Hai Namaku Tiara Putri Mahesa atau Kerab di Panggil Rara, Aku menikah dengan Lelaki yang aku cintai begitu pula sebaliknya. Awal pernikahanku dengannya semua baik baik saja, namun pernikahanku mulai goyah ketika suamiku bekerja di Perusahaan Terbesar di Kota.
Permasalahan yang datang pada Rumah Tanggaku adalah Godaan dari Keluarganya sendiri, Keluarga suamiku seolah olah memanfaatkannya dengan Alasan Bakti Seorang anak pada ibunya dan bakti seorang adik untuk kakaknya.
Suamiku layaknya mesin penghasil uang untuk mereka, seperti saat ini tiba tiba Kakak Iparku datang. Pasti tujuannya hanya satu yaitu Uang.
"Rio, kamu ada uang gk lima ratus ribu buat bayar sekolah keponakanmu" ucap mbak manda kepada mas rio
Dia tanpa malu sembari menatapku, terang terangan meminta uang pada suamiku yg tak lain adalah adik semata wayangnya.
"Ada kok mbak, kebetulan tadi dapat bonus dari atasan karena bulan lalu mencapai target penjualan" ucap mas rio dengan senyum lebarnya dengan memberikan uang lima ratus ribu ke mbak manda tepat dihadapanku.
Ada rasa sesak yang menyelimuti dadaku, betapa tidak, beberapa jam lalu aku meminta uang kepada mas rio untuk membeli kebutuhan rumah. Tapi mas rio menolak memberikan uang dengan alasan katanya tidak ada uang.
"Yasudah kalau gitu yo, mbak pulang dulu langsung kesekolahannya risa ya. Makasih ya yo, kamu selalu menolong mbak saat kesusaha".
Pamit Mbak Manda dengan senyum manisnya yang lebar menandakan dia bahagia karna mendapatkan uang yang diminta. Mas Rio pun mengangguk pelan dengan senyuman.
Sepulang Mbak Manda, aku mendekati Mas Rio.
"Mas tega kamu sama aku!" Ucapku kesal setelah kepergian mbak manda dari rumah kontrakanku.
"Maksud kamu apa sih ra? Emang selama ini kamu aku telantarkan? Apa aku tidak memberimu uang?" Ucapnya sambil membentakku.
"Tadi pagi kamu bilang, gk ada uang karna belum gajian. Tiap kali aku minta uang buat nambah keperluan untuk belanja kamu selalu bilang aku boros dan tak bisa mengelola uang dan tidak tau cara berhemat. Tapi tiap kali mbak manda, dan keluargamu minta uang selalu kamu kasih tanpa banyak alasan!". Ucapku dengan air mata membasahi pipi, entah sejak kapan air mataku turun dengan sendirinya.
"Kamu gk dengar tadi mbak manda minta uang untuk bayar sekolahannya risa!" Bentak mas rio kepadaku.
"Iya sekarang minta uang sekolahan nya risa, tapi kemarin mbak manda minta juga. Sudah minta uang lima ratus ribu untuk beli sepatu dan tas baru juga untuk risa. Tapi tiap aku yg minta uang selalu ada saja alasanmu, aku minta uang juga untuk keperluan rumah ini bukan untuk hal lain mas!". Ucapku melontarkan kata yg selama ini membuat dadaku sesak.
Mas rio menghela nafas berat sambil menatapku dengan lekat.
"Aku sudah bilang dari awal denganmu kan, kalau setengah gajiku akan kuberikan kepada keluargaku!!". Jawab mas rio dengan suara meninggi
"Aku tau mas, kamu ingin mengabdi kepada keluargamu sebagai rasa baktimu. Tapi fikirkan juga aku ini istrimu yang sudah sepantasnya kamu berikan nafkah yang cukup". Ucapku dengan air mata yang membanjiri pipi
"Kamu harus hemat ra, jangan terlalu boros kamu harus pintar mengelola uang dari suami. Toh uangnya juga aku tabung untuk kita beli rumah dan bila ada kebutuhan yg mendesak lainnya".
Selalu begitu alasannya, jika berdebat tentang uang dan tabungan. Mas rio tak pernah memprioritaskan aku sebagai istrinya, namun selalu mengistimewakan keluarganya.
Mbak manda juga sama saja, sama sama menyebalkan. Sengaja memanfaatkan dan memeras adiknya sendiri, aku tidak tahu kenapa kakak iparku semakin hari semakin berubah saja.
