"Cepat! Cari dan habisi semua penyihir yang ada!" Seorang ksatria berzirah putih dengan pedang berkilau yang ternoda oleh darah merah pekat, tampak memerintahkan pasukannya untuk menyisir sebuah kastil.
"Siap, Komandan!" sahut pasukan dengan pedang terhunus.
Mereka pun mulai menyisir tiap jalananan, gang-gang sempit, dan rumah-rumah penduduk di sekitar Kastil Penyihir. Taman Kesunyian yang porak-poranda menjadi saksi bisu penyerangan Ksatria Suci terhadap klan penyihir.
The Grave Castle.
Begitu papan nama yang terukir di atas gerbang depan kastil. Lima baris pasukan berkuda yang sekiranya berisi seratus orang, dua baris pasukan penggempur, dan sebaris pemanah tengah merangsek masuk ke dalam Kastil. Kekacauan pun tak terelakkan.
The Grave Castle adalah Kastil milik Penyihir Agung Klan Phoenix Biru, klan penyihir yang terkenal dapat membangkitkan seseorang dari kematian.
Namun, sudah menjadi rahasia umum bahwa kekuatan penyihir hanya bisa bangkit ketika bulan merah terbit. Klan Phoenix Biru biasanya bereproduksi dan membuat pasukan penyihir baru ketika fase Bulan Merah. Saat itulah, chi penyihir mendapat limpahan energi mana dari Sang Rembulan.
Hal yang sama juga terjadi pada Penyihir Klan Elang Perak. Kaln penyihir terbesar kedua yang berada di sisi barat The Grave Castle. Klan ini memiliki kemampuan unstoppable destruction sehingga pasukan mereka kerap diperbantukan oleh Kekaisaran di medan perang. Kekuatan Klan Elang Perak hanya bisa berfungsi ketika fase Bulan Merah, hebatnya lagi, kekuatan satu pasukan Penyihir Elang Perak dapat menghancurkan satu negara.
Sayangnya, kekuatan-kekuatan itu menjadi hilang bila energi mana dari Bulan Merah tidak menyentuh inti chi para penyihir. Sehingga, sehari-hari, para penyihir hidup seperti rakyat kebanyakan. Mereka berprofesi sebagai pembuat ramuan, peramal, dan juga pedagang batu sihir.
Para penyihir dan warga Kekaisaran Britani hidup berdampingan. Para Penyihir Agung baik dari Klan Phoenix Biru maupun Elang Perak menandatangani Pakta Perdamaian dengan Kaisar Britani dan Panglima Suci. Para penguasa Tanah Britani tersebut hidup rukun tanpa saling mengganggu. Keadaan ini sudah berlangsung selama ratusan tahun. Namun, sebuah plot pemberontakan menghancurkan segalanya.
*
"Master, apakah hanya ini yang harus dipersiapkan?" seorang wanita berjubah hitam dengan kulit pucat, mata besar dan rambut ikal terikat tampak membawa beberapa botol ramuan. Seorang lainnya yang disebut Master mengangguk dan mengemasi barang-barang lain dalam sebuah tas kain yang hendak dibawanya.
"Master.... Apakah tidak apa-apa?" pesuruhnya itu nampak cemas. Sang Master menatap tajam.
"Kau tak ingin aku jadi Penyihir Agung? Aku sudah muak dengan kedamaian ini! Tidak ada yang berkembang! Kita sebagai penyihir seharusnya menjadi penguasa!"
Pesuruh itu gemetar, terdengar suara giginya gemeletak tak karuan. Wanita itu pun menutup mulutnya rapat-rapat dan tak lagi menanyakan apapun.
"Tunggulah, wahai, sejawatku. Hari kemenangan kita di depan mata. Khaa.. Khaa... Khaa... " Ia mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi kemudian mengambil topi dan sebuah buku catatan bertuliskan 'Kitab Penyihir Maximilian'.
*
Master Maximilian adalah Ajudan Penyihir Agung Klan Phoenix Biru, seorang wanita muda cantik nan cerdas yang penuh ambisi. Penyihir Agung memilihnya karena sifatnya yang pantang menyerah dan selalu bisa mengatasi rintangan apapun. Namun rupanya, keputusan itu menjadi boomerang. Maxi yang ambisius tidak puas dengan keadaan para penyihir yang hidup damai berdampingan dengan rakyat kekaisaran. Seharusnya, ras penyihir adalah ras tingkat tinggi dan disamakan dengan bangsawan, bukan rakyat jelata. Kemampuan khusus mereka yang tidak bangkit pada hari biasa juga yang membuatnya frustasi sehingga Maxi melakukan penelitian intensif. Usaha kerasnya membuahkan hasil, akhirnya terciptalah juga ramuan kuno pembangkit jiwa.
Ramuan ini berisi ekstrak sisik naga dari lautan dalam yang dibelinya dari pedagang gelap, bulu phoenix biru yang ada di brangkas penyihir agung dan permata mana langka yang hanya ada satu dalam seribu tahun. Penyihir Maxi mendapatkannya dari pelelangan rahasia.
Ramuan Pembangkit Jiwa akan dibagikan hari ini. Turin, pesuruh Penyihir Maxi, bertugas memberikan ramuan ini kepada semua penyihir di The Grave Castle. Segera setelah kemampuan mereka bangkit, Penyihir Maxi akan memulai penyerangan ke Istana Kekaisaran.
