Bab 18 - Cinta tak terbalas

Setelah kejadian di hari itu, baik Mario ataupun Alyssa tak pernah lagi saling menyapa, bahkan ketika mereka tanpa sengaja saling bertatapan, dengan cepat keduanya selalu memalingkan wajahnya.

Hal itu membuat Jehana dan Alfonso jadi keheranan sendiri. Karena sejak itu juga, Alyssa tak pernah lagi berkumpul dengan Alfonso dan Jehana malah lebih seringnya sama Abram.

Kedua sahabat itu, saling bicara di kantin sekolah.

"Je, gue rasa ada sesuatu yang terjadi sama mereka berdua. Tapi gue nggak tahu apa? Setiap pagi saat gue masuk ke dalam kelas, raut wajah Mario nggak ada bahagia-bahagianya yang ada malah suram terus. Padahal kan dia selalu berangkat bareng sama Shilla."

"Sama, Ica juga gitu, murung terus kelihatannya kaya banyak pikiran gitu. Tapi, kalau kita ikut campur, gue takut malah jadi tambah runyam Fon. Soalnya ada orang lain di antara mereka. Ada Ashilla dan Abram. Meski gue pun nggak tahu sebenarnya hubungan seperti apa di antara Ica dan Abram. Tapi, keduanya kan sekarang sering bareng."

"Ah, lo bener juga sih Je. Sial! Kenapa kita jadi ikutan pusing sih mikirin mereka berdua! Huh!"

Keduanya pun lanjut makan dan minum lagi. Mencoba menghilangkan pikiran tentang Mario dan Alyssa.

*

*

Di taman sekolah, Alyssa dan Abram duduk bersama sambil makan jajan yang dibelikan oleh Alyssa. Entah keberanian darimana Abram tiba-tiba menyatakan rasa sukanya ke Alyssa. Meski tahu siapa yang ada di hati Alyssa, tapi ia tetap ingin menyatakan cintanya karena ia tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tidak mencoba berjuang.

"Alyssa, mungkin lo akan terkejut mendengarnya. Tapi, asal lo tahu, gue menyukai lo sejak pertama kali kita bertemu. Tingkah konyol lo, rengekan lo saat latihan basket, bahkan kelakuan lo yang makan tanpa jaim di hadapan gue seperti sekarang. Semua tingkah lo gue suka. Apa lo mau jadi kekasih gue?" ucap Abram dengan hati-hati.

Alyssa diam tanpa kata. Ia tidak menyangka Abram akan menyukai dirinya yang terlihat biasa saja. Ia bahkan merasa rendah diri karena Alyssa bukan siswi yang pintar seperti Abram. Lalu, hatinya juga bukan untuk Abram. Jadi, ia bingung bagaimana menjawabnya. Apalagi Abram lah yang selama ini selalu menghiburnya, menggantikan Mario mengajarkannya main basket serta mendengarkan keluh kesahnya. Ia menganggap Abram sebagai temannya tidak lebih.

Abram yang paham akan raut wajah terkejut Alyssa pun tersenyum kecut. Sebenarnya ia tahu, kalau di hati Alyssa tak pernah ada namanya. Tapi, namanya juga usaha, ya apapun akan dilakukannya.

"Padahal gue tahu siapa yang lo suka. Tapi, gue tetep nekat nyatain perasaan gue ke lo. Lo nggak usah jawab. Tapi, setelah nyatainnya, rasanya hati gue lega, seperti nggak ada beban pikiran. Gue cuma berharap, lo jangan merasa tidak enak hati dan canggung sama gue. Anggap saja pernyataan cinta tadi tak pernah lo dengar sama sekali."

"Ab ... "

Alyssa memanggil nama Abram dengan tatapan sedihnya. Ia benar-benar merasa tidak enak hati. Ia seperti seorang wanita yang mempermainkan perasaan Abram. Bahkan menjadikan Abram seperti pelampiasan rasa sakit hatinya.

"Cukup lo jadi teman gue aja, gue udah senang. Cinta itu kan tidak harus memiliki. Lagipula yang sudah dimiliki pun belum tentu bisa bertahan sampai akhir. Intinya, gue cuma mau lo jangan menghindar. Itu aja, bisa kan?"

Alyssa mengangguk dengan sedikit air mata yang menetes ke pipinya. Ia tidak pernah menyangka sebelumnya kalau ada laki-laki yang menyukainya. Apalagi laki-laki itu sangatlah baik. Tapi, apa mau dikata, hati tidak bisa dipaksa. Rasa cintanya memang bukan untuk Abram. Kalau pun dipaksa, Alyssa tidak mau membuat Abram terluka dengan berbohong tentang hatinya. Yang nantinya malah akan membuat Abram kecewa.

