Liburan musim panas telah tiba. Cheng Mai telah bangun lebih awal. Ia mengecek barang bawaannya takut ada yang ketinggalan. Cheng Mai sudah seminggu ditinggal sendirian di rumah. Cheng Mai lalu mengirim pesan kepada ayahnya bahwa ia akan berlibur bersama ke rumah neneknya Dou Dou. Cheng Mai memutuskan tak memberi tahu ayahnya bahwa ia akan ke pulau terlarang karena pasti tak di izinkan. Setelah dirasa tak ada yang ketinggalan, Cheng Mai pun pergi meninggalkan rumah.
Diperjalanan, sebelum menuju ke sekolah Cheng Mai membeli beberapa bakpao untuk sarapan dan bekal untuk nanti.
Cheng Mai sudah tiba di sekolah. Disana sudah ada Jin Mei dan Dou Dou sedang mengobrol. Mereka telah mendapatkan izin orang tuanya dengan berbohong. Mereka bilang bahwa akan berlibur ke rumah nenek Dou Dou yang berada di Pulau Shamian. Karena pulau itu dekat dengan pulau terlarang. Cheng Mai menghampiri kedua temannya itu.
“Selamat pagi! Mana Xiao Dan?” sapanya sambil bertanya pada kedua temannya.
“Selamat pagi!” jawab Dou Dou sambil membuka snack jajannya.
“Pagi! Xiao Dan sepertinya akan terlambat, tadi dia chat, katanya ada masalah,” tambah Jin Mei.
Dirumah Xiao Dan.
Xiao Dan sedang berusaha lompat dari jendela rumahnya untuk kabur. Ia tidak bisa pergi sebab Ibu Xiao Dan ingin ia belajar. Kebetulan saat itu Ibu Xiao Dan sedang ada urusan di luar. Xiao Dan berhasil lolos dan berlari agar tak ketahuan oleh ibunya. Disaat berlari ia bertemu tetangganya Pak Bei yang bekerja sebagai supir taksi dan meminta untuk mengantarnya ke sekolah untuk menjemput teman-temannya.
“Bukankah itu Xiao Dan bersama seseorang.” Cheng Mai menunjuk ke arah mobil yang mendekat.
“Ayo masuk!” ajak Xiao Dan dari dalam mobil.
Mereka pun masuk ke dalam mobil sambil menyapa orang disebelahnya.
“Halo paman!” sapa mereka bertiga.
Orang itu hanya mengangkat tangan, tanda menyapa.
Xiao Dan yang tadinya duduk disebelah Pak Bei tiba-tiba pindah untuk bergabung bersama kami dibangku belakang.
“Siapa orang yang ada disebelah mu tadi?” tanya Cheng Mai penasaran.
“Oh itu tetanggaku Pak Bei. Ia orang baik kok,” jawab Xiao Dan.
“Oh begitu," ucap Cheng Mai singkat.
“Bagaimana? Aman,” bisik Xiao Dan.
“Aman terkendali kapten. Orang tua kita tak ada yang curiga," jawab Jin Mei melapor.
"Kau sendiri bagaimana?" tanya Dou Dou pada Xiao Dan.
“Aku tadi kabur dari rumah, untung aku bertemu Pak Bei yang bersedia menolongku. Jadi aku bilang saja aku ingin berlibur bersama kalian tapi dilarang oleh ibuku. Terus Pak Bei mau mengantarku dan akan menjelaskan padanya nanti jika bertemu” jelas Xiao Dan masih berbisik.
“Apa? Kamu kabur dari rumah. Kenapa ibumu melarang mu?” tanya Cheng Mai kaget serta penasaran.
“Ibuku ingin aku belajar selama liburan. Aku hanya bilang ingin berlibur bersama kalian padahal,” jelas Xiao Dan.
“Pulau Terlarang berbahaya kalian berani?” tanya Dou Dou tiba-tiba sambil terus makan.
Belum sempat dijawab Pak Bei tiba-tiba menyela karena mendengar kata "Pulau Terlarang."
“Pulau Terlarang apa? Bukankah tadi kamu bilang akan berlibur bersama,” tanyanya tiba-tiba.
“Emm..., tidak Paman. Paman salah dengar, kita memang akan berlibur kok,” jawab Xiao Dan cepat sambil menendang kaki Dou Dou yang ada di depannya. Dou Dou merasa kesakitan.
