Di Kota Guangzhou, China waktu setempat. Di sebuah perumahan tepatnya di rumah Xiao Dan. Ibu Xiao Dan sedang merasa gelisah karena anaknya sudah berminggu-minggu tak pulang-pulang. Ya ternyata mereka hampir satu bulan belum kembali. Ibu Xiao Dan mencoba terus-menerus untuk menghubungi Xiao Dan, namun telepon selalu sedang di luar jangkauan.
Xiao Feng itulah nama ibu Xiao Dan. Seorang Dosen ternama yang mengajar di Universitas Zhongshan. Dirinya waktu itu lagi dilanda sibuk-sibuknya. Makanya dirinya hanya tau kalo Xiao Dan pergi dari rumah lewat pesan WhatsApp nya. Padahal dirinya sudah melarang anaknya untuk pergi dan tetap belajar. Tapi ternyata malah kabur dan belum pulang juga sampai sekarang.
"Haish kemana bocah nakal itu pergi," ucapnya sambil memencet nomer telepon anaknya.
"Kenapa juga ini telepon tak tersambung ke handphone Xiao Dan," gerutunya kesal karena telpon tak tersambung ke anaknya.
"Awas aja kalo pulang, ibu bakal hukum kamu untuk belajar terus dan tak diperbolehkan main sama teman mu," ancamnya sambil menahan emosinya.
Lalu Bu Feng keluar rumah dan berencana ke rumah Jin Mei untuk menanyakan keberadaan putranya. Kebetulan sekali pak Bei datang dan menghentikan mobilnya karena melihat Bu Feng. Ia lalu menyapanya.
"Selamat pagi Bu Feng! Mau kemana pagi-pagi begini?" sapa Pak Bei sambil bertanya dari dalam mobil.
"Pagi Pak Bei, mau ke rumah nak Jin Mei, tanya soal anak saya," jawabnya buru-buru.
"Bukannya Nak Jin Mei sedang pergi bersama putra Ibu dan juga teman-teman yang lainnya," tutur Pak Bei.
"Lah kok Pak Bei tau!" Kaget Bu Feng tampak heran.
"Ya tau lah Bu Feng orang saya sendiri yang mengantarkan mereka ke pelabuhan," katanya.
"Lho kok ke pelabuhan pak mereka mau kemana?" tanyanya heran.
"Oh iya saya belum bilang ke Ibu, Xio Dan bilang mau ke rumah nenek Dou Dou rame-rame," jelas Pak Bei.
"Maksudnya ke Pulau Samian," tebaknya.
"Iya Bu, coba Ibu telepon nenek Pang Dou untuk menanyakan kabarnya," suruh Pak Bei padanya.
"Baiklah Pak saya akan menelpon nya. Terimakasih ya pak sudah memberitahu," kata Bu Feng mengerti lalu berterimakasih padanya.
"Sama-sama Bu Feng. Kalo begitu saya permisi narik dulu," ucap pak Bei lalu berpamitan.
"Iya silahkan Pak. Hati-hati," balas Bu Feng.
Setelah pak Bei melajukan mobilnya dan menghilang, Bu Feng langsung mencari nomer Nenek Dou dan menelponnya. Tak lama menunggu telepon pun tersambung.
"Halo dengan nenek Dou Dou," sapanya setelah tersambung.
"Iya ini siapa ya?" tanya nenek Dou Dou bingung.
"Oh saya ibu teman Dou Dou, ingin bertanya bagaimana kabar anak-anak disana? Kapan pulang katanya?" jawab Bu Feng yang disertai dengan deretan pertanyaan.
"Hah, maaf Bu tapi tak ada siapa-siapa disini kecuali kakek, cucu nenek mana mau ke pulau yang jauh ini." Nenek Dou Dou seketika terkejut dan menjelaskan kalo anak Bu Feng dan teman-temannya tidak disana.
"Apa ne jadi maksudnya anakku dan teman-temannya tidak berlibur disana," ucap Bu Feng kaget mengetahui hal itu.
"Tidak Bu, saya bahkan tak tau mereka kemana, cucu saya juga tak ada kabar," jelasnya.
"Astaga kemana anak-anak nakal ini," gumamnya pelan sambil menjauhkan ponselnya dari telinga.
'Ya sudah ne saya tutup dulu terimakasih," ucapnya setelah mengembalikan posisi teleponnya ke telinga.
"Sama-sama Bu," balas nenek Dou Dou.
Telepon pun terputus. Xiao Feng lalu kembali masuk kedalam mengambil tas dan pergi ke kantor polisi untuk melapor.
...🦴🦴🦴🦴🦴🦴...
Sementara keadaan di gua pulau Terlarang. Kondisi Cheng Mai sudah mulai membaik sekarang. Itu pasti berkat obat herbal yang diberikan Kakek Zhang padanya. Cheng Mai akhirnya membuka matanya. Teman-temannya serta Kakek Zhang sangat senang dan mulai menanyakan keadaannya.
"Nak Cheng bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Kakek Zhang memastikan.
"Uhuk uhuk sudah jauh mendingan kek," jawab Cheng Mai sambil batuk.
"Syukurlah," ucap Kakek Zhang dan lainnya senang. Teman-temannya tersenyum pada Cheng Mai dan dibalas dengan senyuman olehnya.
"Udah sembuh kan? Ayo lah kita jalan lagi," sela Gou Gou dengan tatapan tak senang.
"Iya Gou, apa kamu sanggup berjalan nak Cheng?" jawab Kakek Zhang lalu beralih bertanya pada Cheng Mai.
"Sepertinya bisa kek," jawabnya mengangguk.
"Baiklah." Mereka semua mulai beranjak dan hendak meninggalkan tempat tersebut. Namun ternyata saat beranjak ada seseorang yang memanggil Cheng Mai dari kejauhan. Suara orang itu tak asing, Cheng Mai pun menengok nya dan ternyata itu adalah ayahnya.
"Cheng Mai...," panggil seseorang dari belakang.
"Ayah...." Cheng Mai menengok dan tersenyum sambil berlari senang ke arah Cheng Xin.
Keduanya kini akhirnya dipertemukan kembali. Mereka berpelukan satu sama lain. sementara Bon Bon dan Ban Ban malah dimarahi oleh Gou Gou karena meninggalkan bosnya.
"Kalian berdua dasar anak buah tak tahu diri apa ini mau peluk juga kaya mereka." Bon Bon dan Ban Ban yang tadinya ingin juga berpelukan jadi mengurungkan niatnya. Bukannya mendapat pelukan hangat, mereka berdua malah mendapat cacian dari bosnya.
"Ish Bos ini kita berdua juga rindu Bos," rengek Ban Ban.
"Tak ada rindu rindu an beraninya kalian berdua meninggalkan bosnya sendirian," katanya sambil berkacak pinggang.
"Maaf lah Bos kami berdua panik, kita semua panik malah," ucap Bon Bon.
"Iya iya lah," kata Gou Gou sambil mengibaskan tangannya.
"Bos, peta masih sama bos," bisik Bon-Bon padanya.
"Masih aman ini," jawabnya.
"Mantap Bos, lanjut lagi kan ini?" puji Ban Ban sambil mengacungkan jempolnya lalu bertanya memastikan.
"Iya ayo tagih mereka," jawabnya sambil menyuruh.
"Heh kalian sudah sudah jangan pelukan lama-lama lebay sekali. Ayo kita berangkat lagi. kita sekarang kemana ini?" Gou Gou menghentikan acara pelukan mereka dan menyuruhnya untuk segera melanjutkan perjalanannya lagi.
Mereka semua melepaskan pelukannya masing-masing. Kakek Zhang lalu menghampiri Gou Gou untuk melihat petanya. Kakek Zhang menunjuk ke arah selatan yang berarti mereka harus berjalan ke arah tersebut. Mereka lalu mulai berjalan kembali sesuai arah yang di tunjukkan Kakek Zhang.
...🛥️🛥️🛥️🛥️🛥️🛥️...
Kembali ke Kota Guangzhou. Feng sekarang sudah berada di kantor polisi bersama ibunya Jin Mei. Mereka berdua melaporkan akan hilangnya anak mereka. Dan setelah ditelusuri anak-anak mereka memang terakhir kali terlihat di pelabuhan Guangzhou.
"Lihat apakah ini anak-anak kalian berdua?" tunjuk Pak Petugas ke arah cctv pelabuhan.
"Ya iya itu Dan Dan dan Jin Mei ada juga Dou Dou dan anaknya pak Cheng, si Cheng Mai, jawab Feng langsung.
'Kira-kira Bapak tau tidak mereka mau pergi kemana?" tanya Ibu Jin Mei.
"Dari informasi yang saya terima mereka berempat menuju ke Pulau Terlarang," jawabnya.
"Bocah nakal itu pasti dia biang keroknya," tuduh Feng langsung.
"Maksud Bu Feng siapa?" tanya Ibu Jin Mei tak mengerti.
"Siapa lagi kalo bukan si Cheng Mai anak Cheng Xin itu, dia berani-beraninya mengajak anak-anak kita ke pulau yang berbahaya," jawabnya sedikit marah.
"Mungkin ada alasannya kenapa mereka pergi kesana," tebak Ibu Jin Mei.
"Alasan apa aku tau betul Cheng Mai ini tak punya seorang ibu yang menjaganya ditambah ayahnya yang sibuk sama penelitiannya. mana ada waktu untuk mengurus si Cheng Mai Cheng Mai itu. dan lihat sekarang dia tumbuh jadi anak yang bandel dan seenaknya," tukasnya sambil menghina Cheng Mai.
"Hush Bu Feng jangan bilang begitu," suruh ibu Jin Mei padanya.
"Aku tak mau tau ya bapak harus segera menemukan mereka," suruh Feng tegas kepada petugas kepolisian.
"Baik baik Bu kami pasti akan berusaha menemukan mereka," jawabnya sambil manggut-manggut.
"Oh iya satu lagi kenapa aku telepon anak ku tadi tak bisa diangkat apa disana benar-benar tak ada sinyal?" celetuk Feng bertanya.
"Benar Ibu Pulau Terlarang dikenal dengan apitan gunung berapi nya makanya sinyal akan susah untuk didapatkan," jawab Pak Petugas.
"Oh begitu pantas saja tak menyambung," ucapnya mengerti.
"Baik lah pak kami berdua permisi dulu," pamit Feng sambil beranjak dari kursi
Bu Feng dah ibu dari jin Mei pergi meninggalkan kantor polisi. Mereka berharap anak-anak mereka bisa selamat. Tapi Bu Feng sepertinya sangat tak menyukai Cheng Mai. Dirinya bahkan menghina Cheng Mai yang bandel karena tumbuh tanpa dengan didikan ibunya. Para orang tua juga menduga itu semua ulah Cheng Mai yang mengajak teman-temannya ke lubang buaya.
Memang benar yang di ucapkan oleh Bu Feng kalo dirinya hanya membawa teman-temannya menuju bahaya. Namun Cheng Mai tidak akan membiarkan teman-temannya terluka sedikitpun. Sesulit apapun rintangannya mereka akan saling melindungi satu sama lain.
...💀💀💀💀💀💀...
Kini Cheng Mai dan lainnya sudah mulai berjalan menyelusuri gua kembali. Tiba-tiba Gou Gou menghentikan langkah kakinya dan membuat mereka ikutan berhenti
"Ada apa Bos?" tanya Bon Bon heran.
"Kenapa ku rasa kita sangat lama sampai," ujarnya.
"Kan jauh bos lama patutlah," kata Ban Ban.
"Ah jangan-jangan....," pikir Gou Gou berhenti.
"Hey kalian jangan-jangan kalian semua membohongi kami ya." Gou Gou seketika menengok kebelakang dan langsung menuduh Cheng Xin dan lainnya.
"Tidak Gou itu adalah peta yang benar," jawab Cheng Xin.
"Awas saja kalian semua menipu kami, aku tak akan segan-segan membunuh dan membuat kalian menjadi santapan monster-monster yang ada di hutan ini," ancamnya tak tanggung-tanggung.
"Sudahlah Gou, kakek rasa itu peta yang benar. perjalanan ini memang sangat jauh dan memakan waktu. Bersabarlah," ujar Kakek Zhang.
"Ok ok sabar dan sabar terus yang kau bicarakan. Cepatlah jalan kembali!" Gou Gou terpaksa mengiyakan Kakek Zhang dengan kesal, dirinya lalu menyuruhnya untuk berjalan kembali.
Mereka semua berjalan kembali. Gou Gou tampak sangat kesal karena disuruh sabar terus-menerus. Dirinya memang sangat ambisi sekali dengan keinginannya untuk mendapatkan harta Karun tersebut yang kabarnya hanya satu biji saja. Namun harganya sangat bernilai puluh puluhan milyar. Itulah yang menyebabkan Gou Gou ingin cepat menemukan harta Karun tersebut.
Cheng Mai yang sedang berjalan di depan lebih dulu dari ayahnya, tiba-tiba mundur ke belakang. Ia lalu diam-diam berbisik pada ayahnya.
"Ayah aku mau bicara sebentar dengan ayah," bisiknya.
"Bicara apa Cheng Mai?" tanya ayahnya.
"Hush.... kita mundur perlahan menjauh," bisiknya pelan sambil meletakkan telunjuknya ke bibir. Cheng Xin mengerti dan mengangguk.
Cheng Mai dan ayahnya secara diam-diam mundur ke belakang dan membiarkan yang lainnya jalan duluan. Setelah dirasa aman Cheng Mai langsung membuka isi tasnya dan mengeluarkan sebuah benda.
"Ayah lihatlah ini peta asli yang sebenarnya." Cheng Mai menunjukkan peta asli sesungguhnya yang ia dapatkan dari laci ayahnya. Dan apa reaksi Cheng Xin? Dirinya terkejut tak percaya.
"Apa???"
Bersambung....⚔️⚔️⚔️
..."Jangan pernah menghina seorang anak yang tumbuh tanpa hadirnya sosok ibu/bapak itu bandel dan nakal karena tak selamanya yang tumbuh tanpa hadirnya sosok mereka memiliki sifat tersebut dan malah mungkin sebaliknya."...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
lagi ngebolang buu
2024-01-02
0
@Yayang ♡ Risa
Ibunya Xiao Dan pasti cemas karena Xiao Dan belum pulang ke rumah
2023-11-16
0
off
ada yang curiga tapi siapa orang itu?
2023-11-15
0