Rahasia Cheng Xin dan Pulau Terlarang

Kini Cheng Xin dan lainnya akhirnya memilih kembali dan sekarang mereka sedang singgah sebentar untuk menghilangkan rasa lelah.

"Huh lelahnya, apa masih jauh untuk sampai ke bibir pantai, Yah?" tanya Cheng Mai pada ayahnya.

"Lumayan Nak, kita istirahat disini dulu ya," jawab ayahnya lalu duduk di bebatuan.

"Ayah, aku sebenarnya penasaran darimana ayah menemukan peta tersebut?" Mendadak Cheng Mai penasaran dengan asal muasal peta harta Karun milik ayahnya itu.

"Sepintas cerita.... sebenarnya peta ini ayah temukan di belakang rumah saat ayah berumur 10 tahun. Waktu itu, ayah hanya ingin menggali tanah untuk menyembunyikan kotak coklat di sana. Tapi siapa tau malah ayah menemukan sebuah bungkusan di dalam tanah dan setelah ayah buka ternyata itu sebuah peta." Cheng Xin mulai bercerita.

Cheng Mai dan lainnya membenarkan posisi duduknya menghadap Cheng Xin dengan serius.

"Ayah pun bertanya pada kakek mu mengenai peta itu dan dia berkata, lebih baik jangan diambil karena itu akan membuat dirimu berbahaya. Karena ayah masih kecil ayah menurut saja dan mengubur nya kembali, lanjutnya

"Setelah mengubur nya kembali, kakek menghampiri ayah dan menceritakan sebuah pulau yang sangat terlarang di luar sana. Pulau itu mengundang bahaya dan kata kakek lebih baik jangan kesana. Namun tanpa sadar kotak coklat ayah, berhasil di ambil oleh kakek dan menyuruh ayah untuk tidak makan coklat lagi." Cheng Xin tertawa kecil karena hal itu sangat lucu baginya. Dirinya yang polos akan dengan mudah di tipu oleh ayahnya sendiri waktu itu.

"Hari demi hari, ayah pun jadi lupa tentang peta dan cerita Pulau Terlarang itu. Namum waktu ayah beranjak seumuran kalian, pas di sekolah seorang guru menceritakan tentang peta harta karun dan kebenaran tentang nyatanya harta karun itu ada. Ayah pun seketika teringat dengan peta itu. Setelah pulang sekolah ayah langsung berlari dan menggali tanah tersebut. Ayah pun senang karena peta itu masih ada disana. Secara diam-diam ayah pun mengambilnya dan menyembunyikan tanpa sepengetahuan kakek dan nenek mu. Sampai mereka pergi dari dunia ini." Cheng Xin mengakhiri ceritanya dengan nada sedih karena teringat dengan almarhum orang tuanya.

Cheng Xin bercerita tentang hubungan dirinya dengan pulau terlarang. Ternyata kakek moyang Cheng Mai yang tak lain adalah ayah dari Cheng Xin pernah bercerita pada ayahnya mengenai pulau terlarang yang memiliki banyak bahaya. Tapi dirinya tak tau kalau Pulau Terlarang ternyata mempunyai sebuah harta Karun didalamnya. Itu sebabnya dia memiliki peta harta karun tersebut. Namun sangat disayangkan harta karun tersebut sudah lama hilang dan tak tahu siapa yang berhasil menemukannya.

"Jadi ayah menemukan peta ini di belakang rumah yang telah dikubur oleh kakek," ucap Cheng Mai setelah mencerna cerita ayahnya.

"Ya kau tau kakekmu dulu adalah seorang penjelajah sekaligus ilmuwan yang selalu pergi ke berbagai pulau," jelas Cheng Xin sambil memuji ayahnya sendiri.

"Wah kakek sangat hebat, pantas saja aku juga suka berjelajah," celetuk Cheng Mai kagum tak percaya.

'Ya kakek adalah orang yang sangat hebat dan peta ini sebagai peninggalan beliau," kata Cheng Xin lagi.

"Di pikir pikir orang pertama yang menemukan harta karun itu siapa ya?" ujar Xiao Dan berpikir.

