Ngenes

Happy reading..

Ardo sudah hafal betul dengan kebiasaan Tuannya. Giordan tidak akan membuang waktunya begitu saja. Walaupun posisinya sekarang berada dalam mobil menuju kediamannya, dia masih sibuk dengan komputer lipatnya. Pandangannya fokus pada layar di hadapannya, untuk memeriksa beberapa email yang baru saja ia Terima. Karena sebisa mungkin bila berada di rumah, Giordan hanya ingin menikmati waktunya berdua bersama sang istri tercinta.

Di bangku depan ada Ardo dan Beni. Ardo tampak duduk di samping kursi kemudi, sedangkan Beni duduk di belakang setir bundar. Mereka berdua adalah orang-orang kepercayaan Giordan Adhitama.

Loyalitas tinggi keduanya bisa selalu diandalkan oleh Giordan.

Deringan telepon yang berasal dari benda pipih yang berada di dalam saku celana kain milik Giordan, mengalihkan pandangan kedua orang yang duduk di jok depan. Ardo hanya melirik sekilas pada Bosnya yang mempunyai sifat dingin itu.

Tanpa mematikan layar laptopnya, Giordan segera mengangkat panggilan masuk di ponselnya. Dari nada dering yang khusus saja, sudah bisa dipastikan jika yang menghubungi Giordan, sekarang ini adalah wanita yang sangat dia cintai.

"Assalamu'alaikum, bidadari penakluk hatiku," sapa Giordan setelah menekan tombol hijau di ponselnya.

"Wa'alaikumussalam, Arjuna pemanah terhebat jiwa dan ragaku," suara lembut wanita kesayangan Giordan dari seberang telepon.

Seketika suasana semakin menjadi hening. Jika Giordan mengeluarkan kata-kata kramat seperti itu. Ardo dan Beni harus mengunci bibirnya rapat-rapat serta menutup telinganya agar tidak terkena virus bucin yang disebarkan oleh sang Tuanya. Walaupun di usia yang tidak muda lagi. Kemesraan Giordan dan Lili bisa membuat iri dan dongkol orang yang berada di sekitarnya. Apalagi melihat secara langsung siaran kebucinannya. Bisa dipastikan nyesek bin ngenes.

Setelah beberapa menit Giordan berbincang dengan sang istri tercinta dan mengakhirinya dengan sebuah kecupan mesra, kebiasaan mereka berdua sebelum menutup teleponnya.

Giordan memasukkan kembali ponselnya dalam saku jas yang dipakainya.

"Do," panggil Giordan dari kursi penumpang di belakang.

"Iya, Bos," Ardo langsung menoleh ke arah Giordan yang sedang meng nonaktif laptopnya.

"Kamu bicara apa dengan Lili?" Giordan menatap Ardo yang duduk di jok depan dengan tubuh menyerong ke belakang.

Pandangannya mencekam, dari tatapan mata sang Bos, sudah pasti ada sesuatu yang genting. Ardo sedikit menatap Giordan dengan tanda tanya. Ia bingung yang dimaksud sang Bos. Pembicaraan yang mana dengan Lili yang membuat Giordan marah besar.

Otaknya terus berputar, mencari pembicaraan apa waktu itu yang kira-kira menjadi sumber petaka hari ini, hingga sang Bos marah.

Ardo mengerutkan keningnya, hampir beberapa detik, tidak kunjung menemukan penyebabnya itu. Dan dia menyadari arti tatapan mata Giordan. Tapi Ardo yakin tidak berbuat kesalahan yang fatal pada sang Bos, karena ia merasa telah menjadi asisten yang sangat manis, bisa dipercaya dan juga diandalkan. Lalu, kenapa pandangan Bos nya berubah menjadi seperti itu, setelah pembicaraannya dengan Nyonya besarnya.

"Untuk apa kau memberitahu Sagara memiliki assisten pribadi seorang gadis cantik?" hardik Giordan dengan tatapan yang menakutkan.

Ardo segera menggeleng, lantas menepuk jidatnya. "Maafkan saya, Bos. Bukan maksud saya lancang dan ceroboh memberitahu informasi itu pada Nyonya Lili," jawab Ardo dengan nada rendah, lalu menundukkan kepala.

"Lalu?" seru Giordan.

"Waktu itu, Nyonya Lili sedikit curhat ke saya, Bos tentang Bos Sagara," Ardo berhenti sejenak.

"Lanjutkan!" titah Giordan.

"Nyonya Lili tidak menyukai hubungan Bos Sagara dengan kekasihnya yang bernama Belinda itu. Nyonya Lili tidak ingin memiliki menantu seorang artis atau lebih spesifiknya tidak menginginkan menantu yang berkecimpung di dunia entertainment. Karena Nyonya Lili punya fobia tinggi tentang hal itu," padat dan jelas informasi dari Ardo untuk sang Bos.

Giordan tersenyum tipis. "Fobia dengan artis," Giordan menahan tawanya.

"Hanya itu?"

"Iya, Bos. Saya juga berani disumpah, jika informasi saya tadi melenceng atau saya kurangi bahkan saya tambahi. Saya senang banget jika bulan depan dapat tambahan bonus dalam rekening saya," ucap Ardo lagi dengan lancar dan jelas.

"Haah?" spontan Giordan menganga plus mendelik ke arah sang asisten sablengnya.

"Kenapa, Bos?" Ardo memicingkan matanya ke arah Giordan. "Masih ditambah lagi dengan satu unit mobil sport, ya Bos?"

"Ardo!" pekiknya.

Beni yang tetap fokus dengan stir bundarnya pun menahan senyumnya mendengar perdebatan dua orang yang berbeda jabatan, namun selalu solid menjadi Bos dan asisten pribadi.

Ketegangan yang terjadi di antara mereka selalu berakhir dengan canda tawa, akibat kekonyolan seorang Ardo sang asisten setianya Bos Giordan Adhitama.

"Sekarang kamu tanggung jawab ke Sagara! Terserah kamu dengan cara apa, agar Sagara mau pulang kembali ke mansion utama! Mamanya sudah ingin sekali melihat Sagara menikah dan memberikan cucu pada kami!" titah Giordan pada Ardo dengan tatapan serius.

"Tetap bonus ada kan, ya Bos?" Ardo masih bernegosiasi dengan Giordan.

"Bonus! Bonus! Bonus saja selalu cepat! Giliran kerja, minta bantuan Beni!" sinis Giordan menahan senyumnya.

"Bener itu, Bos!" sahut Beni membenarkan ucapan sang Bos.

"Husshh, diam kamu, Ben! Mau dapat cipratannya apa tidak, kamu!" Ardo menonjok kepalan tangannya di lengan kiri Beni.

"Cipratannya kurang lancar, asisten Ardo! Mending saya langsung minta ke Bos Giordan saja langsung! Dapatnya gede!" tolak Beni tidak sepaham dengan Ardo.

"Bagus, Ben!"

Ardo terkekeh mendengar ucapan sang Bos dan Beni.

"Ya sudah, Ben. Kali ini kita tidak bisa bekerjasama! Maafkan saya jika nanti saya juga menyikut dan menendang kamu juga, sebelum kamu menggeser posisi saya!" ucap Ardo dengan serius tanpa ada senyuman di bibirnya. Seolah-olah kata-kata yang diucapkan itu beneran.

"Hahaha.. Ada-ada saja kelakuan absurd kamu, Ardo! Giordan terkekeh geli mendengar ocehan sang assisten kepercayaannya itu.

"Minta dibriefing dulu, seperti si Ardo ini!" tambah Giordan.

-

-

-

Mobil yang dikemudikan Beni telah sampai di mansion utama Keluarga Giordan Adhitama.

"Bos," suara Ardo rendah. Giordan menoleh ke arah Ardo yang berdiri di sampingnya setelah menutup kembali pintu mobil. "Bos percaya dengan saya kan?" ucap Ardo. "Nyonya Lili hanya curhat sebatas itu tidak lebih," lanjutnya.

"Bisa dipercaya," ucap Giordan. Kemudian dia beranjak masuk ke dalam mansion.

"Bos, jangan marah pada Nyonya Lili," tanyanya dengan cemas. Ardo khawatir jika Bos Giordan akan marah besar pada Nyonya Lili setelah dia membocorkan apa yang harus dirahasiakan tentang curhatan hati seorang Lili mengenai putra semata wayangnya itu.

"Aku tidak akan marah pada--" belum selesai Giordan bicara, Ardo langsung menyambarnya. "Terimakasih, Bos. Terimakasih. Memang Bos Giordan ini, sudah tampan baik hati, pemaaf juga orangnya. Tidak sombong juga berbudi luhur," Ardo sudah nyerocos duluan bak kereta odong-odong Mang irul.

"Pada istriku, aku tidak bakalan marah. Tapi pada kamu, iya!" hardik Giordan. Dan melangkah menuju kamar pribadinya.

"Alamak... Mampus aku! Ciloko ini!" Ardo menepuk jidatnya berkali-kali.

💖💖💖💖

Terpopuler

Comments

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

sudah tua pun ucapan romantis dan menggombal gak ilang ya🤭

2023-05-18

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

mampir lagi 👍

2023-05-09

1

🔵🍭ͪ ͩ𝐒𝓊𝓈𝓌𝒶𝓉𝒾 ՇɧeeՐՏ🍻

🔵🍭ͪ ͩ𝐒𝓊𝓈𝓌𝒶𝓉𝒾 ՇɧeeՐՏ🍻

ka wawa .... episode selanjutnya masih tentang di mansion gio ya😁😁😁

ingin melihat ehhhh.. ingin membaca kebucinann gio ke lily 😅😅😅

2023-05-09

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!