Cerita Apa

Seorang wanita paruh baya tidak bisa tidur semalaman, hatinya cemas menunggu sang putri yang tak kunjung pulang ke rumah.

Kini wanita itu menatap nanar ke arah jalanan depan rumahnya. Mondar-mandir, keluar masuk rumahnya sambil mencoba menghubungi nomor sang putri. Namun dari semalam nomor yang dituju di luar jangkauan. Hati Ibu mana yang tak khawatir, jika anak gadisnya tidak pulang ke rumah dari semalaman tanpa memberikan kabar.

Beberapa jam lalu.

Wanita paruh baya itu sudah mengingatkan putrinya agar tidak keluar malam ini. Seolah sang Mama memiliki firasat buruk pada putrinya.

"Mau kemana kamu, Maidina? Di luar lagi mendung, cuaca hari ini juga sedang tak bersahabat, Nak," Sang Mama memberikan pertanyaan sekaligus mengingatkan pada putrinya yang berpamitan hendak pergi.

Mama Maidina menatap sendu wajah sang putri kesayangannya yang dibalas dengan tatapan lembut oleh Maidina.

"Maidina keluar sebentar, Ma. Nggak sampai jam 10 malam, boleh ya?" ujar Maidina bergelayut manja di lengan sang Mama.

Jurus andalan Maidina selalu dikeluarkan, jika Mamanya susah memberikan ijin padanya. Dengan sedikit rengekan dan bermanja-manja pada sang Mama, pasti akan luluh juga hatinya. Tapi kali ini ada semburat kekhawatiran di wajah wanita paruh baya yang masih terlihat muda di usia senjanya.

"Ma," suara lembut Maidina membuyarkan lamunan Mamanya barang sejenak. "Mama lagi mikirin apa?" Maidina melihat gerak gerik yang mencurigakan pada Mamanya.

"Ehh, nggak ada apa-apa, Sayang," Mama Maidina segera menepis hal-hal yang buruk dalam benaknya. Dia harus ber-positif thinking, membuang sejuta sangkaan buruk yang sempat mampir dalam pikirannya.

"Maidina ingin menghirup udara segar dulu, Ma. Menikmati kesendirian sebelum merubah status menjadi istri seorang Daniel," Maidina agak malas menyebutkan nama Daniel di belakang kalimatnya.

"Udara segar kok malam hari, Maidina!" Mama Maidina mengetok dahi putrinya, pelan.

"Kalau pagi hari itu jogging namanya, Mama.."

"Kan benar, Mama. Kalau pagi itu baru udara segar. Nah, ini. Malam hari dikatakan mencari udara segar," cibir Mama Maidina.

"Istilahnya begitu, Mama cantik juga penyabar," Maidina mm memeluk tubuh Mamanya dari belakang. "Ma, punya suami kayak Papa, enak nggak, ya?" Maidina bertanya pada Mamanya seraya menaruh dagunya di pundak Mama sambil melingkarkan kedua tangannya ke perut Mamanya yang masih saja langsing walaupun telah memiliki dua buah hati.

Mama Maidina mengerutkan dahinya, mendengar pertanyaan dari sang putri.

"Mama.. Jawab begitu saja, pakai acara mikir dulu. Atau jangan-jangan Mama terpaksa ya nikah sama Papa," goda Maidina yang disambut senyuman di sudut bibir wanita paruh baya itu.

"Nggak ada yang terpaksa, Sayang. Mama dan Papa menikah atas dasar saling mencintai dan niat beribadah kepada Alloh Subhanallahu wa'taalla."

"Pasti Mama bahagia, Papa sangat mencintai Mama. Begitu juga Mama," ada suara yang bergetar dalam pengucapan kalimat itu keluar dari bibir ranum Maidina.

"Mama sangat bahagia hidup berumah tangga bersama Papa, apalagi mendapatkan buah hati yang cantik dan tampan. Sudah pintar, penurut juga pada kedua orang tua," balas Mama Maidina dengan membalikkan tubuhnya berhadapan dengan sang putri.

"Alhamdulillah," Maidina membalas cepat.

"Cerita sama Mama," Mama Maidina menangkup kedua pipi mulus Maidina.

"Cerita apa?"

"Cerita apa saja, Mama siap mendengarkan curhatan seorang Maidina Aurora," candanya untuk menghibur hati putri kecilnya yang sekarang telah tumbuh dewasa, bahkan hendak dipersunting oleh Imam Surganya.

"Hmm.." Maidina seolah berpikir mau bercerita apa pada sang Mama sambil mengetuk-ngetuk pelipisnya. "Ohh, cerita horor, apa drakor, enaknya ya, Ma?"

Dugh..

Mama Maidina memukul pelan dahi Maidina. "Jangan kabur dari pertanyaan! Kebiasaan kalau sedang kena sergap!"

"Kan itu semua favorit, Maidina. Karena Maidina kurang suka nonton drama orang yang kena azab akibat berselingkuh," jawab jujur Maidina.

Mama Maidina terkekeh melihat ekspresi wajah Maidina ketika menyebut azab akibat berselingkuh. "Emang siapa yang berselingkuh, Sayang?"

"Auh ah gelap, mati lampu," kekehnya menutupi rasa yang bergemuruh di hatinya. Sekelebat adegan menjijikkan itu terlintas di pikiran Maidina.

"Ahh, sudahlah Ma, jangan bahas tentang perselingkuhan, tak baik buat kesehatan mata dan jantung," kata Maidina mencium punggung tangan Mamanya untuk berpamitan. "Emm.. Bau bawang tangan Mama," ledek Maidina sambil mengayunkan langkahnya.

"Dasar si kancil! Selalu berhasil kabur, kalau sedang diintrogasi," teriak Mama Maidina yang ditinggal sendirian oleh Maidina.

"Bye, Ma. Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh," Maidina memberikan salamnya sebelum keluar dari Istana Surga yang dibangun oleh Papa dan Mamanya.

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh, hati-hati, Sayang. Pulangnya jangan malam-malam."

"Oke ashiap, Mama. Maidina tak pulang malam, sekalian aja menghilang ditelan sang malam," kekehnya.

"Hush, tak baik anak gadis malam-malam berucap seperti itu," sahut Mama dari dalam rumah, tapi sayangnya Maidina sudah tidak terlihat bayangan tubuhnya. Menghilang bersama mobil yang dikendarainya.

Brumm..

Terdengar suara mesin mobil yang memasuki halaman.

"Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh," ucap pria paruh baya yang tidak mendapatkan balasan dari wanita paruh baya yang sejak tadi menunggu kedatangannya.

Hingga pria itu duduk di sampingnya, Mama Maidina belum menyadarinya, kalau sang suami sudah datang.

"Mama lagi ngelamunin apa?" ucap Papa Maidina dengan menyentuh lembut lengan sang istri.

"Astaghfirullahalazdim, Papa sudah pulang? Kapan datangnya, Pa?" Mama Maidina tidak menjawab pertanyaan Papa, tapi malah berbalik tanya.

"Mama ini gimana, ditanya malah balik bertanya. Jangan sampai jadi kamu nanya, kamu bertanya-tanya," candanya.

"Ihh, Papa sudah ketularan virus anya-anya," balas Mama Maidina. "Oh, ya Pa. Gimana ada kabar tentang Maidina?" tanya Mama Maidina dengan mata yang sudah berembun.

"Belum ada, Ma," jawab Papa, lirih.

"Ya, Alloh. Ada di mana putriku saat ini?" tangis Mama akhirnya pecah juga. Embun yang sudah mengumpul di sudut matanya, kini turun dengan deras tanpa ada yang mengomando.

"Sabar, Ma," Papa mengusap lembut punggung Mama. "Berusaha memberikan support yang terbaik, agar sang istri tidak terlalu down dengan kejadian ini."

"Kita harus segera lapor ke kantor polisi, Pa," Mama menarik tangan Papa untuk segera berangkat ke kantor polisi.

"Sabar, Ma. Kejadian menghilangnya Maidina belum ada 2 x 24 jam, Ma. Kita belum bisa melaporkan tentang kehilangan Maidina," Papa berusaha memberikan penjelasan pada Mama.

"Kelamaan Papa, harus menunggu dua hari. Mama tak sanggup, Pa. Mama belum siap kehilangan putri satu-satunya, Mama," isakan tangis Mama Maidina semakin menjadi.

"Mama jangan berpikir yang buruk-buruk dulu. Kita berdoa saja kepada Alloh Subhanallahu wa'taalla. Dan tetap berusaha juga untuk mencari keberadaan Maidina," ujar Papa.

"Ya Alloh, di mana putriku? Jangan ambil putriku dulu, Ya Alloh."

"Sabar, Ma. Kita terus berikhtiar agar Maidina cepat pulang dalam keadaan baik-baik saja."

"Aamiin Ya Alloh."

Terpopuler

Comments

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

putrimu bersama orang yang tepat ma aman ko🤭

2023-05-06

1

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

ceritakan saja maidina pada mama mu mungkin bisa membantu meringankan

2023-05-06

1

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

pasti lah khawatir banget lah seorang ibu jika anaknya gak pulang pulang apalagi ini semaleman

2023-05-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!