Tepatnya ketika mas rio diangkat sebagai manager keuangan di perusahaannya tempat dia bekerja, mbak manda dan juga mertuaku seperti OKB alias Orang Kaya Baru yang mendadak penampilannya berubah menjadi glamour dan memiliki gengsi yang tinggi.
Sejak itulah mertua serta kakak iparku ini mengusik rumah tanggaku dengan mas rio, dengan dalih bahwa mas rio berkewajiban menafkahi keluarganya sendiri. Aku tidak pernah mempermasalahkan ia ketika memberi uang kepada mertuaku, tapi harusnya mas rio juga harus mencukupi kebutuhanku. Padahal suami kakak iparku juga bekerja dan tinggal bersama di rumah mertuaku tapi kenapa mbak manda seolah memeras adiknya sendiri, hingga detik ini.
"Kamu nggak tahu kan, kalau uang yang selama ini mbak manda minta kepadamu dengan dalih untuk keponakanmu itu dia gunakan buat dirinya sendiri untuk foya foya!". Ucapku lagi dengan emosi
Braaakkkkkk.... Suara mas rio menggebrak meja.
"Jangan ngomong sembarangan kamu ra, mbak manda gk mungkin seperti itu. Dia selalu berpenampilan sederhana sama seperti dulu, lihat saja kalau dia kesini selalu berpenampilan biasa".
"Kamu nggak percaya mas, emang kamu pernah lihat sosial medianya?. Coba mas lihat gimana mbak manda di sosial medianya". Ucapku menggebu gebu
"Sudah sudah, kamu jangan menjelek jelekan keluargaku karena aku tau bagaimana keluargaku". Ucapnya lalu pergi beranjak masuk, sebelum masuk kedalam kamar mas rio menghentikan langkahnya sambil menoleh kepadaku.
"Lama kelamaan kalau sikapmu begini terus membuatku bosan kepadamu ra". Ucapnya lalu masuk kedalam kamar.
Kuhembuskan nafas panjang seraya mengucapkan istighfar didalam hati, apa maksud perkataan mas rio terhadapku ini? Bisa bisanya dia bilang bosan, padahal apa yang ku katakan ini benar!. Kupejamkan mata beberapa detik sambil menghirup banyak banyak oksigen lalu membuangnya seraya membuka mataku secara perlahan.
Semakin hari sifat mas rio semakin berbeda, kemana mas rio yang selalu menyayangiku, yang selalu perhatian kepadaku? Entahlah semakin hari aku dan dia semakin merasa menjauh, dia sibuk dengan dunianya sendiri tanpa memikirkan aku ini istrinya.
Akupun juga beranjak masuk kedalam kamar untuk beristirahat, mungkin otak dan perasaanku juga perlu beristirahat.
**Paginya di hari minggu
"Mas.., Mas.." Panggilku, kulihat suamiku sedang asyik duduk santai diteras sambil bermain game online kesukaannya. Memang kalau dihari minggu suamiku selalu menghabiskan waktunya dengan duduk santai sambil bermain game online.
"Hemmm" ucapnya tanpa menoleh sedikitpun kearahku.
"Mas, minta uang belanja. Minyak dan gula habis tuh didapur" Ucapku padanya sambil kutodongkan tangan didepan mukanya
"Lahkan udah aku kasih uang bulanan satu juta, kok minta lagi. Boros banget sihh kamu, kan aku udah bilang uang itu buat sebulan" ucap mas rio kepadaku sambil tetap memainkan game online dengan serius.
"Mas, kemarin uangnya sudah kubelikan beras dan kebutuhan yg lain. Kamu gk tau sih sekarang apa apa serba mahal" Ujarku dengan nada sedikit marah, tapi dia tak sedikit pun menatapku. Ingin rasanya kugetok kepalanya tapi aku masih ingat dosa.
"Ya kalau gitu kamu jangan beli yg mahal mahal dong, cari aja yg murah murah kan banyak" ucapnya dengan enteng lalu bangkit dari duduknya berlalu pergi kedalam rumah tanpa melihatku.
Dianggapnya apa aku ini? Sebuah patungkah yg berdiri didekatnya? Jelas jelas aku berdiri disampingnya, malah ditinggalkan begitu saja.
Tanpa menghiraukannya ku berjalan ke dapur untuk mencari sisa sisa bahan makanan, barang kali ada sesuatu yg bisa ku buat sarapan pagi ini.
"Huh dasar suami pelit" gerutuku dalam hati.