"Entah lah, sudah jangan dipikirkan lebih kita berjalan kembali agar cepat sampai," usul Kakek Zhang pada semua.

Sementara disisi lain, para polisi dan Tim SAR sampai di sebuah mulut gua dan berhenti sambil memandang gua yang nampak aneh itu. Tak menunggu lama mereka memberanikan diri untuk masuk karena kemungkinan mereka akan menemukan petunjuk di dalam. Namun disaat mereka hendak masuk, keluar lah beberapa orang dari dalam Gua. Dan tak disangka ternyata itu adalah Cheng Xin dan lainnya.

"Siapa kalian? Apa diantara kalian ada yang namanya Xiao Dan dan Jin Mei," tanya salah satu polisi sambil menodongkan pistolnya untuk berjaga-jaga.

Xiao Dan dan Jin Mei memajukan langkah nya ke depan.

"Kami berdua Pak," saut Xiao Dan dan Jin Mei.

"Syukurlah kalian selamat, orang tua kalian sedang menunggu di bibir pantai bersama yang lain. Mari kita kesana," kata komandan Lyner pada mereka.

"Mama ada di sini?"

"Mama ku juga?" Xiao Dan dan Jin Mei senang mengetahui hal itu, mereka tak menyangka kalau orang tuanya bisa sampai ke Pulau Terlarang untuk menjemputnya.

Mereka semua akhirnya pergi mengikuti polisi dan Tim SAR. Tapi sebelum itu para polisi sempat bertanya pada Kekek Zhang karena tampak asing bagi mereka.

"Tunggu kakek itu.... apa termasuk rombongan kalian?" Cegat komandan Lyner padanya.

"Bukan, kakek adalah penunggu hutan terlarang ini," saut Cheng Mai menjawab.

"Aku sudah lama terjebak disini dan selamat karena kalian bisa menemukan Cheng Xin dan anak-anak," jawab Kakek Zhang juga.

"Apakah kakek boleh ikut kami pulang pak polisi?" tanya Cheng Mai pada komandan Lyner.

"Tidak, kalian pulang saja. Kakek juga akan pulang ke tempat kakek." Mendengar itu Kakek Zhang langsung menolaknya dan menyuruhnya untuk meninggalkan dirinya saja.

"Tapi kenapa, kek? Bukannya kakek ingin pulang juga," tanya Cheng Mai ingin tahu.

"Entahlah kakek juga bingung kakek akan kembali dulu." Kakek Zhang pun berjalan lemas, pulang menuju markas nya dan meninggalkan yang lainnya disana.

Cheng Mai dan lainnya menatap kepergian Kakek Zhang dengan kesedihan. Mereka tak percaya Kakek Zhang akan memilih tinggal dari pada ikut mereka pulang.

...💀💀💀💀💀💀...

Di Pelabuhan Guangzhou, seorang nenek tengah menunggu sebuah kapal dari arah Pulau Terlarang. Dia tak lain adalah Nenek Dou Dou. Dirinya mendapatkan informasi kalau para Tim SAR dan juga polisi sedang mencari orang yang hilang di Pulau Terlarang.

Disaat sedang menunggu, Nenek Dou Dou kebetulan bertemu dengan Profesor Zhou yang juga sedang menunggu putrinya. Namun mereka tak saling menyapa karena menganggap orang asing yang lewat saja. Tapi sebenernya tujuan mereka sama menunggu kehadiran seseorang yang berharga baginya. Nenek Dou sudah berdiri begitu lama sambil memandangi laut alih-alih melihat kapal dari Pulau Terlarang muncul. Karena sudah tak tahan lagi, Nenek Dou Dou pun bertanya pada petugas disana.

"Per-misi pak, kalau boleh tahu kapal yang dari Pulau Terlarang kapan datang ya?" tanyanya pada petugas disana.

"Saya tidak tahu nek mungkin sebentar lagi," jawabnya.

"Hee.... bukankah itu kapalnya," panggil Professor Zhou sambil menunjuk k tengah lautan. Terlihat sebuah kapal melaju ke arah pelabuhan.

"Iya pak iya itu," kata petugas membenarkan sambil berdiri untuk melihat.

"Dou Dou akhirnya kamu pulang juga, Cu," batin Nenek Dou senang.

Kapal yang tadi dilihat dari kejauhan perlahan menepi. Nenek Dou Dou dan Profesor Zhou menunggu dengan tak sabar. Mereka berdua tak henti-hentinya menengok ke dalam kapal alih-alih melihat yang keluar itu yang di cari atau bukan.

"Lho mana putri ku, Pak?" tanya profesor Zhou pada petugas SAR karena terkejut tak mendapati putrinya ada di kapal.

"Maaf putri Bapak siapa?" Tanya petugas SAR balik bertanya.

"Fan Zhou, apa kalian tak menemukannya disana?" jawabnya sambil memegangi tangan petugas SAR penuh harap.

"Tidak Pak, kami hanya berhasil menemukan satu mayat disana. Permisi Pak." Petugas SAR meninggalkan profesor Zhou dan Nenek Dou disana. Mereka berdua jadi tambah risau karena mengetahui yang dicari tidak ikut pulang bersama Tim SAR.

Sing dan Bos Yang melihat dua orang yang tengah berada di dalam kekhawatiran itu, mereka berdua melintas melewati mereka sambil memandanginya saja.

"Dou, dimana dirimu ***?" batin Nenek Dou penuh kegelisahan.

"Permisi Nek, apa Nenek juga sedang mencari seseorang?" tanya Profesor Zhou karena melihat dirinya tengah dalam kekhawatiran.

"Iya Pak, apakah...?" jawabnya lalu berpikir.

"Iya saya juga sedang menunggu putri saya dia juga sedang berada di pulau terlarang sekarang," sambung Profesor Zhou.

"Apa mungkin cucu ku dan putri Bapak tengah bersama sekarang?" pikir Nenek Dou menebak.

"Tak tahu juga Nek, semoga saja cucu Nenek sedang bersama putri ku dan dalam keadaan baik-baik saja," jawab Profesor Zhou penuh harap.

Nenek Dou Dou mengangguk-angguk, "Semoga saja semoga saja." Dirinya berbalik dan berjalan pelan menuju kursi yang ada di belakangnya lalu duduk disana. Profesor Zhou pun mencoba menenangkan Nenek Dou karena merasa kasihan padanya. Mereka memandang lautan dengan tatapan sayup.

Di Markas tempat tinggal Kakek Zhang.

"Haish tak disangka ini adalah waktunya. Sekian lama menunggu akhirnya ada kesempatan pulang juga. Tapi entah kenapa rasanya berat sekali meninggalkan pulau ini," gumam Kakek Zhang sambil memandangi tempatnya.

Kakek Zhang mencoba membereskan barang-barangnya terlebih dahulu saja. Namun disaat ingin mengambil bola kesayangan yang selalu menemani nya itu, dirinya tak sengaja menemukan sebuah peti di sela bola bola yang berjejer. Kakek Zhang yang penasaran pun mengambil peti tersebut dan membukanya. Alangkah terkejutnya dirinya setelah mengetahui isi peti tersebut.

"I-ini bukannya peti itu," kata Kakek Zhang terkejut tak percaya.

"Apakah aku yang sudah menemukannya dulu?" pikir nya sambil mengingat masa lalunya.

Kakek Zhang sempat berpikir kapan dirinya menemukan peti harta karun tersebut. "Haa aku ingat sekarang, ini alasan diriku tak bisa pulang, karena peta ini." Kakek Zhang lalu menutup semula peti tersebut.

Setelah berhasil mengingat nya, Kakek Zhang dengan cepat membereskan barang-barangnya dan pergi meninggalkan tempat nya itu. Tapi sebelum dirinya pergi dirinya tak lupa berpamitan pada benda di sekitar yang telah menemani dirinya selama ini.

"Mèimei (adik perempuan), Dìdì (adik laki-laki) saudara ku semua, akhirnya setelah sekian lama menunggu kakakmu ini bisa pulang," ucapnya pada dua bola yang berjejer di depannya.

