Ancaman Sudah Meluncur

Happy reading..

Lili segera menghampiri suaminya. Mengernyitkan kening mendengar keributan antara sang Bos dan sang assisten andalan.

"Jangan dengarkan yang gaib, sayang," Giordan menoel hidung mancung Lili, lalu mencium keningnya lanjut pipi kiri pipi kanan hingga turun di bibir Lili yang tetap menjadi candu sang Arjuna.

Lagi-lagi Ardo hanya bisa menelan salivanya kasar. 'Sudah dikatakan makhluk gaib, dikasih tontonan kebucinan pulak. Aku juga bisa gitu, tapi masa kerja bawa-bawa istri ke mana-mana. Emangnya mbah surip, tak gendong ke mana-mana. Hahaha..,' Ardo bercuit ria dalam batinnya. Ingat dalam batinnya saja! Kalau di keluarkan dari tenggorakan mana berani si Ardo, ujung-ujungnya bakalan runyam di rekeningnya.

"Do!" suara bariton Giordan menyadarkan Ardo dari singasana nirwananya.

"Iya, Bos. Siap," jawab Ardo cepat, tapi sedikit gelagapan.

"Sekarang nelan ludah dulu! Kalau mau ikutan praktek nanti saja di rumah sama Lia! Ingat sama Lia, bukan sama tetangga!" ucapan Giordan bukan hanya untuk lelucon bagi Ardo. Tapi itu sebuah pesan yang selalu mengingatkan Ardo untuk tidak berbuat macam-macam di luar rumah. Karena kepercayaan yang diberikan oleh pasangan kita harus kita jaga dan pertahankan untuk saling setia dan menjaga keharmonisan rumah tangga.

"Siap Bos, selalu diingat dan dilaksanakan," jawab cepat Ardo. "Terimakasih, Bos. Saya pamit mau naruh tas dulu," Ardo berpamitan sembari membungkukkan badannya. "Selamat petang menjelang malam," ucapnya. Kemudian, dia melangkah. Namun, baru satu ayunan kakinya. Suara sang Nyonya besar menahan langkahnya. Lili memanggil Ardo.

'Mak..! Bantu Ardo, Mak. Dari amukan Bos Giordan!' batin Ardo menjerit menangis teraniaya.

"Ada masalah dengan Ardo, sayang?" tanya Giordan melingkarkan tangan kokohnya di pinggang Lili.

"Tidak," jawab Lili lembut. Kemudian melambai pada sang assisten suaminya, meminta Ardo untuk mendekat.

"Do.. Jangan macam-macam kamu! Walaupun usia tak lagi muda, tanganku ini masih bisa penggal kepala kamu!" gertak Giordan dengan menahan ketawanya.

Ragu..

Iya, Ardo ragu dan sangat ragu untuk melangkah mendekat ke arah Nyonya besarnya. Bukannya takut, tapi Ardo sudah hafal betul, jika sang Bos sudah mengeluarkan ultimatum seperti itu. Tandanya sang Bos tidak akan main-main untuk meluapkan kemarahannya. Tapi jika dia tidak menuruti perintah Nyonya besarnya, dia takut nanti Lili akan kecewa. Ardo bingung harus bagaimana? Satunya sang Bos yang memberikan gaji padanya. Tapi yang satunya itu berpengaruh juga ucapannya. Ardo menelan ludahnya lagi. Diam di tempat, itu pilihan yang tepat sambil meminta bantuan pada emaknya. 'Mak beneran ini, Mak. Tolong anakmu ini, Mak! Bisa hilang kepala Ardo, Mak,' suara batin Ardo semakin resah gelisah.

Lili mendongak ke arah Giordan, sang Arjunanya yang selalu mengisi hari-harinya penuh cinta. Kemudian menggeleng disertai senyum tipis. Lalu, bibirnya ditempelkan di daun telinga Giordan dengan kedua tangannya menangkup pipi sang suami. "Sayang, kalau tanganmu yang kokoh itu, buat penggal kepala Ardo. Terus siapa yang mengelus punggungku tiap malam sebelum tidur," suara lembut bidadari surga Giordan tidak hanya terdengar di rungu sang Arjunanya saja, melainkan indera pendengaran sang assisten pun ikut ternodai dengan suara manja mendayu milik Lili.

Dan dapat dipastikan dari raut wajah Ardo yang langsung berubah ekspresinya menjadi merah merona akibat mendengar kebucinan sang Tuan dan Nyonya besarnya itu.

'Alamak.. Lia mana Lia!' batin Ardo menjerit meringis untuk sekian kalinya, akibat ulah sang Nyonya besar yang selalu membuat iri dengan segera menyamai kebucinan mereka berdua.

