Cheng Mai berjalan sendirian didalam hutan ilusi dalam keadaan setengah sadar sepertinya ia terkena efek dari hutan tersebut. Tak lama kemudian Cheng Mai pingsan dan tak sadarkan diri. Disaat Cheng Mai pingsan ia bermimpi tentang ibunya disaat ia masih kecil.
Didalam mimpi Cheng Mai.
Flashback....
Cheng Mai kecil bersama ayah dan ibunya sedang berada di taman dekat rumahnya. Mereka sedang piknik bersama namun tak diduga Cheng Mai kecil tiba-tiba saja pergi tanpa pamit. Ia melihat seekor kucing namun saat Cheng Mai kecil ingin menghampirinya, kucing itu malah berlari menjauh. Karena Cheng Mai kecil ingin sekali mendapatkan kucing itu, ia berlari untuk mengejarnya. Ibu Cheng Mai tidak tahu bahwa anaknya telah hilang dari pengawasannya. Ia sedang asyik mengobrol bersama Cheng Xin, suaminya.
Lalu beberapa menit mereka akhirnya sadar bahwa anaknya sudah menghilang. Mereka berdua pun panik.
“Pah mana Cheng Mai?” tanya Mai Lin pada suaminya.
“Itu disana,” jawab Cheng Xin sambil menengok dan menunjuk kearah tempat Cheng Mai kecil tadi berada. “Hah kemana Cheng Mai?” Dirinya terkejut karena melihat anaknya tak ada ditempatnya.
“Cheng Mai hilang anakku hilang kemana anak sekecil itu pergi,” kata Mai Lin panik.
“Kamu tenanglah lebih baik kita cari,” saran Cheng Xin sambil menenangkan istrinya.
“Mungkin ia belum jauh,” duga Cheng Xin.
“Oh iya iya benar ayo kita cari!” ajak Mai Lin cepat. Ia lalu pergi namun dicegat suaminya.
“Ada apa?” tanyanya masih dalam keadaan panik.
“Lebih baik kita berpencar supaya cepat ketemu,” usulnya.
“Benar....benar kita berpencar kau kesana aku kesana,” usul Mai Lin sambil bergegas pergi. Cheng Xin juga berlari pergi mencari.
“Cheng Mai....Cheng Cheng sayang kamu dimana?” teriak Mai Lin terus-menerus.
“Cheng Maai!” panggil Cheng Xin keras. Mereka berdua juga bertanya kepada orang-orang disana barang kali melihat Cheng Mai kecil pergi. Tapi sudah lama Cheng Mai kecil masih belum ketemu.
Cheng Mai kecil tiba-tiba saja sudah ada dipinggir jalan dan sudah mendapatkan kucing yang dikejarnya. Cheng Mai kecil sedang bermain bersama kucingnya itu sendirian. Setelah beberapa lama Mai Lin melihat anaknya sudah ada diseberang jalan lalu Mai Lin memanggil anaknya itu.
“Cheng Maai...,” panggilnya.
Cheng Mai kecil menengok, “Mama halo Mama,” balasnya sambil tersenyum dan melambaikan tangan mungilnya. Kucing itu berlari karena Cheng Mai kecil berdiri untuk menyapa ibunya. Ia mengabaikan kucingnya itu. Saat Cheng Mai ingin pergi menyebrang kembali untuk menghampirinya. Mai Lin berteriak pada Cheng Mai untuk tetap berdiri disitu dan membiarkan ibunya yang menghampirinya saja.
“Mama...!” panggil Cheng Mai.
“Tunggu Nak jangan kesini tunggu ibu disitu!” cegat Mai Lin keras.
Cheng Mai kecil tersenyum dan mengangguk. Kejadian tiba-tiba saja terjadi. Tak disangka dan dikira saat Mai Lin ingin menghampiri anaknya yang ada diseberang, karena tak hati-hati ia tertabrak mobil yang tiba-tiba saja melintas kencang dari arah kiri. Dirinya padahal sudah memastikan jalannya sepi dan aman untuk dilewati. Namun apalah takdir berkata lain, Mai Lin tertabrak mobil tersebut hingga terpental jauh. Cheng Mai kecil terkejut seketika karena mendengar suara tabrakan yang begitu keras. Orang-orang disekitar langsung menghampirinya dan melihatnya. Tak lupa Cheng Mai juga pergi menghampiri ibunya yang tergeletak tak sadarkan diri.
“Mamaaaa...!,” panggil Cheng Mai panik sambil berlari.
“Mama bangun Ma,” ucap Cheng Mai kecil setalah sampai sambil menggoyangkan tubuh ibunya itu. Cheng Mai kecil menangis karena melihat ibunya tak sadar-sadar juga.
Saat mencoba menggoyangkan badannya kembali Cheng Mai kecil terkejut karena melihat darah keluar dari kepalanya. Melihat itu Cheng Mai kecil panik dan karena tak tahu harus berbuat apa ia akhirnya hanya bisa menangis.
Deri arah sebelah Cheng Xin juga langsung berlari karena sama-sama mendengar suara tabrakan. Cheng Xin melihat Cheng Mai kecil sedang menangis disamping ibunya.
“Cheng Mai kau tak apa?” tanyanya yang langsung memeluk anaknya erat. Cheng Mai kecil hanya diam. Orang-orang disekitar juga bingung.
“Cepat hubungi ambulan siapa saja tolong,” perintahnya panik pada orang-orang disekitar.
“Mai Lin bangun Mai Lin hiks hiks,” panggil Cheng Xin sambil menangis tersedu-sedu. Cheng Xin mengecek denyut nadinya namun sebelum ambulan datang nyawa istrinya ternyata telah pergi. “Mai Lin bangun jangan tinggalkan aku dan Cheng Mai,” ucapnya. Tak terasa air mata dirinya sudah membasahi pipi.
“Cheng Mai masih kecil masih perlu kau disampingnya bangunlah,” ucapnya lemas.
“Maiiii Liiiiiin...!” teriak dirinya seketika karena tak terima sambil menghadap langit. Cheng Mai mengetahui ibunya telah pergi meninggalkannya ia jadi tambah menangis keras.
...🦞🦞🦞🦞🦞🦞...
Kembali ke Cheng Mai sekarang.
Dirinya telah sadar dari mimpi panjangnya dengan keadaan bersedih. Ia sudah keluar dari hutan ilusi dengan selamat. “Ibuuuuu,” teriaknya tiba-tiba. Ia bertanya-tanya dalam hatinya. “Kenapa aku ada disini? Apa yang terjadi?”
Sebelumnya.
Kakek Zhang dan Xiao Dan sedang menelusuri hutan untuk mencari keberadaan Cheng Mai. Saat sedang berlari untuk mencari Cheng Mai ia berhenti karena melihat temannya itu sedang sendirian dan dalam keadaan pingsan.
“Kakek Zhang itu Cheng Mai,” panggil Xiao Dan pada Kakek Zhang sambil menunjuk ke arah Cheng Mai berada.
Mereka berdua berlari kearah Cheng Mai namun Cheng Mai tengah tak sadarkan diri.
“Ada apa ini? Ada apa dengannya?” Tanya Xiao Dan karena panik.
“Dia tak apa-apa ia hanya pingsan sebentar karena efek dari hutan ini,” jawab Kakek Zhang menjelaskan situasi.
Xiao Dan berusaha membangunkannya namaku Cheng Mai tidak juga sadar. "Kenapa dia belum sadar?" tanyanya.
“Mungkin dia sedang terjebak dalam mimpinya yang mengakibatkan dia tak bisa bangun,” duga kakek Zhang.
“Lalu bagaimana ini?” tanya Xiao Dan karena tak tahu harus berbuat apa.
“Lebih baik kita bawa dulu dia, kita harus segera keluar dari tempat ini,” usul Kakek Zhang.
“Baiklah,” ucap Xiao Dan mengerti. Kekek Zhang lalu membantu Cheng Mai agar ia bisa digendong oleh Xiao Dan. Mereka semua untungnya bisa keluar dengan selamat.
Kembali ke topik.
“Kau sudah sadar?” tanya Jin Mei padanya. Tanpa menjawab Cheng Mai langsung memeluk temannya itu.
“Ada apa?” tanyanya khawatir.
“Aku merindukan ibuku,” jawab Cheng Mai terisak.
“Apakah kau memimpikan ibumu?” tanyanya kembali.
(Mengangguk) “Aku bermimpi sedang bersama ibuku lalu lalu...,” kata Cheng Mai masih tersedu-sedu.
“Sudah sudah tenanglah!” ucap Jin Mei memeluknya sambil mengelus-elus pundaknya.
“Aku tahu aku juga teringat ibuku dirumah mengingat itu aku jadi ingin bertemu dengannya,” kata Jin Mei sambil melepas pelukannya.
Tiba-tiba saja Xiao Dan datang untuk menanyakan keadaannya. “Apa kau sudah merasa baik?” tanyanya.
Cheng Mai mengangguk mengiyakan.
“Baguslah ayo kita pergi,” ajak Xiao Dan buru-buru.
“Ayo kita lanjutkan!" ajak Cheng Mai tak memahami situasi.
Namun sepertinya Xiao Dan tak puas dengan ajakan Cheng Mai yang membuatnya jadi marah. “Apa katamu lanjutkan? Kamu lanjutkan saja sendiri,” marah Xiao Dan tak percaya.
“Apa maksudmu?” tanya Cheng Mai tak paham.
“Kita tak mu disini kau saja sudah begitu aku tak mau kita dalam bahaya lagi," jelas Xiao Dan masih dalam keadaan marah.
“Kamu kenapa sih? Datang menanyakan kabar lalu berubah jadi marah marah gini,” tanya Cheng Mai kesal karena bingung dengan ucapan Xiao Dan.
“Lalu kamu maunya apa?” tanyanya lagi.
“Aku mau kita pulang sekarang," jawab Xiao Dan tegas.
“Cheng-cheng Mai, le-lebih baik kita pulang! Aku setuju dengan Xiao Dan,” bujuk Dou Dou ragu-ragu karena takut Cheng Mai marah.
Cheng Mai melihat ke arah Jin Mei dan temannya juga mengangguk tanda setuju.
“Kenapa dengan kalian? Bagaimana dengan misi kita? kalian akan mengabaikannya begitu saja?” tanya Cheng Mai tak percaya.
“Itu misi mu bukan misi kami. Kami hanya ikut ikut kamu saja, kami semua terpengaruh olehmu,” tukas Xiao Dan asal.
“Apa maksudmu ngomong begitu?” tanya Cheng Mai makin kesal. “Oh aku tahu kau ingin menyalahkan ku karena telah membawa kalian ke pulau yang bahaya ini,” duganya dalam keadaan marah.
“Bukan begitu,” ucap Xiao Dan tidak bermaksud.
“Lalu apa alasannya?” tanya Cheng Mai kembali padanya agar ia mengerti.
“Percuma saja aku kasih tahu ke kamu aku jelaskan juga kau tak akan paham,” ucap Xiao Dan mengelak.
“Sudahlah kenapa jadi ribut,” ucap Jin Mei berusaha menghentikan mereka.
“Kamu diam saja!” suruh Cheng Mai pada Jin Mei agar diam. “Kau kenapa jadi seperti ini sih? Kau tak waras ya,” ucap Cheng Mai refleks pada Xiao Dan.
“Kau egois kau tak memikirkan perasaan kami,” kata Xiao Dan lagi dengan nada marah.
“Kau bilang apa?” tanya Cheng Mai makin marah.
“Ah sudahlah aku tak mau ribut lagi denganmu,” jawab Xiao Dan sambil berjalan pergi.
“Kau mau kemana? Jelaskan dulu! Kau jangan pergi!" teriak Cheng Mai tak terima.
Kakek Zhang melihat itu semua jadi tak sabar. Ia pun pergi mengejar Xiao Dan. Ia berpesan pada Cheng Mai sebelum pergi. “Cheng Mai kau tenangkan dulu kakek akan bicara padanya,”pesannya.
“Tapi dia sudah keterlaluan kek," ucap Cheng Mai kesal.
“Kamu pikirkan perasaan Xiao Dan mungkin itu adalah pilihan terbaiknya. Kakek pergi dulu ingat pikiran itu,” pesannya lagi.
Cheng Mai mengangguk. Kakek Zhang lalu pergi meninggalkan mereka bertiga. Kakek Zhang mencari dan menemukan Xiao Dan tengah duduk sendirian sambil memandangi laut. Laut di Pulau Terlarang memang indah dan menenangkan walau berbahaya.
