga ngerasain itu Ki? gue juga merasa hal yang sama," ucap Evril.

Tiba-tiba lampu rumah Evril berkedip, sebentar mati dan sebentar hidup, jendela yang tadinya tertutup tiba-tiba terbuka begitu saja dan angin tiba-tiba menerpa kencang membuat tirai jendelanya ikut terbuka, suasana menjadi sangat mencekam, Kiki dan Evril saling memeluk, keduanya ketakutan setengah mati.

Terpopuler

Comments

Nana Khansa Alhusna

Nana Khansa Alhusna

visualny thooorrr.. ttp semangaaattt💪🏻💪🏻

2020-11-06

0

muhammad daffa.

muhammad daffa.

lanjuuut

2020-08-21

0

Evy Viandra Erviyanti

Evy Viandra Erviyanti

Aku mampir sudah kasih bom like.. makasih juga sudah like. Saling meng like ya.

2020-07-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!