Untung saja masih ada telur dan juga sayur yg bisa aku masak.
Inilah alasan mengapa aku belum memiliki seorang anak, karna kata suamiku memiliki seorang anak menambah pengeluaran saja.
Setelah masakanku matang, akupun makan tanpa memanggil mas rio didalam kamar. Hatiku masih kesal terhadap sikapnya tadi tapi ketika baru menyendokan makanan ke mulutku, mas rio keluar dari dalam kamar langsung duduk dikursi biasa tempat dia makan.
"Loh ra, masak telur lagi sekali kali dong masak daging atau ikan" ucapnya tanpa berdosa sama sekali.
"Ya mau gimana lagi mas, uang kemarin yg kamu kasih cuma bisa buat beli ini aja. Kan mas tau sendiri kemarin juga aku beli token listrik dan bayar kontrakan" ucapku dengan kesal kepadanya.
"Kamu tuh gk pinter ngelola uang, boros banget" ucapnya dengan nada marah sambil menunjuk kearahku.
"Kalau mas mau makan enak, kasih uang belanjanya yg cukup jadi aku bisa masak makanan yg enak" ucapku tak kalah sengit membalas umpatannya.
"Alah ujung ujungnya cuma duit aja dikepalamu" sambil nyerocos dikeluarkan dompetnya lalu terlihat mencari sesuatu, ketika ketemu lalu diberikannya kepadaku.
"Nih aku tambahin uang belanjamu, aku gk mau tahu kamu harus menghemat". Ujarnya sambil menyodorkan selembar uang dua puluh ribu ketanganku
"Apa?.." mataku melotot mulutku membulat seperti huruf O tak percaya dengan yg kulihat.
Ku kibas kibaskan uang itu berharap ada yg menempel dibelakang uang tersebut, tapi nyatanya nihil hanya selembar uang tersebut.
Bukannya aku tak bersyukur bagaimana aku mengelola uang segitu untuk keperluan sehari hari dengan kebutuhan yg serba mahal dan naik, apalagi suamiku dengan jabatan sebagai manager diperusahaan besar dengan gaji pasti tidak sedikit. Tapi mengapa memberiku nafkah hanya satu juta selama sebulan, pernah suatu hari kutanya apa alasannya dia beralasan uangnya sebagian diberikan kepada ibunya dan ditabung untuk membeli rumah serta apabila ada kebutuhan mendesak lainnya.
Akupun tak pernah memegang uang gajinya, hanya jatah nafkah satu juta dalam sebulan.
Dengan rasa sesak didada akupun berkata
"Mas apa tidak salah, kamu hanya memberiku uang dua puluh ribu saja. Ambil saja kembali uangmu mas, jika kamu tak ikhlas memberikannya" Ucapku bertanya dengan kesal.
"Jangan belagu kamu ra, dikasih uang suami sendiri ditolak dan koar koar seperti nggak diurusi suami. Harusnya kamu sadar masih mau anakku ini menafkahimu memberikan uangnya padamu". Kata ibu mertuaku yang aku tidak tau kapan dia datang dan tiba tiba langsung masuk nyelonong ke dalam rumah kontrakan.
"Tapi bu.." belum sempat aku menjawab perkataanya dengan cepat ibu mertuaku berbicara memotong ucapanku
"Udahlahh, emang kamu itu jadi istri boros. Saya aja dulu diberi nafkah suamiku tidak sebanyak yang diberikan kepadamu. Tapi aku bisa menghidupi anakku hingga besar seperti ini, harusnya kamu juga bisa, ini malah minta uang mulu sama suami. Masih mending ya kamu dikasih nafkah anak saya. Uang segitu itu banyak apalagi kamu juga belum punya anak". Ucapnya yang membuat hatiku nyeri. Ku tinggalkan mereka berdua, dan aku lebih masuk kedalam kamar tanpa menoleh kearah mereka.
"Tuhh liat kelakuan istrimu gak ada sopan sopannya sama mertua. Kenapa dulu kamu mau menikah dengan dia lebih baik dulu kamu menikah dengan mawar udah sopan dan kaya lagi pasti hidupmu lebih bahagia yo". Ucapnya kepada mas rio, ibu mertua menjelek jelekanku dihadapan mas rio
"Sudahlah bu, ohya Ibu tumben kesini mau apa?" Ucap mas rio yang masih bisa ku dengar dari dalam kamar
"Iniloh yo, ibu mau minta uang buat bayar arisan. Kamu tahu sendiri ibu ikut arisan" ucap ibu mertuaku dengan tegas, aku masih mau mendengar bagaimana tanggapan mas rio.
"Ohh, berapa buk uang arisannya?" Tanya mas rio
"Ibu minta uang tiga ratus ribu yo, ada kan" ucapnya tanpa malu
"Ada buk ini" ucap mas rio sambil memberi uang tigas ratus ribu yang berjumlah tiga lembar uang merah, dengan cepat ibu mengambilnya.
"Makasih ya yo, kamu emang anak ibu yang berbakti. Yaudah kalau gitu ibu pamit dulu yaa, taksi online ibu kayaknya sudah didepan". Ucapnya lalu pergi kearah luar dan pulang.
Setelah kurasa ibu mertuaku sudah pulang, mas rio juga masuk kedalam kamar.
Hatiku sakit sekali aku menangis dalam diam, mengapa dengan mudahnya mas rio memberikan uang untuk keluarganya tapi jika kepadaku aku layaknya pengemis yang meminta minta. Tanpa terasa aku tertidur dengan tangisan, dengan air mata yang masih membekas di pipiku.
Sudah berminggu minggu yang lalu sejak kejadian waktu itu, aku masih bersikap biasa terhadap mas rio. Aku masih melayaninya dengan baik, aku masih bersabar entah sampai kapan.
"Mas.. bangun ini sudah pagi, sholat subuh dulu". Kataku seraya membangunkan mas rio, mas rio hanya bergeming.
"Mas, bangun mas. Ayo kita sholat subuh berjamaah" ucapku dengan sedikit berteriak, agar dia terbangun dari tidurnya.
"Ihhh apasih ra, kamu ini ganggu orang tidur aja. Kalau mau sholat ya sholat aja sana jangan ganggu aku. Aku mau tidur lagi aku capek habis lembur semalam nanti aja bangunin, udah udah sana". Katanya dengan nada keras mengusirku lalu dia melanjutkan tidurnya kembali.
Kuhembuskan nafas dengan barat, entah kenapa setelah mendapat pekerjaan dengan jabatan tinggi mas rio berubah. Dia jadi jarang beribadah, ada saja alasan jika aku ajak untuk sholat. Lalu aku beranjak kekamar mandi membersihkan diri dan mengambil wudhu serta menunaikan sholat subuhku, setelah selesai kulihat mas rio masih tertidur.
Aku beranjak ke dapur untuk memasak sarapan, saat semua masakanku sudah matang aku kembali ke kamar untuk membangunkan mas rio.
"Mas bangun sudah jam setengah 7 nanti kamu telat ke kantornya". Ucapku seraya menggerakan badannya agar terbangun.
"Apa?? Udah jam setengah 7, kenapa kamu gk bangunin aku sihh. Aku hari ini ada rapat sama dewan direksi, aaarrggghhhh....". Ucap mas rio berteriak menyalahkan aku. Lalu ia masuk ke kamar mandi dengan buru buru, akupun menyiapkan pakaian kerjanya. Lalu setelah menyiapkan pakaian dan yang lainnya, aku ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuknya.
Berapa lama kemudian mas rio keluar dari kamar dengan tergesa gesa sambil menenteng tas kerjanya. Dia lari masuk kedalam mobilnya
"Mas ini sarapannya, kamu gk sarapan dulu". Ucapku berteriak kearahnya.
"Gak usah, kamu makan aja sendiri nanti aku telat". Ucap mas rio berlalu mengendarai mobilnya.
Kulihat mobil mas rio yang sudah berbelok di jalanan depan, aku memutuskan untuk masuk dan sarapan apa yang sudah aku masak tadi.
Saat aku tengah makan sambil melamun, ponsel ku berdering. Kulihat nomor kakak laki lakiku menelponku, aku bergeming menatap ponselku, aku tidak percaya selama ini aku tidak pernah berkomunikasi lagi dengan kakakku setelah aku memutuskan untuk menikah dengan mas rio. Dengan cepat aku menjawab
"Hallo". Ucap kakakku, seketika badanku kaku aku bergeming mendengar suara laki lakiku yang sangat aku rindukan.
"Kak". Ucapku dengan mata berkaca kaca
"Ra, are you okay?". Ucapnya, aku tahu dia pasti khawatir terhadapku karna dari nada suaraku yang sedikit bergetar menandakan aku menahan tangisan.
"Okay, aku kangen kak". Pecah sudah tangisanku, aku merindukan sosok pelindungku ini. Setelah kepergian mama dan papa kakak ku lah yang selalu ada untukku layak nya orang tua bagiku.
