Aroma Tembakau

Happy reading...

Kondisi Simon saat ini dibilang tak baik-baik saja. Semenjak kedatangan Bram di rumahnya dan membeberkan kesalahan putra kebanggaannya itu, ia memijat kepala yang teramat pening.

"Pa.."

Pria paruh baya yang masih terlihat gagah di usia itu berdiri di depan jendela seketika berbalik. Tatapannya langsung tertuju pada wanita yang bertahun-tahun telah menemani hidupnya.

"Dimana putramu yang bodoh itu?" kata Simon di keheningan yang mendekap seisi ruangan, "Daniel harus bisa menemukan Maidina dalam keadaan hidup, Ma! Bisa hancur semua rencana yang sudah tertata rapi bertahun-tahun."

Sang istri mengayunkan langkahnya mendekat ke arah Simon, hingga tak berjarak di keduanya. "Sabar, Pa! Ingat penyakit jantung Papa bisa menyerang tiba-tiba," Mama Maria berkata lembut sembari mengusap dada sang suami.

"Nanti Mama yang berbicara dengan Daniel, jika kondisi sudah mereda. Sekarang Papa makan malam dulu, sejak tadi siang perutnya belum keisi apa-apa," Mama Maria berusaha membujuk Papa Simon dengan segala kelembutannya.

Simon menoleh sekilas ke arah meja yang telah siap makanan satu nampan berisi satu mangkuk sup panas, nasi putih, satu mangkuk kecil potongan buah dan segelas air putih yang dibawakan oleh istrinya.

Aroma sup itu menguar ke sekeliling ruangan hingga mendarat di indera penciuman Papa Simon. Seketika para penghuni perut kosong itu mulai menabuhkan alarm pendemonya.

Papa Simon mengukir senyum tipis. "Istriku selalu mengerti keadaan suaminya."

Papa Simon melingkarkan tangannya ke pinggang Mama Maria berjalan ke arah sofa.

Sekeras apa pun hati Papa Simon dan seemosinya sang kepala rumah tangga. Obat penjinaknya hanya satu ada pada kelembutan sang istri. Mama Maria selalu menjadi pereda kemarahan Papa Simon.

Keysa membanting benda pipih yang sedari tadi dalam pegangannya ke atas ranjang. Ia benar-benar kesal bukan main hari ini.

Kesal banget! Bagaimana tidak kesal, jika laki-laki yang sangat ia cintai telah mengacuhkannya selama beberapa hari. Padahal dia telah berkorban memberikan mahkota kebanggaannya pada Daniel. Dalam kemarahan Keysa, mengepalkan kedua tangan bercampur dengan gertakkan giginya yang tersusun rapi.

Keysa beranjak dari pembaringan, lalu mengambil sebatang rokok dari bungkusnya. Di saat kalut seperti itu, kebiasaan Keysa yang orang lain tidak tahu adalah menikmati kepulan asap rokok yang selalu memberikan kedamaian baginya.

Di luar sana, Keysa bak wanita sempurna tanpa cela. Namun, di dalamnya, hanya sebuah kebobrokan yang terpampang indah!

Ia berdiri di balkon kamar, memantik benda kecil beraroma tembakau yang kuat dijepit di sela-sela jarinya dan menghisapnya dalam-dalam. Keysa berharap dengan begitu masalahnya akan menghilang sendirinya dan sedikit meringankan beban di pundaknya.

"Kau selalu setia menemaniku di setiap waktu!" puji Keysa pada benda yang berwarna putih sedang ia hisap tersebut.

Hembusan angin malam yang dingin pun tak dihiraukan oleh Keysa. Ia benar-benar menikmati benda beraroma tembakau tersebut.

Di saat lamunan Keysa mulai on dan bertepatan juga dengan layar ponselnya menyala menampilkan sosok wanita yang berpose ala ABG dengan kacamata yang nangkring di hidung tak seberapa menjulang tinggi. Sungguh mengganggu ketenangan Keysa malam itu.

Dengan malas Keysa melirik sekilas, ia sudah tahu siapa penelpon yang menghubunginya.

Mona.

Siapa lagi kalau bukan Ibu kandung Keysa!

Keysa mengangkat tangan tak bertenaga, lantas menggeser tombol hijau dan menyalakan mode loud speaker karena malas menempelkan di daun telinganya. "Mau apa sih, Mama? Mengganggu aja!" gerutunya.

"Iya, Ma. Ada apa?" Keysa bersuara malas. Selalu saja rasa yang tak nyaman itu muncul ketika harus bercakap dengan ibu kandungnya.

