BRUAK!
Bibbi terhenyak. Tanaman herba yang telah dikumpulkannya di keranjang jatuh berceceran. Ia segera berlari kesana-kemari mencari Isyana yang tak menampakkan batang hidungnya.
"Izzz... Oh tidak! Dimana kamu???" mata Bibbi setengah berair menahan tangis. Sihir perlindungannya telah rusak. Perasaan Bibbi sudah tak enak sepanjang perjalanan. Sihir itu beresonansi dengan liontinnya. Jika rusak, maka liontin Bibbi akan bergetar, sehingga mengharuskannya untuk mengaktifkan sihir baru sebagai pengganti.
Bibbi terus mencari keberadaan Isyana, namun nihil. Sama sekali tak ada tanda kehidupan lain di dalam gua kecuali dirinya. Padahal, Bibbi sangat senang ketika pergi tadi. Ia sudah membayangkan bahwa Izz akan mendapat kabar tentang tunangannya. Bibbi bahkan membawakan sepotong roti enak yang dibelinya di pasar. Rupanya, kepergiannya menjadi sia-sia. Isyana telah menghilang! Bibbi tak tahu harus berbuat apa.
"Ya Tuhan. Bagaimana ini? Aku juga sudah harus bekerja. Aku tak bisa hanya berdiam diri. Oh, Izz... tunggulah, aku akan mencarimu lagi nanti,"
Bibbi memunguti kembali tanaman herba yang berceceran dan membersihkan mereka. Ia lalu menumbuk beberapa akar dan dedaunan, lalu mengencerkannya dengan secangkir air. Ramuan itu kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam botol kaca yang sudah steril. Hari ini adalah hari pengiriman herba ke tempat Nyonya Venn yang berada di Menara Mercusuar tua.
*
GLODAKK
GLODAKK
TANG
TANG
TANG
Isyana masih mencoba untuk melepaskan diri dari balik kandang yang sudah mengurungnya sejak dua hari yang lalu. Segala cara sudah ia coba, namun, sia-sia. Ia masih tak bisa lepas dari kandang sialan itu dengan sendirinya. Mulutnya yang selalu menyumpahi dan mengancam Venn, pada akhirnya diikat kain sehingga tak bisa bersuara. Isyana sangat frustasi dan tidak biaa berbuat apa-apa selain memberontak setiap harinya.
"Wawwwaaaawwaaaawwaaaa!!!!!" Teriak Isyana setiap saat. Ia selalu marah-marah dan menendangi kandang yang menyelubunginya. Venn tidak peduli. Ia sering pergi ke luar, dan hanya kembali jika malam tiba. Venn sedang, mencari cara untuk mengeluarkan jantung Isyana tanpa cela, supaya bisa mengganti jantung penyihir hebat Maximilian yang sedang tertidur tak berdaya.
"Dasar anak bodoh! Sia-sia aja tuh kamu begitu," ejek Venn sepulangnya dari mencari sayap kelelawar. Ia akan memasaknya menjadi sup, lalu membagikannya pada tawanan cantiknya itu. Mata Isyana menyorot tajam tanda tak mau. Ia lebih baik kelaparan ketimbang makan sayap kelelawar. Venn tertawa sinis dan mengatakan hal yang sama setiap harinya, "Dasar anak bodoh!!".
Setelah menyantap sup sayap kelelawar, Venn menerima kedatangan tamu.
"Masuklah, letakkan (ramuan) di sana dan ambil koinmu," perintah Venn praktis pada pedagang herba langganannya, Bibbi.
Bibbi kemudian masuk ke dalam Menara untuk meletakkan pesanan ramuan herba seperti biasanya. Belum sempat ia melakukan tugasnya, tubuh Bibbi tiba-tiba mematung tak bergerak. Betapa terkejutnya ia mendapati Isyana sedang meringkuk tak berdaya dalam sebuah kandang kecil. Rahang Bibbi melorot, hampir saja ia berteriak, namun kedua tangannya dengan sigap menutup mulutnya yang sedang menganga.
Isyana, di sisi lain, tiba-tiba mendongakkan kepala. Ia sangat terkejut melihat Bibbi sedang berada di seberangnya. Matanya terbelalak gembira, namun mulutnya tak dapat berkata-kata. Belum sempat ia merespon, Bibbi buru-buru mengisyaratkan Isyana untuk pura-pura tak kenal dengan dirinya. Melihat situasi yang sedang terjadi, Bibbi yakin Isyana telah ditawan oleh Nyonya Venn, meski tak tahu apa penyebabnya. Mereka harus berpura-pura tidak mengenal satu sama lain supaya Venn tak curiga.
"Mengapa kau tak segera pergi?" tanya Venn melirik ke arah Bibbi yang diam mematung di depan meja.
Bibbi menunjuk seseorang yang berada di dalam kandang.
"Oh, itu tawananku. Dia punya utang, mau aku kasih pelajaran. Kau tak perlu khawatir," Ujar Venn berbohong. Bibbi semakin yakin bahwa keadaan Isyana sangat buruk.