"Ehhhemmm, Ra bagaimana kabarmu. Apa kamu baik baik saja. Apa kamu tidak mau, bantuan kakak. Kamu memiliki perusahaan dan juga harta dari peninggalan mama dan papa, apa kamu tidak mau mengelolanya. Kakak tahu ra kehidupanmu tidak baik baik saja". Ucapnya.
"Kak, aku masih belum membutuhkannya. Bila nanti aku sudah lelah pasti aku akan mendatangimu". Ucapku seraya menahan isak tangisku, aku tak ingin kakakku semakin tahu keadaanku.
"Ok, kalau itu maumu tapi kakak mohon jika kamu lelah maka berhentilah dan segera hubungi kakak. Ya sudah kalau gitu, kakak masih ada urusan lain. Kakak matikan telponnya.".
"Iya kak" jawabku seraya mengakhiri obrolan telpon ini.
Sebenarnya aku memiliki harta warisan dari keluargaku, yang tak pernah ku bilang kepada mas rio dan keluarganya. Ya aku Tiara Putri Mahesa, Aku seorang anak dari keluarga Mahesa. Aku mempunyai seorang kakak laki laki yang bernama Bintang Putra Mahesa, dia selalu membantuku disaat aku kesusahan dan selalu melindungiku. Tapi satu kesalahanku, karna aku dulu sangat mencintai mas rio dan akhirnya aku pergi meninggalkan kakakku. Karna dulu kakakku sangat tidak menyukai mas rio, entah apa alasannya dia sangat tidak menyukai mas rio.
Satu hari setelah menikah aku ingin membicarakan tentang harta warisan yang ditinggalkan mama papa terhadapku, tapi tanpa sengaja aku mendengar saat ibu mertuaku berbicara dengan mas rio. Aku tahu ibu mertuaku tak pernah menyukaiku dia membenciku karna aku tak bekerja, aku hanya seorang anak yatim piatu tanpa memiliki orang tua. Dimatanya aku hanyalah menantu yang tak berguna, aku hanyalah seorang benalu yang meminta uang kepadanya. Dia menjelek jelekanku, karena aku tak seperti mawar mantan kekasih mas rio saat kuliah dulu. Seorang anak kepala desa yang kaya, dan royal kepada ibu mertua dan juga keluarga mas rio.
Hatiku pun merasa sedih, ku urungkan niatku untuk memberitahu suamiku tentang harta warisan ini.
**Sore harinya
Baru saja aku keluar dari dapur, hendak menyambut kepulangan suamiku. Malah dia sudah didatangi mas alex, ya mas alex ini suami kakak iparku. Dia selalu meminjam uang terhadap suamiku, aku sangat hafal dan sudah menjadi kebiasaan. Dia selalu tahu bahwa tanggal berapa gajian suamiku, dan hari ini mas rio gajian.
"Yo.. mas pinjam uangmu dong tiga juta untuk si risa study tour dari sekolahannya. Mas belum gajian ini, nanti gajian mas ganti". Ucapnya tanpa rasa malu, sudah berapa kali dia meminjam dan tak pernah satupun ada yang dikembalikan.
Aku menghentikan langkah, mendengarkan apa jawaban dari suamiku ini.
"Oke, aku Transfer ya mas uangnya.". Kata mas rio menyanggupi memberikan uangnya.
Lagi dan lagi mas rio menyanggupi dan memberikan uangnya, walaupun jadi manager gaji mas rio hanya lima juta perbulan.
Dia memberitahuku bahwa gajinya menjadi manager hanya lima juta saja, dan sekarang yang tiga juta diberikannya cuma cuma terhadap kakak iparnya. Padahal untuk kebutuhan rumah ini sangat banyak dan aku juga sedang membutuhkan uang.
"Mass.." aku muncul memanggil suamiku, aku ingin menghentikannya.
"Iya ra, kenapa?". Ucap mas rio menoleh kepadaku, dengan cepat aku pun menjawab
"Mas keperluan rumah ini juga banyak, kebutuhan kita sehari juga banyak mas. Mas mau memberikan uang itu sama mas alex begitu aja". Ucapku dengan kesal, mas alex pun tak terima dan malah melototkan matanya kepadaku dengan amarah. Aku tau dia sedang marah tapi aku tak peduli aku juga sangat membutuhkan uang untuk kebutuhan sehari hari, apa aku salah.
"Halah emang istrimu ini sangat pelit yo, sama saudara sendiri pelitnya minta ampun. Kamu kok sanggup hidup sama istri yang begini". Ucapnya mengataiku.
Apa katanya aku pelit, dari segimananya aku pelit.
"Udahlah ra, kamu gk berhak ngatur uangku. Sudah sudah sana kamu masuk kedalam rumah". Ucap mas rio mengusirku, kulihat sekilas mas alex yang tersenyum kearahku dengan senyuman mengejek. Akupun masuk kedalam rumah dengan perasaan kesal.
Beberapa menit kemudian mas rio masuk kedalam kamar, dan berkata
"Ra, kenapa sih akhir akhir ini kamu selalu mempermasalahkan uang yang aku kasih untuk keluargaku. Pusing aku ra". Ucapnya dengan nada meninggi
"Apa mas, iyaa kamu selalu memprioritaskan keluargamu daripada aku. Aku ini siapamu sih mas? Aku ini istrimu sudah sepantasnya kamu memprioritaskan aku!". Ucapku tak kalah meninggi
"Halah sudah, ini uangku kamu gk berhak ngatur ngatur uangku. Aku yang bekerja disini, jadi terserah aku dong mau aku apakan uangku!". Suaranya membentakku
Ku tutup mataku ku hirup udara sebanyak banyaknya lalu ku hembuskan nafas ini sambil membuka mataku perlahan
"Oke mas, aku akan cari pekerjaan sendiri. Ingat mas, kamu gk akan bisa hidup tanpa aku. Kalau kamu lebih mementingkan keluargamu dari pada aku istrimu, kenapa mas? Kenapa kamu gk menikahi keluargamu saja ha!!" Ucapku dengan menggebu gebu menahan sesak dihatiku
Mas rio tersentak mendengar ucapanku, dia menghampiriku dengan tersenyum meremehkanku.
"Siapa yang mau menerimamu kerja dengan keadaan seperti ini, kamu kumal lusuh". Ucap mas rio mengejekku, memang benar benar mas rio tak mempunyai rasa kasih seperti dulu terhadapku.
"Terserah apa katamu mas, aku capek aku lelah dengan keluargamu yang datang dan ikut mencampuri rumah tangga kita. Ibumu yang selalu meminta uang padamu, kakakmu juga, serta kakak iparmu juga. Mereka hanya meminta dan memikirkan uang, uang, dan uang saja. Tanpa mau tahu bagaimana perasaanku". Ucapku pasrah, sambil menutup mata, menumpahkan semua rasa sesak didadaku yang sudah lama kupendam. Air mata mengalir dengan deras. Ku buka mataku melihat mas rio yang masih menatapku dengan tajam.
Sejenak mas rio terdiam, dadanya naik turun menahan amarahnya.
Segera ku hapus air mata ini ku hirup udara sebanyak banyak untuk menghilankan sesak didada, ku belakangi dia ku pejamkan mataku hingga aku tertidur.
Memang sebuah pernikahan adalah ibadah yang terberat, ujian bisa dari mana saja. Semoga suatu hari nanti kehidupanku berubah.
Hari ini sudah kuputuskan bahwa aku akan bekerja untuk memenuhi kebutuhanku sendiri, aku akan bekerja diperusahaanku sendiri yaitu di PT. Mahesa.
Pagi pagi sekali aku menghubungi kak bintang, aku ingin memberitahunya bahwa aku ingin bekerja disana. Tapi aku ingin kak bintang menyembunyikan identitasku ini, aku tidak ingin suami dan keluarganya yang gila akan uang dan harta itu mengetahui yang sesungguhnya.
"Hallo kak, rara mau tanya apa ada lowongan pekerjaan di perusahaan. Rara mau bekerja kak, tolong bantu rara yaa please". Kataku sambil memohon kepada kak bintang
"Ohh baiklah tenang itu hal gampang bagi kakak, bagaimana kamu menjadi sekretarisku saja disini". Ucap kak bintang
Dengan senyum mengembang aku menjawab dengan antusias "Baiklah kak, kapan aku bisa bekerja".
"Pagi ini kamu bisa langsung bekerja". Ucap kak bintang yang langsung membuat hatiku senang dengan senyum merekah.
"Oke kak, aku akan bersiap siap".
"iya" ucap kak bintang
Aku langsung mematikan sambungan telponku.
Aku langsung bergegas bersiap siap, setelah bersiap siap akupun sarapan, saat bersamaan datang mas rio yang nampak heran melihatku yang sudah rapih mengenakan setelan kemeja kerja.