"Apa kalian ingin ikut bersama ku, aku tak tega meninggalkan kalian semua?" tanyanya pada mereka. Tentu saja mereka hanyalah berdiam diri tak menjawab sebab mereka hanyalah benda mati yang dianggap hidup olehnya.

Karena tak tega, akhirnya Kakek Zhang mengambil dua bola pantai yang juga dianggap adik olehnya.

Di bibir pantai, dua orang ibu sedang menunggu kedatangan putra putrinya. Siapa lagi kalau bukan Feng dan Lin, orang tua dari Xio Dan dan Jin Mei. Setelah lama menunggu, akhirnya rombongan polisi dan Tim SAR keluar dari dalam hutan. Feng dan Lin sangat senang ketika melihat anak-anak mereka ada bersama tim pencari.

"Mei mei...," panggil Lin, Ibu Jin Mei dengan senyuman dan perasaan senang.

"Dan Dan...," panggil Feng juga yang tak kalah senangnya.

"Ma..." Jin Mei dan Xiao Dan mempercepat langkah kakinya dan pergi memeluk dua orang yang tengah menantinya.

"Kamu baik-baik saja kan nak, gak lecet gak...," Feng melontarkan berbagai pertanyaan karena terlalu khawatir padanya.

"Mah, Xiao Dan baik-baik saja jangan berlebihan bisa kan ma," potong Xiao Dan meyakinkan ibunya kalau dirinya baik-baik saja.

"Ish mama ini khawatir tau lagian kamu ya kan ibu suruh kamu buat belajar malah pergi gak bilang-bilang bikin repot aja," gerutu ibunya lalu memeluk anaknya kembali.

"Oh iya, mana si Cheng Mai Cheng Mai itu? mama mau kasih perhitungan padanya," celetuknya bertanya dengan perasaan emosi yang tertahan selama ini.

"Sudahlah ma Cheng Mai tak salah aku sendiri yang mau ikut bersamanya kok," ucap Xiao Dan menenangkan ibunya.

"Maaf Bu Feng, saya sebagai ayah Cheng Mai minta maaf karena anak saya, anak ibu jadi ikut dalam bahaya," kata Cheng Xin mewakili anaknya untuk minta maaf.

"Heh tau diri juga kamu Cheng, jaga baik-baik anak mu jangan biarkan dia keluyuran terus mempengaruhi anak ku dan lainnya ya," cibir Feng padanya.

"Saya pasti akan menjaga dan mendidik anak saya lebih baik lagi," kata Cheng Xin tegas.

"Bagus lah," ucap Feng menatap Cheng Xin sebentar lalu manggut-manggut.

"Feng sudahlah yang penting anak-anak sudah selamat, jangan menyalahkan Cheng Mai lah mereka masih kecil belum tau konsekuensinya," bela Lin menghentikan pikiran buruk sahabatnya.

"Iya iya," ucap Feng mengalah.

"Mari semuanya kita naik ke kapal." Komandan Lyner mengajak semuanya untuk segera menuju ke kapal miliknya.

"Yee kita pulang kita pulang," ucap Dou Dou senang sambil berjalan. Mereka semua mulai berjalan mendekat ke kapal besar yang cukup muat untuk menampung mereka semua.

Disaat semuanya ingin menaiki kapal yang sudah disediakan disana, seseorang memanggil mereka. Mereka semua pun menghentikan langkah nya dan menengok ke sumber suara tersebut. Alangkah terkejutnya mereka karena yang datang adalah Kakek Zhang. Ada perasaan senang juga karena Kakek Zhang pergi menyusul mereka sambil membawa barang-barang miliknya.

"Nak Cheng..... Tunggu, tunggu dulu," teriak Kakek Zhang memanggil.

"Kakek?" Cheng Mai terkejut.

"Ada apa Kakek Zhang?" tanya Cheng Xin langsung setelah Kakek Zhang tiba.

"Ini ini dia harta karun itu kekek menemukan di tempat kekek," jawab Kakek Zhang sambil menyodorkan peti harta karun yang ditemukannya.