“Mungkin paman teringat Pulau Terlarang yang sedang ramai di bicarakan di internet. Ngomong-ngomong soal Pulau Terlarang, kata orang tempat itu sangat berbahaya. Banyak orang tidak selamat jika pergi kesana. Dulu entah beberapa tahun silam ada segerombolan bocah nekat seumuran kalian pergi mencari harta karun di pulau itu,” cerita Pak Bei.
“Te-te-terus selanjutnya," pinta Dou Dou dengan terbata-bata.
“Mereka hilang saat sedang mencari harta karun di pulau itu dan tak ada kabar sampai sekarang,” cerita Pak Bei lagi sambil tetap menyetir.
Mendengar cerita Pak Bei, terasa seperti sedang menakut-nakuti mereka.
Cheng Mai menelan ludahnya, “Hah benarkah. Paman tau dari mana?” tanya Cheng Mai.
“Itu tidak penting, itu hanyalah cerita lama yang pernah paman dengar, paman sarankan kalian jangan coba-coba seperti mereka atau nasib kalian akan sama,” saran Pak Bei. “Tapi paman percaya kalian anak-anak baik pasti tidak akan nekad, kalian benar akan berlibur kan?" tanyanya memastikan kembali.
Mereka hanya diam dan saling pandang saja.
“Waduh, seperti kita,” bisik Jin Mei pelan. Cheng Mai dan lainnya hanya saling tatap. Jin Mei pun langsung menutup mulutnya.
“Oh iya, kudengar salah satu ayah dari kalian katanya juga sedang pergi kesana. Semoga tidak terjadi apa-apa padanya," tambah Pak Bei sambil berharap.
“Iya paman, semoga saja,” jawab Cheng Mai singkat sambil mengangkat alisnya.
Sepanjang jalan mereka tertidur. Pak Bei tetap melanjutkan perjalanan mengantar kami. Di waktu yang sama ternyata ayah Cheng Mai dan temanya baru sampai di pelabuhan Guangzhou. Mereka baru akan berangkat ke Pulau Terlarang terlarang dengan kapal pesiar. Mereka ternyata menunda keberangkatan karena ada masalah sebelumnya.
Sebelum berangkat.
Cheng Xin, ayah Cheng Mai semakin merasa gelisah karena banyak orang tahu tentang harta karun itu. Bahkan ia takut anaknya juga ikut mencarinya. Cheng Xin tak tenang lalu ia menelpon seseorang yang berada di Tim ilmuwan Tiongkok.
“Halo! Dengan Tim Ilmuwan Tiongkok,” panggil Cheng Xin ditelepon.
“Iya ada yang bisa kami bantu?” tanya penerima telepon.
“Tolong beritahu profesor tim anda, kalau saya akan turun tangan sendiri pergi ke sana dan sebelum itu saya ingin menemuinya terlebih dahulu," pintanya.
“Baiklah saya mengerti!” ucap penerima telepon.
Cheng Xin lalu mengirim pesan pada Cheng Mai lewat chat bahwa dia tidak bisa pulang karena ada urusan dan memastikan bahwa ia akan berada di rumah selam liburan berlangsung. Setelah selesai mengabari anaknya, Cheng Xin lalu menelpon kembali. Kini Cheng Xin menelepon temannya Sing.
“Halo Sing! Bolehkah kita mundur dua hari untuk berangkat ke pulau terlarang,” pinta Cheng Xin di telepon. Sing lalu meminta persetujuan bosnya.
“Gimana Bos?” tanya Sing pada Bos Yang. Bos Yang mengangguk setuju.
“Ok baiklah kami setuju, kau mau ke mana memangnya?” tanya Sing.
Belum sempat dijawab Cheng Xin lalu segera menutup teleponnya. Cheng Xin akan kembali menemui profesor untuk membahasnya lebih lanjut.
... 🗺️🗺️🗺️🗺️🗺️🗺️...
Kembali di Pelabuhan Guangzhou.
Bos Yang, Cheng Xin, dan Sing serta bawahannya masuk ke kapal. Bos Yang menyuruh nahkoda kapal untuk segera berangkat.
“Ayo berangkat! Tunggu apa lagi!” perintah Bos Yang. Nahkoda pun menganggukkan kepalanya.