"Mau kemana kamu ra, berdandan seperti ini?". Ucapnya dengan dahi mengernyit heran kepadaku.
"Kan aku kemarin sudah bilang, aku mau bekerja mas. Apa kamu gk inget apa kataku kemarin". Ucapku dengan lantang dan tegas
"Hahahah perusahaan mana yang mau menerimamu". Ucap mas rio menertawakanku seraya mengejek kearahku
"Sudahlah mas, kita lihat saja nanti". Ucapku malas berdebat denganya di pagiku yang cerah ini, aku gk mau merusak moodku pada pagi hari ini
Setelah selesai sarapan ku bersihkan alat makan tadi yang ku gunakan, ku lihat mas rio sudah berangkat bekerja tanpa pamit kepadaku. Entah aku ini layaknya apa baginya, apakah aku ini hanya sebuah patung, yang tak berguna dimatanya.
Gegas juga aku memesan taksi online untuk mengantarkanku ke perusahaan keluargaku.
**DIGEDUNG PT. Mahesa
Akhirnya aku sampai disini, gegas aku ke resepsionis untuk menanyakan dimana ruang CEO Perusahaan kepadanya.
"Permisi kak, mohon maaf saya mau tanya dimana ruangan Ceo yaa". Tanyaku kepadanya, resepsionis itupun melihatku keatas kebawah dengan tatapan mengejek, sambil mengucap
"Maaf ya maksud anda pak bintang, maaf ya nona pak bintang tidak bisa ditemui sembarang orang apalagi wanita penghibur seperti anda yang mengincar para lelaki kaya kan. Sudahlah sana pulang, pekerjaanku masih banyak". Ucapnya sarkas mengusirku, lalu aku berbalik dan menelpon kakakku.
"Hallo kak, kakak dimana aku sudah ada didepan perusahaan tapi resepsionismu melarangku masuk dan bertemu kakak". Ucapku kesal karena perkataan resepsionis tadi.
"Tunggu kakak kebawah menjemputmu". Ucapnya seraya mematikan sambungan telpon.
Huhh...
Aku menghembuskan nafas kesal, tidak lama menunggu kak bintang datang sembari tersenyum dan langsung memelukku. Aku melihat kekiri dan kanan, aku bisa langsung melihat tatapan beberapa karyawan perusahaan yang melirik kearahku dan kak bintang. Aku merasa canggung, dan akupun langsung melepaskan pelukan kak bintang.
Kak bintang langsung membawaku masuk ke dalam perusahaan dengan menggenggam tanganku, banyak sorot mata yang menatap ke arah kami. Tapi aku sihh masa bodo, tak peduli apa yang sedang mereka fikirkan.
Tiba di ruangannya aku pun menceritakan apa yang terjadi dan apa yang selama ini aku alami didalam ruangan kak bintang
Huuhh... bunyi helaan nafas kak bintang bisa kudengar diruangan ini
"Inilah yang kakak takutkan, bukannya kakak gak menyetujui pernikahanmu. Tapi kakak sudah tahu bagaimana rio dan juga keluarganya". Kata kak rio menatapku
"Iya kak, Rara tahu rara menyesal sekarang. Maafkan rara kak yang tidak menuruti kakak". Ucapku seraya menahan tangisan yang sebentar lagi kurasa akan jatuh hanya dengan satu kedipan mata.
"Ya sudah, terus bagaimana keputusanmu mau diteruskan atau kamu akan mundur". Ucapnya
"Aku ingin mempertahankan rumah tanggaku dulu kak, jika nanti aku sudah lelah baru aku akan mundur". Ucapku lalu langsung menghambur ke pelukannya, aku menangis terisak mengingat kenangan dulu saat ada mama dan papa. Betapa indahnya kenangan itu memiliki keluarga utuh saling menyayangi satu sama lain, ya kenangan hanya tinggal kenangan.
"Oke, sekarang semangat gk boleh nangis lagi". Ucap kak bintang menenangkanku seraya mengusap punggungku, gegas kuhapus air mata dan langsung tersenyum kepadanya.
"Terimakasih kak, kakak memang yang terbaik". Ucapku seraya menggodanya,
Kak bintang tersenyum sambil mengacak rambutku, ya kebiasaan kakakku ini memang suka sekali mengacak rambutku.
Kak bintang berlalu dan duduk dikursinya, akupun juga duduk didepannya.