"Benar kah?" Cheng Xin tampak tak percaya dengannya.

"Iya ternyata kekek yang lupa kalau dulu Kakek kah yang berhasil menemukan harta Karun tersebut," jawab Kakek Zhang menyakinkan Cheng Xin.

Cheng Xin membuka pelan peti harta Karun itu, dan semua senang karena itu adalah harta karun yang mereka cari selama ini. "Ternyata benar," gumam Cheng Xin pelan.

"Terimakasih kakek terimakasih." Cheng Xin sangat senang, dirinya tak lupa berterima kasih pada Kakek Zhang yang telah membantunya.

"Sama-sama Nak Cheng, jaga baik-baik harta karun ini jangan sampai hilang," pesan Kakek Zhang padanya.

"Baik kek, baik," jawab Cheng Xin mengangguk.

"Hee kek apa kakek akan pulang bersama kami?" tanya Mis Fan penasaran.

"Iya kau tak lihat kakek sudah bawa semuanya termasuk adik-adik kakek," jawabnya senang hingga membuat yang lainnya bingung.

Semuanya menaruh kebingungan karena tak melihat siapa-siapa bersama kakek Zhang disana.

"Adik-adik kakek? Siapa?" tanya Cheng Mai heran.

"Ini Mèimei dan Dìdì." Kakek Zhang menunjukkan dua bola miliknya pada mereka semua.

"Heh...???" Semuanya terkejut dengan perkataan kekek Zhang. Mereka tak menyangka yang dimaksud Mèimei dan Dìdì oleh Kakek Zhang adalah sebuah bola voli yang rusak.

"Sudahlah aku pusing itu kakek gila apa ya," kata Feng sambil pergi masuk ke dalam kapal.

"Hush Ma," bisik Dan memperingatinya.

Mis Fan dan Cheng Xin hanya bisa menggeleng melihat tingkah Ibu Xiao Dan yang berpendapat mengenai perilaku Kakek Zhang yang aneh. Tanpa disadari mereka berdua ternyata menggeleng bersama, setelah sadar mereka berdua langsung melanjutkan masuk kedalam kapal.

Kapal mulai melaju meninggalkan pulau terlarang. "Selamat tinggal Pulau Terlarang, senang bisa mengunjungi mu," kata Cheng Mai dalam hati. "Dunia baru aku datang....," teriak Kakek Zhang sambil merentangkan kedua tangannya menghadap ke depan.

Semua yang melihatnya ikut senang karena Kakek Zhang berhasil keluar juga dari pulau terlarang dan pulang bersama mereka. Pulau Terlarang tetap menjadi pulau yang masih menyimpan sejuta rahasia didalamnya. Sampai jumpa lagi Pulau Terlarang.

Bersambung.....⚓⚓⚓

.

Terpopuler

Comments

🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•

🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•

wah kakek orang hebat ternyata ya..