Cheng Xin lalu melihat hpnya dan mendapat chat dari anaknya bahwa Cheng Mai akan berlibur bersama temannya. Cheng Xin sekarang bisa tenang pergi ke pulau terlarang tanpa rasa khawatir.
Cheng Xin memberi tahu pada mereka untuk berhati-hati saat di pulau itu. Cheng Xin menceritakan kisah yang sama seperti cerita tetangga Xiao Dan tadi.
Tim pemburu kecil telah sampai di pelabuhan Guangzhou. Pak Bei pamit setelah menurunkan kami dan berpesan agar hati-hati. Kami pun tak lupa berterima kasih padanya. Tiba-tiba Dou Dou melihat tim pusat arkeologi yang sudah ada di kapal.
“Cheng Cheng, bukankah itu tim ayahmu?" tunjuk Dou Dou ke arah dermaga. Cheng Mai melihat ke arah yang ditunjuk temannya.
“Iya benar. Itu ayahmu kan? Bukankah kamu bilang tim ayahmu telah berangkat duluan,” timpal Jin Mei.
Cheng Mai mengajak temannya bersembunyi supaya tak terlihat oleh ayahnya atau rekan timnya.
“Aku juga tidak tahu” jawab Cheng Mai sambil bersembunyi.
“Terus bagaimana?” Xiao Dan merasa khawatir.
“Kita pulang saja lagi pula setelah mendengar cerita paman Xiao Dan aku sedikit tak yakin,” usul Dou Dou.
“Yang benar saja kamu, kita sudah setengah jalan kita tak boleh menyerah. Lagi pula itu hanya cerita,” jawab Cheng Mai memarahi Dou Dou sambil memukul kepalanya karena tidak setuju. Cheng Mai memang gadis yang berani dan pantang menyerah.
Cheng Mai, Xiao Dan, dan Jin Mei menatap Dou Dou penuh kesal. Dou Dou mengusap kepalanya karena pukulan Cheng Mai terlalu keras.
“Bagaimana kalau kita kesana menunggu kapal mereka jauh?” usul Cheng Mai bertanya pada temannya. “Ayo kita membeli tiket kapal segera,” sarannya. Mereka mengangguk setuju.
Mereka berempat menuju ke tempat kapal tapi kapal yang ditumpangi tim ayah Cheng Mai adalah kapal terakhir. Jika ingin menaiki kapal mereka harus menunggu kapal kembali besok. Mereka pun memutuskan menyewa perahu saja.
Saat Xiao Dan sedang membayar sewa perahu, Jin Mei tiba-tiba jatuh kerena ditabrak oleh wanita setengah paruh baya. Dilihat dari pakainya wanita itu tampak seperti seorang ilmuwan.
“Aduh...,” teriak Jin Mei kesakitan.
Wanita itu hanya menoleh dan berjalan kembali tanpa meminta maaf atau membantunya. Lalu Cheng Mai segera menolong temannya itu.
“Kamu tidak apa-apa Mei?” tanya Cheng Mai khawatir.
“Tidak apa-apa hanya terkilir sedikit,” jawab Jin Mei menahan rasa sakit.
“Hey, kamu siapa seenaknya menabrak orang. Cepat minta maaf!” seru Cheng Mai marah karena seenaknya.
Wanita itu tetap tidak menanggapinya sama sekali dan terus berjalan ke arah perahu. Melihat itu, membuat Cheng Mai dan teman-temannya makin kesal.
Xiao Dan yang sedang membayar sewa perahu, menoleh ke arah Cheng Mei dan lainnya. Xiao Dan melihat temanya sedang beradu mulut. Xiao Dan pun menghampirinya.
“Sudah Cheng Mai biar aku saja yang bicara,” bela Xiao Dan menenangkan Cheng Mai.
“Anda siapa?” Sombong sekali, Anda seharusnya minta maaf pada teman kami,” kata Xiao Dan kepada wanita itu.
Hufh. Meniup poni rambutnya. “Perkenalkan namaku Fan Fan atau bisa dipanggil Miss Fan aku seorang ilmuwan yang sedang berlibur," kata Mis Fan memperkenalkan dirinya.
Miss Fan, seorang ilmuwan yang baru saja tiba di Guangzhou, China setelah berhasil menyelesaikan pendidikannya di Amerika. Ia datang ke sini karena ada sesuatu yang ingin dicarinya.