“Xiao Dan Nak Xiao Dan... Dan'er,” panggil Kakek Zhang. Xiao Dan menoleh. Kakek Zhang berhenti sebab melihatnya, dirinya lalu menghampirinya dan duduk disebelah Xiao Dan. “Aku tahu kau tak ingin membuat gadis itu dalam bahaya kan,” tebaknya.
“Kau peduli padanya kan itu sebabnya kau marah begitu,” duga Kakek Zhang lagi. Xiao Dan tak merespon ucapan Kakek Zhang sama sekali.
“Kakek paham maksudmu. Kau tenangkan saja hatimu itu. Kakek pergi dulu,” pamitnya.
...🦐🦐🦐🦐🦐🦐...
Ditempat Gou Gou berada.
Dirinya dan beberapa anak buahnya sedang terjebak dan terperangkap dalam lumpur hisap yang tiba-tiba saja ingin menelan mereka. Untung saja Miss Fan, Bon Bon dan Ban Ban lolos dalam jebakan.
“Bon Bon.... Ban Ban cepat bantu aku!” perintah Gou Gou pada mereka berdua.
Bon Bon dan Ban Ban tak segera membantu bosnya karena ingin menolong menolong teman lainnya yang juga terjebak sebab lebih dekat dengannya.
“Apa-apaan kalian bukannya menolongku malah menolong dia,” protes Gou Gou pada mereka berdua.
“Maaf Bos tapi dia lebih dekat kami akan menolong Bos nanti,” jelas Bon Bon.
“Apa maksudmu? Cepat bantu aku!” perintahnya kembali. Dengan susah payah Gou Gou berjalan perlahan agar tangannya sampai pada kedua anak buahnya itu.
“Heh Miss bantu kami juga,” pinta Ban Ban padanya yang hanya diam saja.
“Aku tak mau,” tolak Miss Fan keras.
Akhirnya setelah bersusah payah mereka berdua berhasil menarik Gou Gou yang berat itu keluar dari lumpur. Mereka berdua pun jadi tak sempat menolong yang lainnya dan membiarkan mereka lenyap terhisap oleh lumpur.
“Bedebah (meludah) Kenapa kau tak bantu aku. Kamu ingin aku masukkan juga kedalam,” ucap Gou Gou kesal.
Mereka kembali menyeret Miss Fan dengan paksa sebagai hukuman karena tak menolongnya. Mereka pergi melanjutkan perjalanannya tanpa perasaan sedih sama sekali.
Kembali pada Xiao Dan yang masih duduk sendiri merenungkan ucapannya tadi pada Cheng Mai. Ia merasa sudah sedikit keterlaluan padanya tadi. Sambil membayangkan kejadian tadi akhirnya Xiao Dan memutuskan untuk meminta maaf padanya. Sedangkan Cheng Mai masih saja merasa kesal pada Xiao Dan dan Jin Mei sedang berusaha untuk menenangkannya.
“Sudahlah Cheng Mai jangan marah terus,” bujuk Jin Mei sambil memijat pundak Cheng Mai.
“Jin Mei, aku tak marah aku cuma merasa....” elaknya terpotong.
“Sudahlah aku mengerti kok kau tak bermaksud begitu, Xiao Dan juga pastinya,” kata Jin Mei memahaminya.
Kakek Zhang kembali tapi ia kembali sendiri. Dirinya sengaja meninggalkan Xiao Dan agar Cheng Mai dapat bicara baik-baik padanya nanti.
"Eh mana Xiao Dan kenapa Kakek sendiri?" tanya Dou Dou sambil berdiri. Kakek tak langsung menjawabnya malah pergi menghampiri Cheng Mai. “Nak kamu bicara pelan-pelan padanya. Pergilah temui dia,” bujuk Kakek Zhang padanya.
“Tapi....,”ucapnya ragu.
“Jangan tapi tapi. Cepat pergilah!” suruhnya kembali.
“Baiklah kek,” jawabnya patuh. “Tapi dimana Xiao Dan sekarang?” tanyanya kembali.
“Oh iya kakek lupa, Xiao Dan sedang ada disana duduk sendirian,” celetuk kakek Zhang sambil menunjuk ke arah laut. Cheng Mai lalu berlari menemui Xiao Dan. Setelah lama mencari akhirnya dirinya menemukan orang yang dicarinya juga.
“Kenapa kamu disini?” Suara Cheng Mai menghentikan lamunan Xiao Dan. Ia pun menoleh.
