Happy reading..
Tanpa basa-basi untuk sekedar menyapa, tamu tak diundang itu langsung menerobos masuk ke dalam rumah Keluarga Besar Daniel menuju ruang tengah dimana seorang pria tengah duduk santai di atas sofa seraya memainkan ponselnya.
Emosi pria yang memiliki tubuh tegap itu benar-benar sudah tak mampu dibendung lagi. Pengkhianatan Daniel muncul kembali di otaknya, sekarang ini. Ia ikut merasakan sakit hati yang begitu dalam yang dialami Maidina Aurora, adik satu-satunya yang sangat dia sayangi.
"Daniel!"
Bugghh!
Emosi yang sedari tadi sudah berada di puncak kepala, akhir nya meledak juga. Lava panas yang mengalir di sekujur tubuhnya menyembur tanpa bisa dibendung lagi.
Saat kedua netra nya bertatapan langsung dengan laki-laki yang mengkhianati cinta sang adik tersayangnya. Tiba-tiba rekaman adegan mesra Daniel bersama Keysa yang berhasil disimpan di ponsel Maidina berputar kembali di otaknya.
Darahnya mendidih seketika dan emosi yang sejak tadi dia jaga dari keberangkatan nya hingga berada di kediaman keluarga besar Daniel mendadak bergejolak hingga ke puncak kepala.
"Sialan! Apa maksud kamu, datang ke rumah orang tidak sopan!" hardik Daniel dengan kedua tangan mengepal kencang dan siap menghantam Bramantyo, kakak laki-laki Maidina Aurora.
Bram mendongakkan wajah angkuh menantang Daniel. Dia sudah geram melihat muka pria yang ada di depannya. Dia sangat yakin dengan apa yang dilihatnya dalam ponsel Maidina yang ditemukan oleh petugas kepolisian kapan hari.
Bram terbang jauh-jauh dari Negara tempat menuntut ilmu datang ke Indonesia hanya demi seorang Maidina Aurora yang dikabarkan oleh kedua orang tuanya telah menghilang beberapa hari yang lalu.
"Bang s4t, kamu! Aku tidak ada urusan dengan kamu!" Daniel hendak menyerang Bram dengan kepalan tangan yang sudah terangkat dan siap menyarangkannya ke wajah lawannya.
Namun, dengan sigap Bram menangkap kepalan tangan yang menegang itu dan menepisnya kencang. Lantas menghantam wajah Daniel dengan tinjunya hingga tubuh Daniel terhuyung beberapa meter ke belakang dan terjerembab ke atas sofa.
"Urusan Maidina, kini menjadi urusan juga! Dan kamu harus bertanggung jawab atas hilangnya Maidina!" hardik Bram dengan tatapannya yang tajam siap membunuh Daniel.
Sambil memegangi wajahnya terasa ngilu dan nyeri, Daniel meraba sudut bibirnya yang mengeluarkan setitik darah.
Dua pria yang terlibat adu jotos dengan saling menatap penuh amarah. Daniel bangkit dari sofa, lalu bergantian menyerang Bram. Kepalan tangan Daniel siap meluncur ke wajah Bram yang berdiri tak jauh dari posisinya sekarang.
Sama halnya dengan Bram, rahangnya mengetat seiring dengan deru napas yang memburu. Has r4t membunuh lawannya sudah di ujung tangan ingin segera dipuaskan. Terlebih lagi mangsa yang diburunya berdiri tepat di hadapannya. Cukup dengan tangan kosong untuk membunuh baj1ngan seperti Daniel, tak perlu alat lainnya. Dia ingin melihat pria yang menyakiti Maidina terkapar, lalu kematian lah yang akan menjemputnya.
Dadanya sudah bergemuruh, seperti ombak di lautan yang siap menghantam karang.
Daniel mulai menyerang Bram, namun lagi-lagi Bram mampu menahan serangan Daniel yang tiba-tiba dengan menangkis pergelangan tangan Daniel ketika kepalan tangannya nyaris mendarat sukses di wajah tampan Bram. Secepat kilat Bram memelintir lengan Daniel kuat-kuat, hingga tubuh Daniel terbawa arah tangan Bram yang memelintir tangannya.
Dengan mengerang kesakitan di bibirnya, tapi tidak dengan kakinya. Daniel berusaha menendang tubuh Bram. Namun, nasib baik tidak berpihak pada nya. Tendangannya hanya melayang kosong tanpa mengenai tubuh Bram barang secuil.