“Emmm Miss Fan, kami ingin anda minta maaf pada kami saja,” pinta Xiao Dan sopan.
“Aku minta maaf boleh saja asal kalian mau memberikan kapal ini padaku,” kata Miss Fan sambil mengedipkan matanya ke Xiao Dan.
Xiao Dan merasa jijik melihat kedipan mata Miss Fan. Cheng Mai, Jin Mei dan Dou Dou hanya tertawa kecil melihat tingkah Xiao Dan begitu. Sepertinya Miss Fan tertarik pada Xiao Dan karena tampan.
“Tidak bisa begitu. Kami baru saja membayarnya dengan uang saku yang kami punya. Kalau tak percaya tanya saja pada pemiliknya,” jawab Cheng Mai lantang.
“Apakah benar Pak ?” tanya Miss Fan kepada pemilik perahu.
“Benar Nona. Perahu ini sudah mereka bayar,” kata pemilik perahu.
“Bagaimana kalau aku membayar dua kali lipat dari harga yang sudah mereka bayar?” tawar Miss Fan padanya.
“Aku saja merelakan uang jajanku. Dasar wanita tak tahu diri,” gumam Dou Dou pelan.
“Maaf Nona, anda jangan begitu. Mereka telah membayar terlebih dahulu sebelum anda,” tolak pemilik perahu.
“Bagaimana kalau kita berbagi perahu bersama? Kalian akan ke pulau itu juga,” tawar Miss Fan pada kami sambil menunjuk sebuah pulau diseberang sana.
“Kalian akan pergi ke pulau terlarang?” tanya pemilik perahu kepada mereka dengan rasa was-was.
“Oh tidak kami tidak ke sana. Kami akan ke pulau seberang nya.”
“Kami akan mengunjungi rumah nenek teman kami, Dou Dou” jawab Xiao Dan berbohong.
“Oh sudahlah tak apa aku cari cara sendiri. Kalian lanjutkan saja,” ucap Miss Fan memberi izin pada kami dengan nada sedikit kesal.
Kami pun segera menuju ke perahu dan melewati Miss Fan. Miss Fan tersenyum getir kepada kami. Kami pun menaiki perahu dengan hati-hati dan meninggalkan Miss Fan. Karena kesal Miss Fan juga pergi menjauh meninggalkan kami.
“Dan Dan sepertinya Miss Fan tertarik padamu,” canda Dou Dou kepada Xiao Dan sambil menahan tawa.
“Diam kamu,” sangkal Xiao Dan. Xiao Dan merajuk dan berjalan cepat ke arah perahu mengabaikan Dou Dou.
Pemilik perahu menawarkan untuk mengantar kami. Kami sempat menolak tapi ternyata pemilik perahu sudah tahu bahwa kami berbohong.
“Mari saya antar,” tawar pemilik perahu.
“Eh tidak usah kami bisa sendiri,” tolak kami.
“Aku sudah tahu kalian berbohong kan. Kalian sebenarnya ingin pergi kesana juga," katanya sambil menunjuk ke tempat pulau terlarang.
“Maaf Pak kami memang berbohong. Jika kami memberitahu bahwa kami ingin ke Pulau Terlarang. Bapak pasti tidak mengizinkannya,” jelas Cheng Mei jujur.
“Karena kalian anak-anak jujur dan pemberani, jadi Bapak maklum kan,” ucap pemilik perahu memaafkan.
“Terimakasih Pak.” Kami berterima kasih pada pemilik perahu karena tidak marah. Dengan bantuan pemilik perahu kami pergi meninggalkan pelabuhan.
Bersambung......⚓⚓⚓
...“Jangan sekali-kali berbohong karena walau kita sudah menutup-nutupinya lama-kelamaan akan ketahuan juga"...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Rania Indani
Pesan dan amanat ttg brbohong dlm cerita ini trsmpaikn skali kpd pmbaca.
2023-12-27
0
🍒⃞⃟•§¢•🎀CantikaSaviraᴳᴿ🐅
akhirnya mereka pergi ke pulau terlarang juga😔
2023-12-16
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari
Waduh, kalau udah nekat susah atu ma. Gak akan ada obat penghalang
2023-11-24
2