"Boleh gue peluk lo?"

Alyssa mengangguk. Ia membiarkan Abram memeluknya dan mengelus kepalanya. Dan kejadian itu terlihat oleh Mario yang memang ingin pergi ke taman juga. Tangannya mengepal sangat kuat. Ia terbakar api cemburu. Ia pun berbalik arah ke tempat lain untuk meredakan rasa cemburunya. Bahkan ketika ia berpapasan dengan Ashilla di koridor sekolah pun, ia tak menanggapi sapaan dari Ashilla.

Mario sampai di kelasnya, ia duduk diam sambil menggebrak mejanya hingga membuat teman-teman kelas Yanga da disana terkejut dibuatnya. Salah satunya ya Alfonso.

"Haduh! Kenapa lagi sih sama anak yang satu itu! Kalau mukanya nggak cemberut, ya mukanya ditekuk! Tapi kenapa sekarang malah tambah parah sih? Garang banget mukanya," gumam Alfonso.

*

*

Malam harinya, di dalam kamarnya, Mario terus menatap kamar yang ada di seberang lewat jendela. Lampunya masih menyala, sepertinya Alyssa masih belum tidur, atau mungkin masih sibuk dengan bacaan novelnya.

Dulu, biasanya ia selalu menganggu Alyssa dengan memberikan pesan atau menelpon Alyssa supaya kesal dan tidak fokus. Tapi sekarang? Ia tidak bisa lagi melakukan itu. Karena dirinya lah yang memutuskan persahabatan mereka. Ia terlalu kecewa dan marah ada Alyssa. Padahal mungkin yang sebenarnya Mario rasakan adalah rasa cemburu yang sudah mendarah daging.

Ketika tengah malam, Mario melihat lampu kamar Alyssa yang sudah padam. Tapi, anehnya, ia justru malah mendengar suara tangisan Alyssa. Ditambah lagi, ketika Mario melihat status media sosial Alyssa di media sosial yang terlihat sedih dan patah hati. Mario jadi marah dan kesal karena ia menganggap Abram lah yang membuat Alyssa menangis dan bersedih.

"Awas aja kalo lo bener-bener nyakitin Alyssa! Gue nggak akan tinggal diam!" tekad Mario sambil mengepalkan tangannya.

Namun meski begitu, di malam ini ia tidak bisa melakukan apapun seperti biasanya yang selalu menenangkan Alyssa. Bahkan panggilan dari Ashilla saja sengaja diabaikan oleh Mario saking cemasnya ke Alyssa.

*

*

Keesokan harinya, ketika Abram datang ke kelas, Mario langsung menarik tangan Abram untuk mengikutinya dan membawa laki-laki itu ke gudang belakang sekolah.

"Apa yang lo lakuin ke Alyssa, Hah?!" tanya Mario dengan emosi yang berapi-api.

Abram sangat bingung dengan apa yang dilakukan Mario padanya. Memangnya apa yang dilakukannya ke Alyssa? Memangnya Alyssa kenapa? Abram malah ikut bertanya-tanya takut terjadi hal buruk ke Alyssa.

"Memangnya Alyssa kenapa?" tanya Abram.

"Jangan pura-pura nggak tahu! Lo udah nyakitin Alyssa kan? Lo udah buat dia nangis semalaman! Lo putusin dia ya? Padahal dia menyukai lo!"

"Tunggu-tunggu, sepertinya ada kesalahpahaman disini."

Abram jadi kebingungan dengan apa yang diucapkan oleh Mario. Putus? Alyssa menyukainya? Itu sama sekali tak pernah ada. Tapi, ketika ia ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Entah kenapa ia ingin mengerjai Mario supaya jujur dengan perasaannya sendiri.

"Kesalahpahaman apa? Cepat jelasin!" tanya Mario yang penasaran.

"Gue mau jawab, asalkan lo terima tantangan gue untuk tanding basket berdua setelah pulang sekolah. Gimana?"

"Oke deal! Gue terima."

Abram pun pergi dari sana dengan senyuman penuh arti. Entah apa yang dilakukannya nanti benar atau tidak, tapi apapun demi melihat orang yang disayanginya tersenyum lagi dan bahagia. Kenaoa tidak?

*

*

TBC

Terpopuler

Comments

L B

L B

baru juga segitu rio😒😏, kamu banyak nyakitin alyssa 😩 kamu mengabaikan dia ,kamu banyak ingkar janji padanya . kamulah yang melupakannya,bukan dia. kamu sibuk menjaga perasaan ashilla, sebagai sahabat yang menyayangimu , alyssa juga rela menjaga perasaan kekasihmu itu 😩 walaupun dia terluka 😢

2023-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!