"Sambungkan ke video call, Keysa! Mama ingin tahu kamu ada di mana sekarang!" suara Mona sangat menusuk indera pendengaran Keysa.

Berkali-kali Mona mengubah panggilannya ke video call tapi Keysa tak menggubrisnya.

"Langsung bicara aja, Ma. Keysa pasti mendengarkannya! Buat apa mengubah menjadi video call, tetap saja kehadiran Keysa tak pernah diharapkan Mama!" Keysa menjawab suara Mamanya dengan rasa kecewa.

"Kamu pasti merokokkan! Anak nggak guna!" bentak Mona.

"Aku juga nggak ingin dilahirkan dari rahim Mama! PUAS!" Keysa langsung mematikan panggilan tersebut.

Tuut Tuut Tuut

MENYEBALKAN!

"Kalau aku anak nggak guna! Terus dia, Mama apa buat hidupku! Bisanya hanya menyalakan anak, tapi tidak pernah mengoreksi diri sendiri! Mama adalah cerminan anak!" kesal Keysa mematikan benda kecil yang telah memberikan dirinya kenikmatan sesaat itu.

Panggilan telepon benar-benar dimatikan secara sepihak oleh Keysa.

"Buat mood tambah ancur aja si Mona! Resek.. Resek banget!" keluh Keysa membanting kembali ponselnya ke ranjang miliknya. Lalu membaringkan tubuhnya.

Baru saja memejamkan matanya. Ponsel yang dilemparkan sembarangan tadi, kembali mengeluarkan suara yang mengganggu runggunya.

"Berisik!" Keysa memaki ponsel yang tak bersalah.

"Teriak aja terus sepuasnya! Malas angkat kamu! Ujung-ujungnya ngomel berkepanjangan kayak kereta odong-odong!" kesal Keysa yang mengira si Mona, Mamanya yang menghubunginya lagi.

Dengan mulut yang terus mengomel, Keysa tetap meraih ponselnya. Wajahnya drastis berubah menjadi begitu bahagia.

"Honey!" pekik Keysa begitu mengetahui wajah siapa yang nampang di layar ponselnya.

"Kamu belum tidur, sayang?" tanya Daniel singkat sambil menahan perih dan ngilu di wajahnya.

Keysa meneliti kembali wajah sang kekasih.

"Kenapa dengan wajahmu, honey?" Keysa penasaran dengan wajah Daniel yang lebam-lebam dan bengkak. "Pasti sakit rasanya," Keysa merasakan ngilu melihat wajah Daniel.

"Berhati-hatilah dengan Bram, sayang!" kata Daniel mengingat Keysa.

"Bram?" tanya Keysa dengan mata membulat.

"Iya, semua ini kelakuan Bram yang mengamuk di rumah tadi siang. Dia juga memberikan rekaman itu pada Papa," Daniel menjelaskan kronologi kemarahan Bram yang membabi buta di rumahnya.

"Rekaman apa, honey?" Keysa masih bingung dengan ucapan Daniel barusan.

"Maidina merekam adegan yang kita lakukan kapan lalu itu, dan tersimpan di ponselnya," kata Daniel lagi sembari menyugar rambutnya ke belakang.

"Apa? Maidina melakukan itu?" pekik Keysa tak percaya dengan semua yang diucapkan Daniel. "Impossible!"

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, sayang," Daniel menatap lekat mata Keysa dari layar ponselnya. "Apa kamu menyesal telah melakukannya dengan aku?"

"Nggak! Aku bahagia sekali honey telah memberikan padamu. Cintaku tulus untukmu," suara Keysa bergetar. Padahal di hati kecilnya juga terselip kata aku juga menginginkan hartamu Daniel bukan hanya tubuhmu.

Daniel yang tertipu dengan wajah sendu Keysa, merasa sangat bersalah telah melakukan itu semua. Tapi nasi telah menjadi bubur, Daniel hanya bisa memberikan topingnya saja, agar tetap nikmat menikmati bubur tersebut.

"Daniel!" suara Maria melengking di depan pintu kamar Daniel.

"Dasar kamu itu memang anak bodoh!" pekiknya.

💖💖💖💖

Terpopuler

Comments

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

lah dalah Keysa menginginkan harta Daniel sedangkan play Simon ingin harta nya maidina

2023-05-13

0

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

mana mungkin masalah nya hilang sendiri kalo gak di selesaikan

2023-05-13

0

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ᙏᴼᙏ'ˢᎯ📴

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ᙏᴼᙏ'ˢᎯ📴

hadeuh dasar kesya ternyata kamu wanita matre ya...iisshhh

2023-05-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!