Mendapat serangan dari Daniel. Jiwa Bram semakin meronta ingin segera menyelesaikan tugasnya. Bram membanting tubuh Daniel ke lantai lantas menghujamkan tapak sepatunya ke leher pria brengsek yang telah menyakiti Maidina. Menekankan sekuat tenaga, menggilas kerongkongan Daniel hingga dia lemas karena kehabisan oksigen dan terkapar.
Dari arah depan pria separuh baya berlari kencang dan mendaratkan tendangannya, berusaha menyerang Bram. Pria itu berlari, menerjang tubuh Bram yang masih berusaha meremukkan kerongkongan Daniel di bawah sol sepatutnya.
Bram mengangkat pandangan, menatap tajam pada pria yang telah diliputi emosi. "Lepaskan putraku!" pekik Simon, Ayah kandung Daniel.
Rahang Bram mengeras. "Tuan Simon," desisnya dikala mereka saling bertatap muka.
"Kau bisa membunuh Daniel!" bentak Simon.
"Karena dia pantas mati!" suara Bram menggema di ruangan.
Sementara wanita separuh baya berlari tergopoh-gopoh mendekat ke arah Daniel.
Ada beberapa pasang mata yang menyaksikan pertandingan tinju antara Daniel dan Bram. Ada yang ingin bersorak kegirangan berlonjak gemas memberikan dukungan pada Bram, karena tidak suka dengan sikap Daniel yang sombong dan semena-mena pada pekerja di rumahnya.
Hajar terus! Biar sekarat langsung kirim ke akhirat!
Patahin tulang ekornya! Biar nggak bisa jalan sekalian!
pekikan itu semua hanya bisa dilontarkan dalam batin orang yang berkerja di rumah Keluarga Daniel.
"Jika Maidina ditemukan sudah tidak bernyawa! Maka nyawa Daniel sebagai gantinya! Dia harus membayar atas kesalahan yang dia perbuat pada Maidina!" Bram mengeram menahan emosinya kembali.
"Apa maksud ucapan kamu, Bram!" hardik Simon dengan mata menatap tajam ke arah Bram.
"Didik Putramu dengan benar dan bertanggung jawab!" ucap Bram lagi. "Jangan hanya bisa memanjakannya saja!"
"Bram!" pekik Simon penuh penekanan.
"Lihat kelakuan Putramu!" Bram melemparkan sesuatu ke muka Simon dan melangkah pergi tanpa berpamitan pada sang empunya.
Setelah kepergian Bram dari rumahnya. Simon segera memutar benda itu di komputer lipatnya di dalam ruang kerjanya. Dia tidak ingin orang lain melihat apa isi di dalamnya.
Dengan wajah yang berubah merah padam dan siap meledak saat itu juga.
"DANIEL!!" teriak Simon menggelegar di dalam ruangan kerjanya yang semula sunyi sepi.
PLAKK.. PLAKK..
BUGH.. BUGH..
"Kamu pantas mati! Memalukan! Dimana otak kamu, Daniel!" Simon sudah tidak bisa membendung amarahnya.
"BODOH! Tidak pendidikan sekali tongkatmu, Daniel!" Simon akan melayangkan bogem mentahnya kembali pada Putra kesayangannya, namun tangannya terhalang oleh tubuh wanita yang melahirkan Daniel.
"CUKUP, SIMON!" hardik Mama Daniel.
"Kau juga, sebagai Ibunya. Bodoh!" ucap Simon yang terlihat sangat frustasi.
"Kalian berdua ingin hidup melarat? Miskin! Tidur di kolong jembatan!" oceh Simon tiada henti.
"Maafkan, Daniel. Papa," Daniel mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
"Bodoh! Sangat Bodoh!" geram Simon gara-gara ulah ceroboh Daniel semua harapan yang telah diimpikannya hancur dalam sekejap.
Daniel hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa berani menatap ke arah Papanya
"Maidina Aurora adalah tambang emasku selama ini! Kenapa kamu menghancurkannya, Daniel!" tangan Simon mencengkram kuat dagu Daniel.
"Kamu tahu siapa Maidina Aurora sebenarnya!"
Daniel menggelengkan kepalanya sebagai jawaban ketidak tahunya.
"Dia adalah pewaris tunggal tahta Keluarga Giordan Adhitama!"
"GIORDAN ADHITAMA?" lirih Daniel yang tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Papanya.
💖💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ
nah kan pak Simon aja marah loh apalagi keluarga maidina
2023-05-13
1
🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ
eh aku kira dengan suara nyaring ko di dalam hati ya menjerit nya🤣🤣🤣
2023-05-13
1
🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ
Bram ilmu bela dirinya bagus nih bisa menangkis serangan daniel
2023-05-13
1