Dibasmi

Happy reading..

Bagi Sagara ini sesuatu yang baru melihat Maidina berpenampilan berbeda dari biasanya. Saat ini Maidina benar-benar sangat memukau di hadapan Sagara. Bahkan bukan hanya Sagara saja, melainkan banyak pasang mata yang tak berkedip memandang wajah Maidina dengan penampilannya sekarang ini.

Semua ini tidak pernah terbesit di pikiran Maidina, akan menggantikan posisi model cewek yang menjadi pasangan Sagara di foto shoot kali ini.

Sebuah tepukan sedikit bertenaga di bahu membuat keterpanaan yang sejak tadi menghipnotis otak Sagara. Tanpa disadari Sagara, manager kemayunya itu sudah berdiri di sebelahnya dan tersenyum mengejek.

"Kuda yang mana. Kuda yang mana mau kau tunggangi?" bisik Dahlan tepat di rungu Sagara.

Sagara mengangguk cepat. "Kuda yang cantik, bergaun hitam," sahut Sagara dengan menyugar rambutnya. Padahal sudah tertata rapi sedari tadi.

Sagara mengerjapkan kelopak matanya berkali-kali untuk menutupi rasa kegugupannya karena harus tertangkap bas4h oleh Maidina tengah memandangi dengan rasa kagum yang sangat luar biasa.

"Bos, jadi pemotretannya?" suara lembut Maidina masuk ke indera pendengaran Sagara.

"Ehh, jadilah! Masa nggak jadi! Tapi masih nungguin cewek songong itu nggak nongol-nongol!" Sagara menampakkan kemarahannya akibat keterlambatan pasangan yang menjadi model ceweknya.

Sebagai orang yang hafal dengan keseharian dan kegiatan Sagara. Maidina berusaha menampilkan senyum sumringah di hadapan Bosnya. Untuk menyenangkan hatinya.

"Oh, begitu," jawaban yang enteng keluar dari bibir seorang Maidina.

"Terus?" ucap Sagara masih dengan kebingungannya, kenapa sang asistennya harus berdandan seperti itu.

"Apa?" Maidina balik tanya pada Sagara.

"Kamu ngapain memakai gaun seperti itu? Mau tebar pesona!" hardik Sagara dengan intonasi yang sedikit ditekan.

"Enggak," seru Maidina.

"Lalu?"

"Tanya aja, itu orang!" Maidina menunjuk orang yang sudah membuat keadaannya berubah begitu.

"Bagaimana konsepnya?" sarkas Sagara.

"Tau ah, ribet!" dengkus Maidina.

*****

Drrrtt.. Drrttt.. Drrrtt..

Getaran hebat yang berasal dari dalam balik celananya dibiarkan begitu saja oleh Dahlan. Dia sengaja tidak langsung mengambil benda pipih itu. Dahlan lagi menikmati sensasi geli-geli ngeri yang dihasilkan oleh benda pintarnya. Sedikit bergelinjang Dahlan menggoyangkan kakinya.

Sedangkan Maidina yang berdiri tak jauh dari tempat Dahlan menatap heran. 'Kenapa dengan si om Dahlan?' gumam Maidina. 'Siapa yang lagi menghubunginya, dari tadi tak diangkat sama om Dahlan?'

Padahal ponsel Dahlan sudah mengeluarkan getar dan bunyi beberapa kali. Namun si empunya, malah asik menikmati getaran yang merambah di balik celananya.

"Om Dahlan!" tegur Maidina dengan suara tegas. Untung saja sesi pemotretan sudah selesai beberapa menit yang lalu. Jadi adegan oleng si Dahlan tidak mengganggu konsentrasi para fotographer. Tapi malah membuat eneg Maidina, perutnya terasa mual ingin muntah melihat kelakuan minus si Dahlan.

Bukan karena takut pada Maidina, melainkan Dahlan malas terkena semburan lumpur lapindo dari bibir Sagara. Lantas dia segera menghentikan aksi gilanya itu dengan langsung meraih benda pipih yang sudah bersembunyi dan meronta di balik celananya ingin segera disentuh. Kemudian menjawab panggilan yang sedari tadi meraung-raung.

"Hallo, dengan Dania si cantik dan imut sedunia," suara Dahlan seketika berubah menjadi mendayu gemulai.

"DAHLAN! BICARA YANG BENAR!" terdengar suara tegas dengan intonasi yang penuh penekanan.

"Ehh, ooh.. Om Giordan. Siapa yang ingin dibantai?" Dahlan berkata dengan belepotan dan latah.

"KAMU YANG DIBANTAI! DIBASMI HINGGA AKARNYA!" bentak penelpon dari sebrang.

"Ada apa dengan ekuey, Om? Salah ekuey apa, Om?" Dahlan masih nyerocos dengan khasnya yang gemulai letoy.

"PANGGIL BUMI, SEKARANG!" titah penelpon itu dengan suara baritonnya, hingga terdengar di telinga Maidina. Dan membuat gadis itu sedikit kepo dengan kode dari matanya seolah bertanya siapa yang sedang menghubungi Dahlan.