“Cheng Mai kenapa kau ada disini?” tanyanya balik.
“Memangnya aku tak boleh disini juga,”canda Cheng Mai.
“Bukan begitu,” ucap Xiao Dan cepat karena merasa salah bicara.
“Cheng Mai tersenyum, “Aku minta maaf ya soal tadi,” katanya lembut.
“Kenapa kau minta maaf harusnya kan aku? Maaf karena aku tadi berkata yang tak pantas,” kata Xiao Dan sambil mengulurkan tangannya.
Cheng Mai lalu membalas uluran tangan Xiao Dan, “Tidak pantas bagaimana? Menurutku kamu benar kok, lagipula aku juga merasa aku terlalu egois,” jelas Cheng Mai.
Karena masalah diantara mereka berdua telah terselesaikan, Cheng Mai lalu mengajak Xiao Dan untuk pulang. Ia sudah setuju dengan keputusan yang diambilnya tadi.
“Baiklah ayo kita pulang! Besok kita pulang,” ucap Cheng Mai tiba-tiba.
Xiao Dan terkejut dengan ucapannya.
“Apakah kamu yakin? Lalu misi kita” jawab Xiao Dan tampak bingung.
“Bukankah kamu bilang, kamu ingin pulang. Ya ayo pulang! Kenapa sekarang kamu yang tidak yakin dengan ucapanku,” jelasnya lagi sambil tersenyum.
Xiao Dan menggaruk kepalanya karena masih sedikit bingung. Cheng Mai yang melihatnya jadi tertawa. Mereka berdua akhirnya tertawa bersama.
“Oh iya sebelum pulang aku ingin mencari ayahku dulu bolehkan? Aku percaya ayahku pasti masih hidup,” pinta Cheng Mai.
Xiao Dan tersenyum mengiyakan.
Setelah merasa reda merekapun kembali ke tempat Kakek Zhang dan kini mereka berdua sudah baikan.
“Kalian tidak marahan lagi kan?”, tanya kakek Zhang saat sudah melihat mereka berdua kembali.
Cheng Mai dan Xiao Dan mengangguk.
“Bagaimana keputusannya?” tanya kakek Zhang penasaran.
“Kami berdua memutuskan untuk pulang kembali ke rumah besok,” jawab Cheng Mai.
“Kamu setuju untuk pulang,” jawab Dou Dou senang.
“Akhirnya aku bisa pulang juga, aku sudah merindukan kasur empuk ku,” ucap Jin Mei gembira.
Kakek Zhang tertawa kecil mendengar perkataan Jin Mei.
“Baguslah kakek akan mengantar kalian besok,” tawar kakek Zhang.
(Xiao Dan tersenyum) “Tapi sebelum pulang Cheng Mai ingin mencari ayahnya dulu,” pinta Xiao Dan sambil melihat kearah Cheng Mai.
(Cheng Mai membalas senyumnya) “Soalnya aku percaya ayahku pasti masih hidup. Mohon bantuannya,” ucap Cheng Mai pda Kakek Zhang sambil membungkukkan badannya.
“Baiklah!” jawab kakek Zhang menyetujui.
“Kami pasti akan membantumu kita kan sahabat,” kata Jin Mei sambil tersenyum.
“Aku juga akan membantu,” timpal Dou Dou semangat.
"Hemm." Cheng Mai mengangguk.
Karena hari sudah menjelang malam. Mereka memutuskan untuk istirahat.
Bersambung...... 🦀🦀🦀
...“Perasaan rindu memang tak bisa dipungkiri. Rasa kepedulian dan saling memikirkan teman juga adalah hal penting. Selalu ingat jangan egois! Karena dapat merugikan diri kita dan orang lain. Jika ada masalah bisa kita bicarakan baik-baik dengan kepala dingin untuk menyelesaikan"...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Ya ampun memang cukup waspada banget ya, ujungny gak akan bisa mengendalikan diri hingga hal yang harusnya gak terjadi malah ngulang. Cukup meresahkan
2023-11-24
2
Aku kamu tak terpisahkan
Cheng Mai kamu hilang di taman di cari itu oleh bapak dan ibumu
2023-11-24
1
@Yayang Risa Saling 💖❣️💗💕💞
Kasihan kedua orang tua Cheng Mai karena Cheng Mai tiba tiba hilang
2023-11-24
1