Goresan Luka

Happy reading..

Untuk saat ini, bagi Maidina sebuah pekerjaan adalah hal yang sangat berarti. Jika tidak mempunyai pekerjaan dia bisa nangis guling-guling. Di mana pun dirinya mengais rejeki, harus bisa menunjukkan dedikasi dan loyalitas tinggi pada sang Bos.

"Kalau kamu nggak mau ikut dan menjadi pasanganku di pesta itu, aku pecat kamu jadi assisten pribadi!" ancam Sagara tanpa ada senyuman di bibirnya dengan tatapan mata yang serius.

Maidina tercengang, bibirnya membulat sempurna bersama kelopak mata indahnya yang reflex terbuka lebar. "Kok begitu, Mas Bumi? Emang ya orang kaya itu, Raja tega!" mendengar ancaman Sagara, nyali Maidina menciut tapi dia masih sempat membalas ancaman sang Bos dengan kata-kata menohok.

"Raja tega dari mananya?" suara Sagara terdengar meninggi.

Suara Sagara yang meninggi membuat hati Maidina semakin menciut. Ekspresi wajahnya seketika tampak ketakutan. Sagara menyeringai nakal, seolah kesempatan kemenangan ada di tangannya, saat ini.

"Mau atau tidak!" hardik Sagara sedikit memaksa pada Maidina untuk segera mengambil keputusan.

"Oke! Oke..!" pekik Maidina sambil bibirnya mengerucut.

"Oke, apa?" ucap Sagara mendelik.

"Iya, iya.. Saya mau ikut jadi pasangan, Mas Bumi!" ucap Maidina dengan nada suara yang tinggi tepat di telinga Sagara.

Akhirnya Maidina menyerah kalah telak dengan ancaman yang di keluarkan oleh Sagara. Otak si kancil Sagara berhasil membuat Maidina bertekuk lutut tanpa bisa mengelak lagi.

-

-

-

Tiga puluh menit berlalu, Sagara duduk dengan gusar di sofa, menunggu Maidina yang dipermak oleh tangan-tangan yang bertalenta andalannya di dalam kamar.

Bolak-balik Sagara melirik benda bundar yang melingkar manis di tangannya, mendengus kesal. "Lama banget! Katanya profesional, sudah tiga puluh menit lebih. Apa nunggu sampai satu jam baru selesai itu si Johanes merenovasi di dalam!" gerutu Sagara.

"Wadidaw.. Ciin! Dikira rumah kali direnovasi! Itu muka bukan tembok!" omel Dahlan.

"Lelet!" bentak Sagara.

"Cuiihh, ngapain marah ke Dania, sih! Sana masuk sendiri, lihat apa yang terjadi di dalam. Kali aja gadis kamu diperkaos!" Dahlan menjawab ucapan Sagara seenak jidatnya.

"Banyak macam kau Dahlan, nih melayang!" kepalan tangannya di arahkan ke wajah Dahlan.

"Kamu siap?" Sagara menatap Maidina intens.

"Siap tidak siap. Tetap harus siap!" jawab Maidina menggamit kan tangannya pada lengan Sagara yang kokoh. Lalu berjalan beriringan dengan penampilan yang sangat serasi. Sagara yang malam itu memakai jas blazer slim fit abu-abu hitam di padu padan kan dengan kemeja hitam.

"Kenapa dengan ekeuy, Ciin? Dania kan di sini sama kamu," cibik Dahlan sok imut.

"Dania.. Dania.. Kudaniell!" pekik Sagara melengos lalu terkekeh.

"Auhh, kenapa jadi Kudanieell!" Dahlan melempar bantal yang sedari tadi dalam pelukannya.

"Hahaha.." terdengar ketawa Sagara menggema di ruangan.

"Beneran minta disanteet nih, Sagara!"

"Wani piro!" sahut Sagara.

"Eeheem.. Enggak wani! Dari pada jadi gelandangan mendadak!" seru Dahlan sembari melangkah ke arah kamar Maidina.

Dandanan yang sederhana tapi tetap cantik memukau tampak berkilau. Mengagumkan, menakjubkan, pesona seorang Maidina Aurora. Dengan memakai Longdress hijau sage tanpa lengan berbagan satin dengan kerah sabrina membuat tubuh semampai Maidina tampak semakin ramping. Apalagi di padu padan kan dengan stilletto high heels 8 cm, kedua kaki jenjang Maidina menjadikan tubuhnya kian menjulang.

Rambut hitamnya dibiarkan terurai panjang di punggung dan dilengkapi dengan make up natural glam with smokey eye memberi kesan s3xy di wajah Maidina yang terbiasa tanpa make up cetar. Agar menyesuaikan dengan outfitnya.

Maidina berdandan seperti itu, karena ulah si Sagara yang memaksanya ikut datang ke acara pesta teman sekolahnya dulu.