*
"Venn, bagikankah ini ke teman-temanmu," Turin membawakan beberapa botol ramuan dan menyerahkan kepada Venn, Kepala Asrama Akademi Penyihir. Venn adalah penyihir tingkat 3 lulusan akademi sihir dan memiliki spesialisasi sebagai ahli ramuan. Dahulu, Venn sebenarnya ingin menjadi tangan kanan Master Maxi, namun, posisi itu sudah diberikan kepada Turin. Sehingga, dalam hati kecil Venn, ia iri pada Turin.
Venn menyipitkan matanya mencoba menganalisis ramuan yang diberikan oleh Turin.
"Apa ini, Rin?" tanyanya skeptis. Tidak ingin langsung memercayai Turin.
"It.. itu.. ramuan.. "
"Iya, ramuan apa?"
"Ramuan dari Master Maxi,"
"Oya? Bilang dong kalo dari Master Maxi. Siap. Akan aku bagikan! Kamu ingat kan? Malam ini Malam Bulan Merah?" Mata Venn berbinar-binar ketika nama Master Maxi disebut. Sejak sekolah hingga saat ini Venn mengidolakan Master Maxi. Kontras dengan Penyihir Agung yang terkesan kalem dan misterius, Master Maxi yang penuh ambisi menjadi daya tarik dan panutan bagi Venn.
*
Malam Bulan Merah.
Langit Britani yang gelap gulita berubah menjadi semerah darah. Suara lolongan srigala memecah keheningan malam. Bulan Merah. Fenomena yang muncul dalam 50 tahun sekali di Benua Britani, merupakan ajang isi energi para klan penyihir.
Kaisar Britani yang mengira malam ini adalah malam yang sama seperti puluhan tahun lalu, tidak memperketat keamanan istana sama sekali. Ia percaya, para penyihir yang bertambah kuat hanya sedang mengisi energi dan dapat menjadikan pasukan kekaisaran semakin tak terkalahkan. Mereka adalah aset kekaisaran.
"Saksikanlah! Semua! Energi tak terbatas yang kubawakan untuk kalian semua" Suara Master Maxi bergema di seluruh kastil. Penyihir Agung yang hendak menemani para murid akademi sihir untuk mengisi energi, tampak keheranan.
"Ada apa ini? Kenapa kalian berkumpul di aula? Lekas isi energi kalian di Taman Kesunyian!" perintah Penyihir Agung.
Kumpulan penyihir yang berada di Aula Dasar, dikomandoi oleh Master Maxi, menolak taat. Mata mereka berubah menjadi merah, cakar mulai tumbuh, dan asap hitam mengepul dari balik jubah para penyihir.
"Malam ini, malam terakhir anda memimpin kami. Silakan berisirahat dengan tenang, "
Ctazzzzz!!!
Petir menyambar memecah langit-langit aula, reruntuhannya mengubur Penyihir Agung yang belum sempat mengisi daya. Penyihir Agung sekarat, tertimpa reruntuhan. Master Maxi tertawa dan bergegas ke istana. Murid-murid akademi berhambur ketakutan. Turin, yang saat itu masih mengemas barang-barang, tampak keluar dari rombongan.
"Nyonya Penyihir Agung.. Maafkan saya... Maaf...,"
Di waktu kritis antara ada dan tiada, Penyihir Agung menitipkan liontin biru gelap pada Turin.
"Bawalah ini, dan selamatkan dirimu. Aku tau kau tidak seperti Maxi,"
Penyihir Agung pun menghembuskan nafas terakhir tanpa bisa kembali. Ritual pembangkit jiwa tidak bisa dilakukan tanpa sekelompok penyihir tingkat lanjut yang sudah mengisi energi Bulan Merah.
Turin, yang memilih untuk tidak mengikuti Penyihir Maxi, melarikan diri dan hidup tertutup. Seminggu setelah berlalunya Malam Bulan Merah, samar-samar Turin mendengar rumor yang beredar di seluruh negri. Beberapa warga desa mengatakan bahwa Kaisar telah dibunuh, takhta beralih ke Panglima Suci. Dan, saat ini, terjadi pembantaian penyihir besar-besaran oleh pasukan suci. Tentu saja Turin pergi menyamar sebagai warga biasa dan menyembunyikan identitasnya sebagai penyihir untuk selamanya.
*
Iklim benua Britani yang dahulu ada 4 musim, kini hanya satu musim: Musim Dingin. Sepanjang tahun, Benua Britani diterjang musim dingin, begitu pula yang terjadi di Kerajaan Cordovan. Semua ini terjadi karena kutukan penyihir Maxi.
Tebasan pedang suci yang membelah jantungnya membuatnya terluka parah. Belum sempat meninggal, Venn dengan sigap menyelamatkan Penyihir Maxi yang sekarat. Mereka pun kabur dan bersembunyi di pulau asri tak berpenghuni bernama Gene Island. Penyihir Maxi pun tertidur lama dengan menyerap unsur hara seluruh pulau sehingga saat ini tanahnya menjadi kering kerontang. Gene Island yang asri menjadi seperti onggokan tanah makam. Penyihir Maxi yang kini menjadi pohon besar, dijaga oleh Venn selama ratusan tahun lamanya. Ia beregenerasi dengan energi Bulan Merah, dan mempertahankan hidup. Kebangkitan Penyihir Maxi diperkirakan seribu tahun lagi, ketika Bulan Merah terakhir muncul di bumi ini.
...****************...
(bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments