Dunia fana atau biasa di kenal Benua Fana.
Di salah satu Benua bernama Benua Daisan, bagian Barat, terletak sebuah desa bernama Desa Hujan, karena setiap tahunnya, hujan selalu turun setiap musim.
Desa Hujan adalah desa yang tenang dan tentram, mayoritas penduduk desa tersebut adalah petani.
Hasil tani mereka sangatlah melimpah, sehingga mereka hidup bercekupukan.
Beberapa dari penduduk Desa Hujan pun ada yang menjadi pedagang, mereka yang menjadi pedagang menjual hasil tani mereka ke kota-kota, bahkan sampai ke Ibukota karena bibit-bibit yang mereka jual terkenal paling unggul.
...
Di pagi hari yang cerah terlihat saat ini di Desa Hujan beberapa penduduknya sudah mulai bertani di ladang mereka, ada juga yang sedang dalam perjalanan menuju lahan mereka.
Salah satunya adalah sepasang keluarga bersama kedua putra mereka.
Tap tap..!!
“Ayah-ayah, jika hasil sayur yang kita dapat lebih bagus kali ini, maka aku ingin ikut menjualnya bersama paman Lu ya,” teriak seorang remaja berusia 15.
Mendengar itu, sang Ibu pun melotot ke arah putra tertuanya.
“Tidak boleh, di kota sangatlah kejam dan kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi kepadamu nanti di sana.” Ucap Zang Nian.
“Tapi ibu, ayah sudah berjanji membiarkan Wei'er ikut jika hasil sayurnya kali ini lebih bagus dari bulan lalu,” mata Zang Wei seketika berkaca-kaca saat ia di marahi ibunya.
“Sekali tidak boleh tetap tidak boleh, ibu tidak ingin kamu terluka nak. Kota itu tidak seperti yang kau bayangkan, di sana banyak sekali para penjahat maupun para ahli bela diri. Itu sangat berbahaya bagimu.” Ucap Zang Nian dengan tegas.
Mendengar perdebatan antara Ibu dan anak. Sang ayah, langsung berdeham.
“Ehem..!! Sudah-sudah, biarkan saja Wei'er kali ini ikut, kan ia bersama Lu Bei, aku yakin Lu Bei akan mampu menjaganya, karena Lu Bei seorang ahli Prajurit Tingkat 1 awal dan juga penjaga Desa kita yang paling kuat,” ucap Lu Ye, yang tak lain kakaknya Lu Bei.
“Tapi Gege,, kau tahu jika Kota itu sangat berbahaya bagi anak seumuran Wei'er, terutama saat ini sangat banyak penculikan yang di jadikan budak lalu di kirim ke Benua Tengah.” Ucap Zang Nian cemberut ke arah suaminya.
“Pokoknya Nian'er tidak ingin Wei'er ikut, titik, awas saja jika Nian'er tidak melihat Wei'er malam ini hingga besok pagi, Nian'er tidak akan mau menyapa Gege lagi,” ancam Zang Nian yang langsung membuat Lu Ye menelan ludah.
Glek..!!
“Sayang, kau tak boleh begitu, apalagi memberikan ancaman di depan putramu,” bisik Lu Ye.
Tapi Zang Nian tidak peduli, ia dengan cepat meraih putra Bungsunya yang masih berusia 1 tahun, tepat setelah meraihnya, Zang Nian pun berjalan meninggalkan suaminya dan putra tertetuanya.
Zang Wei yang melihat Ibunya memarahi Ayahnya, hanya bisa diam.
Walau usianya 15 tahun, tentu Zang Wei cukup cerdas dan terbilang kecerdasannya ini bisa di sandingkan dengan para Bangsawan Yang ada di Ibukota.
“Huuff,, Ibu jadi marah karena kekerasan kepala Wei'er,” gumam Zang Wei merenung akan kesalahannya.
“Maafkan Wei'er Bu, Wei'er tahu ibu sangat khawatir akan keselamatan Wei'er, tapi Wei'er juga sangat ingin melihat apa saja yang ada do Kota dan ingin melihat para Ahli Bela Diri.” Sambung Zang Wei dalam hati.
“Tapi pada akhirnya, itu tidak akan terjadi, karena Wei'er tidak ingin melihat ibu marah ataupun sedih.” Ucap Zang Wei yang berdiri seorang diri di tepi sawah.
...
Lu Ye yang sedang melangkah sembari berbicara, kini tersadar jika langkahnya tidak seiring dengan putranya. Sontak ia pun membalik badan dan melihat putranya merenung.
“Wei'er, apa yang kau lakukan di sana? Ayo cepat, jika terlambat, Ibumu akan marah lagi.” Teriak Lu Ye.
Seketika Zang Wei pun tersadar. “Ah baik Ayah,” balas Zang Wei teriak dan langsung berlari mengejar ayahnya.
...
Saat melangkah, beberapa kali mereka bertemu para penduduk desa yang sedang mencangkul maupun memetik hasil panen bulan ini.
Tap tap..!!
“Ah nak Wei, apa akan ikut memetik hasil sayur lagi bersama ayahmu?” Teriak pria tua mengenakan topi sawah menyapa Zang Wei.
“Iya kakek Gu, doakan saja hasilnya lebih bagus dan lebih banyak dari kemarin.” Balas Zang Wei di sertai seutas senyum hangat.
“Hoho,, sungguh anak yang berbakti,” ucap kakek Gu tersenyum hangat di sertai anggukan, lalu kembali memetik cabai miliknya.
...
Waktu terus berlalu, tanpa terasa sudah sore hari, dan pada saat itu, para petani pun mulai kembali membawa hasil panen mereka, termasuk keluarga Zang Wei.
Tap tap..!!
“Ibu, Wei'er kini tidak akan memaksa lagi untuk ikut ke kota, jadi berhentilah marahnya,” ucap Zang Wei terlihat merujuk kepada ibunya yang masih cemberut.
Zang Nian yang mendengar itu pun tersenyum bahagia. “Apakah benar Wei'er? Jika begitu, Ibu akan buatkan kau Sop sayur ter'enak serta sop daging.” Ucap Zang Nian sembari mencubit pipi putra tertua.
“Emmm emm..!! Iya bu, tapi lepas dulu tangan ibu, ini sangat perih,” ucap Zang Wei cemberut.
“Iya iya,, cepat mandi sana, ibu akan ke dapur membuat makan malam untuk kalian,” balas Zang Nian memasang senyuman hangat.
Zang Wei pun mengangguk, tapi sebelum ke dapur, ia terlihat bermain dengan adiknya Zang Tian.
Terlihat Zang Wei beberapa kali menjahili adiknya hingga membuatnya menangis. Tapi tak lama, adiknya kembali tersenyum.
***
Di waktu yang bersamaan, tepatnya di sebuah Hutan bagian Barat yang cukup Jauh dari Desa Hujan, ada segerombolan Binatang Buas berlari.
Arah yang mereka tuju sangat jelas menuju Desa Hujan, dan di yakini jika kecepatan mereka tetap seperti ini, maka mereka akan sampai malam hari.
Segerombolan Binatang Buas ini berjumlah kurang lebih 2000, dan di pimpin oleh Serigala Mata Darah dan Beruang Emas.
Goarr..!! Auuuu..!!
Tepat setelah mereka sampai perbatasan hutan, Serigala Mata Darah langsung melolong yang membuat segerombolan Binatang Buas berhenti.
Tatapan Serigala Mata Darah dan Beruang Emas seketika tertuju ke Desa Hujan yang berjarak 20 kilometer.
Auuu...!!
Goarr..!! Goarr..!!
Tepat setelah melihat targetnya, Serigala Mata Darah kembali melolong, lalu di sambut teriakan para Binatang Buas.
Tak lama setelah itu, mereka kembali berlari dengan kecepatan sedang menuju Desa Hujan.
Terlihat jelas jika di sekujur tubuh para Binatang buas masih tersisa jejak darah, yang menandakan jika mereka beberapa waktu lalu menyerang sebuah desa juga.
...
Para penduduk Desa Hujan tentu saja tidak akan mengetahui jika segerombolan Binatang Buas akan menyerang desa mereka, karena ini tidak pernah terjadi semenjak berdirinya Desa tersebut.
Anehnya, saat para Binatang Iblis berlari, mereka sama sekali tidak merusak sawah milik penduduk desa yang membuat ini sedikit mencurigakan.
***
Tap tap..!!
“Makanan sudah siap, ayo berkumpul,” teriak Zang Nian dengan nada bahagia.
Zang Wei yang sudah selesai mandi dan bermain bersama adiknya pun langsung melangkah ke meja makan.
Sementara Lu Ye yang sedang memotong kayu bakar di luar, langsung melepas kapaknya.
Tap tap..!!
Tepat pada saat ia hendak melangkah, Lu Ye tanpa sengaja memandang ke arah Barat, langsung melotot.
Karena rumah Lu Ye yang berada di tepi sawah milik penduduk desa, serta berada di bagian Barat, tentu dapat melihat apa yang ada di depannya saat ini.
“Wei'er cepat bawa Ibu dan adikmu lari dari sini, jangan lupa beritahu penduduk desa lainnya.” Teriak Lu Ye sembari mengambil kapaknya kembali.
Tong tong tong...!!
Tidak sampai di situ, Lu Ye langsung membunyikan Alarm desa.
“Serangan Binatang Buas, serangan binatang buas, cepat lari dari sini,” dengan sekuat tenaga Lu Ye berteriak memberitahu para tetangganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Alan Bumi
do = di
2023-08-04
1
lance lor
next thor
2023-07-29
0
Panjul
pantau dulu ya
2023-06-19
2