2023-11-07

0

Ney🐌🍒⃞⃟🦅

Ney🐌🍒⃞⃟🦅

gk mau ikut plng,,, udh betah di hutan

2023-11-02

0

Ney🐌🍒⃞⃟🦅

Ney🐌🍒⃞⃟🦅

kerenn

2023-11-02

0

lihat semua
Episodes
1 SINOPSIS CERITA DAN PENGENALAN TOKOH
2 Peta Rahasia
3 Cerita Pulau Terlarang
4 Tiba Di Pulau Terlarang
5 Memulai Perjalanan
6 Sumur Beracun dan Hutan Bambu Ilusi
7 Masa Lalu Cheng Mai Dan Penyesalan Xiao Dan
8 Tim Pemburu Kecil Menyerah Dan Bertemunya Cheng Mai Dengan Ayahnya
9 Bertemu dan Di Tahan Perompak
10 Menelusuri Gua
11 Terpisah Kembali
12 Pertolongan Datang
13 Para Orang Tua Mulai Curiga
14 Peta Asli dan Peta Palsu
15 Pengkhianatan Sing Dan Bos Yang
16 OMG! Peta Terbelah
17 Miss Fan Ternyata Penyebar Rumor Peta Palsu
18 Isi Harta Karun Hilang Kemana? Pulang Atau Melanjutkan Mencari
19 Rahasia Cheng Xin dan Pulau Terlarang
20 Cerita Harta Karun Pulau Terlarang Sebenarnya
21 Kembali Ke Sekolah
22 Berkunjung Ke Museum
23 Tujuan Cheng Xin Ke Museum
24 Kelas Cheng Mai Akan Dibongkar
25 Benda Berkilap Milik Pak Kepala Sekolah
26 Keberadaan Harta Karun Di Sekolah
27 Buku Langka Nan Unik
28 Buku Unik Penemuan Cheng Mai
29 Camping Di Nanchang, China
30 Ikut Pergi Ke Nanchang
31 Tiba Di Desa Loufen
32 Liu He Dan Makam Dua Ratus Koin
33 Gao Ting Menjadi Kaka Cheng Mai
34 Pergi Mendaki Rame-rame
35 Karya Seni Tertua di Dataran Tinggi Tibet
36 Artikel Fan Fan Viral
37 Gao Ting Bertemu Vivian
38 Penampakan Gou Gou di Stasiun
39 Dua Bersaudara Akhirnya Bertemu
40 Bos Yang Penggila Harta Karun
41 Tamu Di Kantor Bos Yang
42 Hukuman Untuk Bos Yang dan Sing
43 Nasib Buruk Bos Yang dan Sing
44 Lonceng Emas Pengabul Kuil Dafo
45 Terbongkarnya Lonceng Palsu
46 Ujian Sekolah Menengah Pui Ying Di Mulai
Episodes

Updated 46 Episodes

1
SINOPSIS CERITA DAN PENGENALAN TOKOH
2
Peta Rahasia
3
Cerita Pulau Terlarang
4
Tiba Di Pulau Terlarang
5
Memulai Perjalanan
6
Sumur Beracun dan Hutan Bambu Ilusi
7
Masa Lalu Cheng Mai Dan Penyesalan Xiao Dan
8
Tim Pemburu Kecil Menyerah Dan Bertemunya Cheng Mai Dengan Ayahnya
9
Bertemu dan Di Tahan Perompak
10
Menelusuri Gua
11
Terpisah Kembali
12
Pertolongan Datang
13
Para Orang Tua Mulai Curiga
14
Peta Asli dan Peta Palsu
15
Pengkhianatan Sing Dan Bos Yang
16
OMG! Peta Terbelah
17
Miss Fan Ternyata Penyebar Rumor Peta Palsu
18
Isi Harta Karun Hilang Kemana? Pulang Atau Melanjutkan Mencari
19
Rahasia Cheng Xin dan Pulau Terlarang
20
Cerita Harta Karun Pulau Terlarang Sebenarnya
21
Kembali Ke Sekolah
22
Berkunjung Ke Museum
23
Tujuan Cheng Xin Ke Museum
24
Kelas Cheng Mai Akan Dibongkar
25
Benda Berkilap Milik Pak Kepala Sekolah
26
Keberadaan Harta Karun Di Sekolah
27
Buku Langka Nan Unik
28
Buku Unik Penemuan Cheng Mai
29
Camping Di Nanchang, China
30
Ikut Pergi Ke Nanchang
31
Tiba Di Desa Loufen
32
Liu He Dan Makam Dua Ratus Koin
33
Gao Ting Menjadi Kaka Cheng Mai
34
Pergi Mendaki Rame-rame
35
Karya Seni Tertua di Dataran Tinggi Tibet
36
Artikel Fan Fan Viral
37
Gao Ting Bertemu Vivian
38
Penampakan Gou Gou di Stasiun
39
Dua Bersaudara Akhirnya Bertemu
40
Bos Yang Penggila Harta Karun
41
Tamu Di Kantor Bos Yang
42
Hukuman Untuk Bos Yang dan Sing
43
Nasib Buruk Bos Yang dan Sing
44
Lonceng Emas Pengabul Kuil Dafo
45
Terbongkarnya Lonceng Palsu
46
Ujian Sekolah Menengah Pui Ying Di Mulai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!