Walaupun profesi Maidina bukan seorang artis seperti Belinda. Kecantikan dan kesederhanaannya bisa mengalahkan Belinda yang sekelas artis terkenal di negeri ini. Meskipun acara tersebut digelar di sebuah gedung yang tak jauh dari kediaman temannya itu. Sagara tetap menjaga penampilannya sebagai publik figur. Dan juga memugar wajah Maidina semakin memukau.

Dahlan masuk ke dalam kamar, tempat make over Maidina. Melihat hasil akhir yang dikerjakan Johanes dan asistennya. Dahlan meneliti dari ujung rambut hingga ujung kaki Maidina, meneliti satu persatu bak juri Putri Indonesia. Secara, Dahlan juga mantan perias pengantin di kota yang membesarkannya, sebelum merintis kariernya menjadi manager Sagara. Jelek-jelek begitu Dahlan juga menyandang gelar Maestro. Tapi sayang, jiwanya radak melenceng, semoga ada bidadari yang nyangkut di hatinya untuk mengembalikan Dahlan ke jalan yang benar.

Pintu kamar dibuka Dahlan. Menampakan dirinya dengan gadis yang cantik, tangannya mengapit lengan Maidina. Seseorang yang sedang duduk di sofa dengan bibir yang melongo ke arah Maidina. Lagi-lagi jantungnya tak bekerja dengan normal. Dia menggerutu sendiri, kenapa jika bertatap dengan Maidina seperti itu, jantungnya selalu eror.

"Woii..! Cepat sini.. Malah bengong kayak kambing congek!" suruh Dahlan lekas. "Nggak mau dengan yang bening! Ya sudah untuk aku saja!" seru Dahlan lagi yang langsung menyadarkan Sagara dari lamunannya tentang Maidina, yang telah berhasil memukau pikiran dan hatinya.

"Wani piro, Dahlan!" tantang Sagara melototi Dahlan yang terkikik.

"Nih.. Mau gandeng nggak?" pertanyaan konyol dilontarkan oleh Dahlan yang mengundang senyum di bibir Maidina.

Sagara berdiri tegak di depan Maidina. Kini, giliran jantung Maidina tidak stabil. Bahwasannya level ketampanan Sagara bertambah naik menjadi dua kali lipat saat ini. Bulu-bulu yang biasanya dibiarkan tumbuh liar di bagian rahangnya, kini terlihat bersih dan rapi. Disapu bersih hingga kinclong. Membuat indera penglihatan Maidina semakin terang menatap pria tampan di hadapannya kini. Walaupun Maidina sudah terbiasa melihat Sagara dengan penampilannya yang glowing di depan kamera. Tapi kali ini sungguh berbeda. Sekujur tubuhnya mendadak lumpuh, hatinya meleleh seperti coklat yang lumer di atas brownies yang sangat legit jika mengigitnya.

"Hai.. Cinn!" pekik Dahlan. "Bengong lagi! Kek kesambet Mimi Peri!"

"Ehem.. Mas Bumi. Jadi berangkat tidak?" suara lembut Maidina disertai senyum yang mengembang di bibir ranumnya yang akan menjadi candu Sagara, dengan mengibaskan telapak tangannya tepat di depan wajah Sang Bos.

"Eh, iya. Jadi.. Jadi. Sorry," jawab Sagara gelagapan.

"Minta direndam citroen satu kilo itu mata beserta otak mesuum kamu, Ciin! Biar bersih dari noda-noda terkutuk!" omelan Dahlan mulai merentet keluar dari bibirnya monyok.

"Diam kamu, Kudanieell! Berisik!" sentak Sagara.

Dahlan semakin kencang mengeraskan suaranya, meskipun mata Sagara sudah memelototinya. Dahlan tidak menggubris kemarahan Sagara. Karena bagi Dahlan semua itu sudah menjadi makanan sehari-hari dalam hidupnya, semenjak bekerja dengan Sagara Bumi Samudera.

Obat yang tepat untuk orang yang patah hati adalah mencari pengganti orang yang telah membuat luka dan menyakiti hati. Jangan semakin terpuruk dengan meratapi yang sudah berlalu. Karena orang yang cerdas tidak akan melihat bagaimana luka itu menganga, melainkan bagaimana caranya agar luka itu tertutup dengan rapih tanpa harus membuka kembali goresan luka yang telah lalu.

Terpopuler

Comments

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

bener banget dan kita cari ganti yang lebih baik dari segala galanya daripada orang yang sudah memberikan luka itu

2023-05-21

4

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

dasar sagara nih ya otak nya cerdas banget

2023-05-18

3

🔵🍭ͪ ͩ𝐒𝓊𝓈𝓌𝒶𝓉𝒾 ՇɧeeՐՏ🍻

🔵🍭ͪ ͩ𝐒𝓊𝓈𝓌𝒶𝓉𝒾 ՇɧeeՐՏ🍻

raja tegaaa ..
tapi
suka kan
wkwkwkwkk

2023-05-11

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!