"Ohya kak, apa tugasku ini?. Ujarku bertanya kepadanya
"Sudah duduk dulu, sebentar lagi akan ada meeting perusahaan untuk memperkenalkanmu sebagai sekertarisku". Ujarnya dengan tetap melihat beberapa pekerjaannya, ya aku tahu pasti dia sangat sibuk. Aku bisa melihatnya dari tumpukan berkas yang sangat banyak dimejanya.
"Tapi kak jangan bilang aku adalah adikmu ya, please". Ucapku sambil mengatupkan kedua tanganku kedepan. Aku tak mau ada yang tahu tentang identitasku, biarlah nanti saja mereka tahu siapa aku.
"Hemm baiklah jika itu maumu". Ucapnya seraya tersenyum padaku, didalam hati aku sangat berterimakasih kepada Tuhan karna aku mempunyai kakak yang teramat menyayangiku.
**Di ruangan meeting
Kak bintang mengajakku ke suatu ruangan, ya aku tahu ini pasti ruangan meeting.
Pertama kak bintang memasuki ruangan itu, ku lihat banyak karyawan yang langsung bangkit berdiri memberi hormat kepada kak bintang, lalu dibelakang kak bintang aku pun masuk melangkahkan kakiku mengikuti langkah kaki kak bintang. Hingga aku berdiri persis di sampingnya, Bisa ku lihat ekspresi semua orang seakan bertanya tanya, dan ada satu ekspresi yang membuatku geli ingin tertawa. Ya ekspresi tersebut adalah ekspresi dari mas rio suamiku, mas rio menatapku dengan tatapan yang sangat tajam. Aku tahu dia sedang bingung dan bertanya tanya apa yang aku lakukan di perusahaan ini, akupun mengacuhkan tatapannya yang terus menatap ke arahku.
"Selamat pagi semua, saya ingin memperkenalkan ini Tiara sekertaris saya yang baru menggantikan bu sekar yang sedang cuti melahirkan" ucap kak bintang memperkenalkanku didepan karyawan perusahaan, lalu akupun mengangguk hormat dan memperkenalkan diri.
"Hallo semua selamat pagi, perkenalkan saya tiara, saya sekretaris bapak bintang yang baru mohon kerjasamanya". Ucapku
Setelah berkenalan aku pun langsung pamit undur diri masuk kedalam ruangan yang telah di tunjukan kak bintang tadi.
Sebelum aku masuk ada tangan yang menggenggam tanganku, yups orang itu adalah mas rio suamiku.
"Bagaimana caramu masuk kedalam perusahaan besar ini ha, apa jangan jangan kamu ada main sama pak bintang. Iyaa ra, jawab ra!". Ucapnya membentakku
"Hehehe Maaf mas, aku masuk kesini murni karna kemampuanku jadi jangan mengaitkan seolah olah aku ada main dibelakangmu". Ucapku menekan dadanya dengan jari telunjukku seraya tersenyum menggeleng geleng tak habis fikir dengan apa yang ia ucapkan.
"Halah gk usah ngeles deh kamu, gimana bisa kamu yang tidak berpotensi seperti ini masuk kedalam perusahaan besar".
Ucapnya sengit kepadaku, aku tahu bahwa mas rio tak percaya padaku. Bagaimana bisa aku yang tahunya hanya mengerjakan tugas rumah bisa masuk kedalam perusahaan tempat dimana dia bekerja. Ya mas rio sama sekali tidak tahu bahwa perusahaan ini adalah milik keluargaku, dan kak bintang adalah kakak kandung ku. Mereka tak pernah bertemu, karna kak bintang tidak mau menghadiri pernikahanku dikala itu.
Mas rio tidak tahu bahwa pemilik perusahaan ini adalah keluargaku, dan diwariskan kepadaku. Tapi karna dulu aku yang terlalu cinta dan mungkin bisa dikatakan bodoh, aku menghubungi kak bintang untuk memohon memberikan pekerjaan kepada mas rio diperusahaan hingga mas rio bisa bekerja disini sebagai seorang manager keuangan.
"Sudahlah mas, terserah apa katamu. Ini hari pertamaku untuk bekerja, jadi ku mohon jangan bikin masalah. Ya sudah kalau tidak ada yang mau diucapkan. Bye mas aku masuk ruangan dulu" ucapku tersenyum manis kepadanya.
Setelah itu aku pun langsung berkutat dengan semua pekerjaan yang ada, pekerjaan yang sangat menumpuk dan melelahkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!