Kedatangan Melani

Sudah seminggu Sekar dan Rena di rumahnya. Setelah kabar gembira tentang kehamilan Sekar kemarin. Membuat Andre begitu senang karena istri dan anaknya ada di rumah sekarang. Walaupun sekarang Sekar jarang sekali tersenyum padanya dan tak mau berciuman lagi dengannya. Namun, Andre tak peduli. Yang terpenting Sekar melayani seperti biasanya. Dari mempersiapkan makanan di atas meja dan mengantarnya ke depan pintu jika ingin berangkat ke kantor.

"Ayah, masakan Bunda enak kan?" tanya Rena sambil menyendok nasi di piring.

Saat ini keluarga kecil itu tengah menyantap sarapan bersama-sama di ruang makan.

Andre mengunyah cepat makanan. Lalu melempar senyum manis ke arah Rena. "Iya dong, Bunda kan memang pandai memasak, makanya nanti Rena juga harus bisa memasak ya."

"Hehe, oke Ayah. Nanti Rena bakalan ikut masterchef, hihi," sahut Rena diiringi cekikikan.

Sekar enggan menanggapi keduanya. Dia asik menatap nasi goreng di hadapannya.

"Sekar, kok diam?" Andre sedikit bingung, mengapa Sekar tak menimpali obrolannya dan Rena.

Sekar meletakkan sendok di sisi piring lalu menatap datar Andre. "Aku lagi capek Mas, iya makananku memang enak kan."

Nada Sekar terdengar dingin di telinga Andre. Namun, Andre memakluminya mungkin faktor hamil dan Sekar sepertinya belum memaafkan dirinya sepenuhnya.

"Hm, baiklah, nanti kamu istirahat ya, jangan ke butik dulu," ucap Andre sambil menyentuh punggung tangan Sekar.

Sekar terpaksa melempar senyumannya. Secara perlahan menjauhkan tangannya dari tangan Andre. Kemudian beranjak dari kursi.

"Aku mau ke dapur dulu ya, mau ambil sambal," ujar Sekar seketika.

"Oke, jangan lama, sebentar lagi aku berangkat."

"Hm." Sekar berlalu pergi dari ruangan.

"Ayah, kapan adiknya Rena datang?" tanya Rena tiba-tiba.

Andre mengulas senyum, lalu berkata,"Masih lama Sayang, sembilan bulan lagi.

"Yah! Kok lama banget ya, apa nggak bisa cepat gitu, biar Rena ada temannya." Pipi Rena yang bula menggembul seketika.

"Minta sama Allah, biar cepat adiknya datang ya, Sayang." Andre bermaksud memberi pengertian kepada anaknya. Dia mengelus pelan rambut panjang Rena sejenak.

"Oke deh, nanti malam Rena doa," jawab Rena pasrah.

Lima menit kemudian, Andre kebingungan, mengapa Sekar tak kunjung datang. Dia pun akhirnya memutuskan pergi ke dapur sebentar hendak memeriksa Sekar.

"Rena tunggu di sini sebentar ya, Ayah mau ke dapur dulu," ucap Andre kepada Rena sebelum pergi ke dapur.

"Oke Ayah!"

Andre langsung melangkahkan kaki menuju dapur. Sesampainya di dapur, ia mengedarkan pandangan di sekitar. Saat tak melihat keberadaan Sekar. Andre panik seketika ia lalu lalang di dapur sejenak namun, ayunan kakinya terhenti ketika melihat melalui kaca pembatas antara dapur bersih dan dapur kotor. Sekar berada di depan wastafel. Andre menyipitkan mata, menatap heran, kala melihat Sekar sedang menggosok-gosok tangannya dengan sangat kuat sekarang.

"Apa yang Sekar lakukan? Apa dia ingin membuat kulitnya terluka?" Andre melangkahkan kaki, mendekati Sekar.

"Sekar, apa kamu gila?!" tanya Andre sambil menutup keran.

Sekar menoleh. Menatap datar Andre. "Kamu mau berangkat?" Bukannya membalas perkataan suaminya, Sekar malah balik bertanya.

Andre kebingungan. "Iya, aku mau berangkat, kamu kenapa Sayang? Jangan seperti ini, lihatlah tanganmu sampai merah," ucapnya sambil mengambil tangan Sekar dan menggelap pelan tangannya.

Sekar sama sekali tak memberi tanggapan. Dia hanya diam saja, melihat Andre tengah sibuk menggeringkan tangannya.

"Ayo kita ke depan, Rena menunggumu Sayang."

Sekar diam saja.

Andre menghela napas kasar lalu menggandeng tangan Sekar, menuntunnya berjalan ke ruang makan.

Di teras rumah.

"Ayah akan pulang cepat malam ini," ucap Andre sebelum menutup pintu mobil.

"Hehe iya Ayah, Rena tunggu ya, malam ini Rena mau Ayah bacain dongeng untuk Rena," ucap Rena kemudian.

"Oke!" Andre membungkukan badan lalu mengecup gemas pipi bulat Rena. "Muach, anak Ayah bau acem," kelakarnya sambil mengapit pelan hidung anaknya.

"Ish! Nggak bau tahu, Ayah tu yang bau!" Rena cemberut seketika.

Andre terkekeh pelan lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Sekar dan mengecup sekilas bibir sang istri. "Aku pergi ya."

Sekar mengangguk pelan.

Selepas kepergian Andre. Sekar mengajak Rena untuk masuk ke dalam rumah.

"Rena, masuk ke kamar dulu ya, nanti Bunda menyusul," ucap Sekar pada Rena seketika.

"Iya Bunda, jangan lama nanti Rena telat masuk sekolah."

"Iya."

Setelah melihat Rena benar-benar masuk ke dalam kamar. Sekar pergi ke kamar lalu menganti sprei miliknya. Melihat sprei sudah rapi, dia pun pergi ke kamar mandi lalu berdiri di hadapan wastafel dengan tatapan datar. Sekar mengusap-usap bibirnya seketika sambil menitihkan air matanya.

*

*

*

Di kantor.

Waktu menunjukan pukul satu siang. Setelah selesai menyantap bekal siang dari Sekar. Andre memijit pangkal hidungnya saat melihat tabel laporannya sedikit kacau. Dia pun memilih menyenderkan kepala di kursi dan menatap keluar jendela kantornya. Melihat awan bergerak dengan sangat lambat.

"Capek juga, hah tapi mau bagaimana lagi, aku harus cepat-cepat pulang ke rumah, nepatin janji Rena," gumamnya pelan.

Tok, tok, tok!

Ketukan pintu dari luar ruangan, mengalihkan perhatian Andre seketika. Secepat kilat ia menoleh dengan dahi berkerut kuat.

"Siapa? Siang-siang begini datang?" tanyanya heran pada diri sendiri. Sebab untuk pertama kalinya ada seseorang yang mendatangi kantornya tanpa pemberitahuan sama sekali.

"Masuk!" sahut Andre seketika.

Pintu pun terbuka lebar. Kedua mata Andre melebar, melihat siapa yang datang. Dia pun bangkit berdiri. "Melani? Ngapain kamu ke sini?"

Melani tak mengubris pertanyaan Andre. Dia malah mengunci pintu dari dalam dan melangkah cepat mendekati Andre.

"Mel? Apaan-apaan kamu Mel?"Andre sedikit panik kala melihat di hadapannya sekarang Melani melepas pakaiannya hingga menampilkan pundak mulusnya.

Secepat kilat Andde membuka jas dan melempar jas miliknya ke atas kepala Melani.

"Melani! Pakai bajumu! Aku ini sudah beristri, Mel!" sergah Andre sambil memundurkan langkah kaki.

Melani melempar jas Andre ke sembarang arah lalu melepas semua dress merahnya hingga menyisakan pakaian dalam saja.

"Apa di mata kamu aku nggak cantik, Ndre! Bukankah katamu aku ini cantik dan seksi, lalu mengapa kamu tidak membalas pesanku kemarin! Aku nggak peduli, kamu udah beristri apa belum!" seru Melani sambil berlarian mendekati Andre dan menempelkan bibirnya ke bibir pria tersebut.

Andre terkejut. Bayangan wajah Sekar dan Rena melintas dibenaknya. Secepat kilat ia mendorong tubuh Melani. Hingga wanita itu tersungkur ke lantai.

"Mel! Sadarlah, iya aku tahu kamu memang cantik, tapi aku -ahk! Mel! Jangan gila!" teriak Andre kala Melani tiba-tiba menarik celananya dalam satu kali hentakan.

"Ouch, Mel, stop!" Kedua mata Andre terpejam sesaat kala lidah Melani berselancar ria di bawah sana, membasahi burungnya yang sudah menengang sedari tadi.

Andre menikmati sentuhan yang diberikan Melani saat ini.

"Andre, aku akan membawamu ke nirwana." Melani bangkit berdiri lalu menempelkan bibirnya lagi ke bibir Andre lagi.

Jika sebelumnya Andre menolak. Namun kali ini pria itu membalas ciuman Melani dengan begitu liar.

Dari luar kaca, langit tampak menggelap seketika. Diikuti suara kilat menyambar-nyambar di atas sana. Sepertinya siang ini hujan akan turun dengan sangat deras.

Terpopuler

Comments

Maria Magdalena Indarti

Maria Magdalena Indarti

kasian Sekar. suami edan

2025-03-18

0

Erlinda

Erlinda

jijik banget aq membaca novel ini apalagi si Sekar yg super duper goblok .udah tau suami nya tukang selingkuh masih aja dipertahankan..sorry Thor aq stop sampai disini

2023-09-26

1

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

seperti nya Andre tak kan pernah berubah..

2023-08-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!