Giordan menyunggingkan senyum manisnya di kedua sudut bibir s3xy nya. Kemudian menempelkan kedua tangannya di atas jemari lentik milik Lili yang masih menempel di kedua pipinya.

"Tangan aku tidak akan pernah terkotori oleh hal-hal sepele itu, My Angel. Tangan kokoh ini tetap terjaga hanya untuk membelai bidadari Surga ku," wajah Giordan semakin mendekat di wajah Lili. Lalu.

Cupp!

Suara kecupan mesra yang membuat Ardo spontan menutup mata dan telinga.

"Bos, mohon ijin pulang cepat," pekik Ardo dengan posisi tetap menutup mata dan telinga.

"Hahaha.." Beni tertawa kencang di ujung pintu, melihat tingkah absurd sang assisten andalan Bos Giordan.

Mendengar suara kekehan Beni. Seketika pandangan Giordan dan Lili terfokus pada sang assisten yang berdiri dengan kedua tangan melingkar menutupi mata dan telinganya. Alhasil, keduanya ikutan tertawa terbahak melihat tingkah lucu Ardo.

"Astaga, Kak Ardo. Ngapain itu!" pekik Lili di sela-sela tertawanya.

Ardo menurunkan tangannya perlahan. Mengintip di sela-sela jarinya.

"Masih punya telinga kan kamu, Do?" suara bariton Giordan semakin membuat Ardo ingin pingsan saja, di tempat. Kenapa sang Bos mendadak berubah menjadi singa jantan yang siap menerkam mangsanya.

Akhirnya Ardo melangkah maju perlahan dan rasa gelisahnya belum hilang total. Dia memilih berdiri di samping sang Bos Giordan.

"Gimana Kak Ardo, yang kemarin Lili bilang? Apa Bumi mau pulang ke mansion ini lagi?" tanya Lili pada Ardo tetap dengan panggilannya Kak Ardo untuk menghormati sang assisten. Walaupun Ardo menjabat asisten pribadi suaminya, tapi usia Lili lebih muda dari sang assisten andalan Giordan Adhitama.

Ardo mengangguk dengan pasti, "Siap Nyonya besar," jawabnya singkat. "Tapi saya masih butuh waktu lagi untuk menyakinkan Tuan Muda Sagara Bumi Samudera," jawab Ardo lagi dengan lugas. Kemudian menundukkan kepalanya.

"Kemarin kata Kak Ardo. Bumi sudah ada cewek baru?" Lili langsung skak mati Ardo.

Giordan menatap Ardo dengan tatapan menghunus tajam siap membidikkan anak panah ke jantung Ardo.

"Ehh, bukan begitu maksud saya kemarin, Nyonya besar," pembelaan Ardo meluncur seketika dari bibirnya.

"Ardo!" bentak Giordan dengan tatapan mata yang mengkilat bagaikan petir siap menyambar.

Lili tersenyum dan menatap sang suami, "Sstt, jangan cepat marah begitu. Tak baik buat kesehatan jantung," ujar Lili dengan menempelkan jari di bibir Giordan.

"Aaakh, My Angel.." bibir Lili yang selalu menjadi candu bagi Giordan langsung mendarat di bibirnya, memberikan kecupan singkat agar tidak memprotes. "Kau selalu menjadi canduku," ucap Giordan dengan gemas. Tanpa membuang waktu, Giordan langsung mengigit bibir Lili dengan gemas.

'Nasib anakmu, Mak! Selalu disuguhi wafer berlapis-lapis setiap hari,' Ardo menepuk jidatnya hingga berbunyi PLOOK!

"Iri bilang, Do," pekik Ardo, menyadarkan Giordan dan Lili. Bahwa masih ada manusia yang bernama Ardo di samping mereka. Bukan demit yang terlempar dari Neraka.

Giordan memicingkan matanya ke arah Ardo. "Harus sabar, nggak dengar apa yang dikatakan bidadariku, tadi! IRI juga tak baik buat kesehatan jantung, Do!" ujar Giordan semakin merapatkan pelukannya di pinggang Lili.

"Yang merusak kesehatan jantung saya, ya anda berdua Tuan dan Nyonya besar!" jawab Ardo penuh dengan kejujuran hatinya.

"PROTES! DIPECAT ATAU DI---"

"ALAMAK, MAMPUS ANAKMU INI, MAK! ANCAMAN SUDAH MELUNCUR!" sahut Ardo dengan kencang.

💖💖💖💖

Terpopuler

Comments

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🤣🤣🤣🤣🤣🤣Arso setia menonton adegan live ya🤣🤣🤣

2023-05-18

5

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

Ardo sok maju jangan buat lili menunggu🤣🤣

2023-05-18

5

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

bagus gio kamu memang👍👍👍

2023-05-18

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!