"Sudahlah, pergi sana. Aku sibuk!" Usir Venn pada Bibbi. Gadis tunawicara itu mengangguk dan beringsut keluar. Bibbi lalu memikirkan cara untuk membebaskan Isyana dari penjara kecil itu.
*
Venn melihat-lihat Isyana yang sedang tertidur karena lelah memberontak. Dada Isyana rupanya cukup besar, sepertinya bisa tuntas untuk menyusui empat orang anak. Namun, bukan itu yang sedang Venn pikirkan. Ia memandangi dada Isyana karena sedang mengira-ngira lokasi yang presisi untuk mencopot jantungnya ketika bulan merah tlah tiba. Venn menemukan cara untuk mengganti jantung penyihir hebat dengan jantung Isyana, yakni saat molekul bumi menyatu dengan mana penyihir.
Penyatuan ini disebut fusi kristalisasi sihir yang dapat memberi keabadian. Tidak akan ada penyihir yang terluka parah atau pun mati, jika energi bulan merah berhasil dikumpulkan dengan sempurna.
Venn melepaskan ikatan kain pada mulut Isyana. Ia ingin mendengar sumpah-serapah lagi dari mulut kecilnya itu.
"DASAR WANITA SIALAN! LEPASKAN AKU!!" umpat Isyana begitu terbangun dan mendapati mulutnya sudah tak terikat. Venn tertawa terbahak-bahak menyadari bahwa tebakannya benar.
"Gadis bodoh! Sabarlah! Besok malam sudah bulan merah. Nanti aku lepasin kok tenang aja... " ujarnya meyakinkan. Isyana memicingkan matanya. Mengapa harus bulan merah? Bukankah peristiwa itu sudah lewat?
"Apa yang akan kau lakukan padaku?" tanya Isyana kemudian.
"Ha... Ha... Ha... Tentu aja kuambil jantungmu! Buat tumbal!" Jelas Venn tanpa basa-basi. Isyana sangat marah. Ia kembali mendobrak-dobrak kandang yang mengurungnya.
"Berontak... Berontaklah..... Capek sendiri lah.... Dikasih makan nggak mau, tapi tiap hari bikin pusing!" Venn mencibir. Ia lalu meninggalkan Isyana untuk tidur sebentar di kamarnya yang ada di lantai 2. Ketika Venn sedang lengah, inilah kesempatan terbaik untuk melarikan diri. Venn begitu berani meninggalkan tawanannya tanpa penjagaan, karena ia sudah mengaktifkan sihir perlindungan, seperti Bibbi.
Sayang seribu sayang, perhitungannya meleset. Bibbi yang bisa mengaktifkan sihir perlindungan, tentu juga bisa menonaktifkannya. Ketika sihir tak berfungsi, ia langsung menghambur ke tempat Isyana ditahan. Kandang kecil itu dibobol dengan tang catut baja yang berada dalam bengkel di menara itu juga. Bibbi menemukannya ketika berkeliling mencari alat pelarian yang mungkin berguna.
Tak selang beberapa lama, Isyana berhasil diselamatkan. Bibbi memeluk temannya itu dengan dekapan hangat. Isyana terisak tanpa suara dalam pelukan Bibbi. Mereka pun segera keluar dari Menara dan menuju ke arah perbatasan kota.
*
"Hossh... Hosssh... Hosssh. Bibbi.. Aku tak kuat lagi... " Isyana yang sudah berlari selama satu jam akhirnya tumbang juga. Bibbi yang berada tak jauh di depannya, akhirnya ikut duduk sebentar. Mereka akan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.
'Ayo, kita harus sampai di dermaga sebelum pagi tiba,' seru Bibbi. Ia berencana untuk menyebrang kembali ke PORTSMOTH dan menyembunyikan Isyana di kliniknya. Isyana mengangguk tanda setuju. Mereka lalu berjalan agak cepat supaya lekas sampai ke tempat tujuan.
"DASAR ANAK-ANAK SIALAN! BERANINYA MELARIKAN DIRI!"
Bibbi dan Isyana terkejut bukan main, Venn tiba-tiba muncul di hadapan mereka dengan teleportasi. Bibbi baru menyadari bahwa Venn bukan hanya penjual ramuan tapi juga seorang penyihir sakti yang levelnya di atas dirinya.
Bibbi memasang badan di depan Isyana seolah hendak melindunginya. Isyana gemetar. Tangan dan wajah Bibbi memucat namun tak dihiraukannya.
"Kembalikan anak itu, kau akan kuampuni" ujar Venn pada Bibbi, namun gadis itu menggeleng.
"Yasudah kalau itu pilihanmu,"
CTARRR!!!
Tubuh Bibbi terserang petir kecil yang mendadsk muncul. Ia pun ambruk.
"Bibbiii.. Tidaakkkk!" Pekik Isyana lalu memeluk tubuh sahabatnya yang terkulai tak berdaya.
"Nah, sekarang giliranmu.... "
...****************...
(bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments