“Dasar bocah nakal,” teriak Long Ji kini mengayunkan kepalan tangannya ke arah Zang Wei, dengan alasan menutupi rasa senangnya, agar tidak di sadari.
Wung..!!
Tap tap..!!
Tapi Zang Wei dengan cepat berlindung di balik tubuh Xing Ji.
“Hei hei,, pak tua, kenapa kau sangat senang membuli anak muda,” dengus Zang Wei.
Pandangan Zang Wei kini melirik ke arah Xing Ji yang malu-malu dengan wajah merona.
“Nona, apa sifat kakek mu ini selalu kasar?” Tanya Zang Wei sembari tersenyum tipis sembari melirik ke arah Long Ji, yang kini wajahnya mengeluarkan kepulan asap.
“Jangan mencoba merayu cucuku bocah nakal, jika kau ingin hidup,” ucap Long Ji melototi Zang Wei.
Zang Wei pun mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Kakek, berhentilah mengancam, dan bersikaplah layaknya orang tua,” dengus Xing Ji cemberut ke arah Long Ji.
Xing Ji merasa kakeknya selalu bersikap kekanak-kanakkan di saat ada pemuda yang mencoba mendekati dirinya.
“Tapi Xing'er, dia ini-”
“Cukup kakek, Xing'er sudah dewasa sekarang, Xing'er tahu mana baik dan mana yang mencoba memanfaatkan Xing'er.” Ucap Xing Ji memotong ucapan kakeknya.
“Eeh,, cucu kakek ternyata sudah dewasa ya,” gumam Long Ji dalam hati.
Tapi pandangan Long Ji mengarah ke Zang Wei dengan tatapan tajam, seolah memberi Zang Wei peringatan untuk jangan pernah berani memanfaatkan cucunya.
...
“Dan untukmu, tadi katamu Zang Wei bukan?” Tanya Xing Ji kini melirik Zang Wei, setelah ia membentak kakeknya.
“Benar nona,” jawab Zang Wei dengan nada polos.
“Jika namamu benar Zang Wei, maka kau pasti penduduk Desa Hujan, dan saat merasakan kekuatanmu, kenapa kau tidak melindungi Desa dari serangan Binatang Buas? Aku yakin kau mampu melawan mereka semua.” Tanya Xing Ji menatap tajam Zang Wei curiga.
Mendengar itu, Long Ji pun terkejut, karena apa yang pernah Zang Wei katakan tadi ternyata benar adanya. Kini Long Ji merasa penasaran apa jawaban Zang Wei.
Sementara Zang Wei yang di tatap tajam oleh Xing Ji, kini menundukkan kepalanya sembari meneteskan air matanya.
“Jika saja aku sedikit lebih cepat datang, mungkin semua penduduk desa mampu aku selamatkan,” ucap Zang Wei sembari mengepalkan tangannya dengan erat.
“Pada saat para Binatang Buas menyerang, aku pada saat itu tidak berada di desa,” ucap Zang Wei jujur.
Zang Wei pun terdengar kembali menjelaskan jika Ayahnya juga ikut menjadi korban, beruntung ia mampu menyelamatkan ibu dan adik ku tepat waktu, jika tidak, mereka pasti akan menjadi korban juga. Setelah menyelamatkan mereka, Zang Wei yang membawa Ibu dan adiknya ke kota bertemu dengan pamannya Lu Bei.
Zang Wei sengaja meletakkan Ibu dan adiknya di tanah lalu bersembunyi, itu ia lakukan agar tidak bertemu pamannya. Karena dendamnya juga, ia langsung pergi membalas dendam. Tepat setelah berhasil balas dendam, Zang Wei bertemu Xing Ji dan Long Ji.
Kini Zang Wei terlihat menundukkan kepalanya dengan air mata masih menetes.
Sementara Xing Ji dan Long Ji yang mendengarkan, tanpa terasa ikut berkaca-kaca.
“Nak, jika aku boleh bertanya, dimana kau pada saat penyerangan desa terjadi?” Tanya Long Ji penasaran dan masih memasang wajah iba kepada Zang Wei.
“Pada saat itu, aku menemui guruku untuk berlatih di suatu tempat. Aku biasa datang 1 kali seminggu dan pulang tengah malam. Tapi karena aku merasa tidak nyaman, aku pun izin pulang lebih cepat dari biasanya.” Jawab Zang Wei dengan nada sedih dan polos.
“Siapa nama Gurumu?” Tanya Long Ji semakin penasaran.
“Kakek, bukan waktunya bertanya hal aneh, apa kakek tidak lihat jika dia sedang bersedih huh,” dengus Xing Ji.
Long Ji hanya bisa diam sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Entah kenapa ia merasa cucunya kini terlalu sensitif saat menyinggung Zang Wei.
Zang Wei yang di lindungi oleh Xing Ji, seketika mengeluarkan seutas senyum tipis.
“Kena kau pak tua,” gumam Zang Wei dalam hati.
***
Malam hari, tepat di depan gerbang Kota Han, kini terlihat 3 sosok berdiri.
“Jadi ini kota Han,” gumam Zang Wei dalam hati.
“Ayo, akan ku bawa kau menemui keluargamu Zang Wei,” ajak Xing Ji dengan nada bahagia.
Walau Xing Ji sudah mengetahui umur Zang Wei 15 dan sempat terkejut, tapi itu tidak membuat Xing Ji patah hati karena perbedaan umur jauh.
Hemm..!!
Melihat Zang Wei mengangguk, Xing Ji pun melangkah ke dalam kota bersama Zang Wei dan Long Ji yang hanya mengikuti dari belakang.
Tap tap..!!
10 menit berlalu.
Kini Xing Ji berhenti depan sebuah bangunan bertulis Tabib Gu.
Tabib Gu ini sangat terkenal di Kota Han, ia juga terkenal dengan keahlian pengobatannya yang efektip.
...
Kini terlihat Zang Wei cukup lama berdiri di depan pintu masuk, entah kenapa tubuh Zang Wei bergetar hebat saat melihat sosok yang keluar dari pintu masuk.
“We..Wei'er, apakah ini kau nak?” Tanya Lu Bei yang terlihat tubuhnya juga ikut bergetar.
Bruk..!!
Tanpa basa basi Lu Bei meraih keponakannya dan memeluknya, instingnya merasakan jika di depannya ini adalah keponakannya. Walau ada banyak perubahan dari tubuh keponakannya.
“Kemana saja kau selama ini Wei'er? Paman sangat mengkhawatirkanmu?” Tanya Lu Bei kini melepaskan pelukannya dan menatap keponakannya.
“Nanti Wei'er jelaskan,” jawab Zang Wei dan mengalihkan pembicaraan.
“Bagaimana kondisi Ibu? Apakah Ibu baik-baik saja?” Tanya Zang Wei.
Lu Bei terdiam sesaat.
“Ayo ikuti paman, akan lebih baik kau melihat kondisi Ibumu,” ajak Lu Bei dengan nada sedikit bersalah.
Zang Wei pun mengangguk dan melangkah masuk bersama Xing Ji dan Long Ji.
Tap tap..!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Lanjutkan
2025-01-05
0
Alan Bumi
efektif
2023-08-13
0
Alan Bumi
ini narasi author apa ucapan Zang Wei?
2023-08-13
0