Wajah ceria Dahlan seketika berubah gelap, seolah hujan petir bercampur guntur datang bersamaan. Horor!

"Haah? Cius, Om? Tak kaleng-kaleng beritanya?" bola mata Dahlan membulat sempurna semakin besar pula rasa penasaran yang menghinggapi hati Maidina, saat ini.

Maidina tetap bergeming di tempatnya. Walaupun rasa keingintahuannya sudah mencapai level tertinggi. Namun melihat Dahlan berdiri dengan gelisah sambil menggamit lengannya dan mulai berjalan mondar-mandir kayak setrika uap, sekali libas langsung licin. Mau tak mau Maidina akhirnya menghampiri Dahlan yang menjadi frustasi setelah menyudahi komunikasinya lewat ponsel pintarnya.

"Om Dahlan, ada apa?" Maidina sudah berdiri di dekat Dahlan.

"Ayam chicken bebek purnama merindu," semua disebut oleh Dahlan yang mempunyai kelataan bak emak-emak di rumah susun. "Kenapa kau buat aku jantungan, cantik?"

"Hahaha.." kekeh Maidina melihat wajah Dahlan yang berubah sok imut gemoy. "Masih utuhkan jantung, Om Dahlan?"

"Dahlan! Dahlan! Dania.. Da.. Nia, you know cantik!" protes Dahlan sambil mengeja namanya tetap Dania.

"Iya.. Iya.. Tante Dahlia, imut gemoy!" goda Maidina sembari mencubit pipi Dahlan gemas.

"Auuhh.. Jangan buat aku semakin melayang, cantik," ucap Dahlia semakin kemayu.

Sejurus kemudian, sosok pria tampan yang ditunggunya sedari tadi, panjang umurnya. Dia mengayunkan langkahnya ke arah dua manusia yang berbeda jenis kelamin itu.

"Aduh, Cinn. Lama bingit dikau nggak kelar-kelar diskusinya!" gerutu Dahlan dengan bibir monyong.

"Emang ada apa?" Sagara bertanya dengan wajah tak bersalahnya.

"Gawat, Cinn. Super duper maha dahsyat gawatnya ini. Perang Dunia akan segera dimulai," jawab Dahlan asal sambil bertingkah semakin tak jelas ujungnya.

Sagara mengernyitkan kening karena sama sekali tak mengerti dengan apa yang ada di pikiran Dahlan, saat ini. "Ada apa sih? Diam dulu kamunya, Dahlan! Jangan mondar-mandir kayak kebo meratakan sawah!" sentak Sagara mual melihat tingkah absurd managernya itu.

"Perang Dunia, Cinn! Perang Dunia! Gaswat ini.. Gaswat!" oceh Dahlan lagi.

Plugghh!

Sagara memasukan tisu bekas mengelap keringatnya ke dalam mulut Dahlan.

"Cinnn, jijay aku!" pekik Dahlan semakin menjadi.

"Mulutmu! Mulutmu!"

Jengkel tidak mendapatkan jawaban yang jelas. Sagara pun menoleh pada gadis cantik yang berdiri di sebelahnya, meminta jawaban yang benar atas kelakuan aneh Dahlan.

Namun, Maidina menggedikkan bahunya cepat, sebagai jawaban yang memang tidak dia ketahui.

"DAHLAN, ADA BERITA APA!" bentak Sagara memandang heran pada Dahlan.

Dahlan mendekat pada Sagara hampir tidak ada jarak. Lalu berkata, Om Giordan mengabarkan bahwa Belinda sedang berada di Hotel Casablanca bersama laki-laki paruh baya!" ujar Dahlan.

Sagara tersenyum tipis mendengar kabar dari sang manager. "Biasa aja!"

"Haah, biasa aja. Katamu! Dodol jenang labu siam nih bocah!" omel Dahlan.

"Emang ada yang aneh?" jawab Sagara hendak meninggalkan Dahlan.

"Hei.. Kamu perlu tahu, Cinn! Belinda sedang ninu ninu di sebuah kamar hotel dengan sugar daddy nya!" sarkas Dahlan.

"Biarkan saja, aku sudah bosan dengan dia!" jawab enteng Sagara.

"Tapi, Ciin. Papa kamu menyuruh kita ke sana!"

"Malas!" sahut Sagara.

"Ya Tuhan.. Mampus aku dibantai Om Giordan, gara-gara kamu, SAGARA BUMI SAMUDERA! Tamat riwayat DANIA!"

Terpopuler

Comments

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

harusnya sagara kesana memergoki nya yang sedang Nina ninu itu

2023-05-14

2

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ

rasain kamu Dahlan 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2023-05-14

2

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ᙏᴼᙏ'ˢᎯ📴

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ᙏᴼᙏ'ˢᎯ📴

malas sama Belinda yang bekas cowok lain dan skrg ada yang lebih ok didepan Sagara

2023-05-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!