Minggat

(Ilustrasi Shahrazan, Ajudan Putera Mahkota)

"...... dengan ini, Raja Zanzabir III menitahkan: Yang Mulia Putri Isyana dihukum tinggal di istana selama satu bulan penuh,"

Shaikh Anwar, Menteri urusan dalam negri Kerajaan Puth sedang memperdengarkan titah raja dalam gulungan king's order.

Aku menunduk dan memberikan salam. Setengah malu, setengah jengkel. Kebiasaan ayah kalo lagi mengambek tidak mau bicara padaku dan malah nyuruh Paman Anwar untuk menyampaikan titah hukuman.

Begitulah pada akhirnya rencana minggatku gagal.

Ini bermula sejak tiga minggu lalu, ketika amplop merah yang kukirimkan pada utusan Kerajaan Cordovan diterima, kemudian rencana minggatku pun dimulai.

*

"Putri.... sudah siang, saatnya bangun, "

Moti mengetuk pintu kamar Putri Isyana.

Tak ada jawaban.

"Putri.. "

Ketukan kedua.

Tak ada jawaban.

"Permisi.... Saya masuk.... "

Akhirnya Moti membuka pintu kamar Putri Isyana dan syok!

Putri Isyana menghilang!

Moti langsung bergegas mencari tuannya itu ke berbagai sudut kamar. Ia juga melongok ke luar-luar balkon istana, tapi nihil. Tak ditemukan tanda-tanda keberadaan Putri Isyana.

"Nyonya... Nyonya Magna!! Gawat!!"

Moti menghambur ke arah Magna, ibu asuh Sang Putri.

"Ada apa, Moti?? Katakan pelan-pelan,"

"Putri!! Tuan putri menghilang!"

"Oh astaga! Benarkah??? Sudah kau cari???"

"Sudah nyonya, tidak ada!"

"Sudah lapor komandan (ksatria istana)?"

"Belum nyonya... Saya tidak berani," Moti menundukkan kepalanya.

Magna bergegas menuju ruang patroli di depan istana dan melaporkan kejadian pagi ini. Komandan Ksatria Istana Pelangi, Tuan Mehmed, terhenyak kaget dan segera menugaskan pasukan patroli untuk mencari putri di sekeliling istana, ia lalu melesat cepat ke Istana Surya untuk melaporkan ke Baginda Raja.

*

"Apa???? Putri menghilang?" Baginda Raja yang tengah memeriksa dokumen kerajaan terkejut mendengar laporan Komandan Mehmed. Ia melirik Shaikh Anwar, Menteri Urusan Dalam Istana, kemudian terkikik.

"Sudah kubilang, kan? Anak itu memang nakal, " lanjutnya.

"Benar, Yang Mulia," sahut Shaikh Anwar tersenyum.

Komandan Mehmed bingung. Mengapa mereka santai sekali?

"Aku sudah menduganya, ketika Putri meminta uang tunai. Pasti ada yang tidak beres." Baginda melanjutkan pemeriksaan dokumen internal kerajaan yang dibawa oleh Shaikh Anwar.

"..... "

Tuan Mehmed masih bertanya-tanta.

"Ampuni hamba Yang Mulia... Hamba pantas dihukum, " Komandan Mehmed berlutut.

"Ya, aku pasti menghukummu. Tapi biarkan saja dulu. Putri sudah punya ksatria bayangan sejak upacara kedewasaan. Aku yang mengirimnya diam-diam karena anak itu susah diatur," Baginda menjelaskan situasi Putri yang dalam kendali.

Komandan Mehmed tampak lebih tenang. Ia tidak percaya Putri Isyana bisa hilang di tengah pengawasannya.

"Kali ini, minta tambahan orang untuk berpatroli di Istana Putri. Urusan putri biar diselesaikan Shaikh Anwar. Dasar anak nakal! Para pelamar sudah antri untuk bertemu, dia malah minggat," Baginda mendengus kesal.

Komandan Mehmed mengangguk dan undur diri untuk melanjutkan tugasnya. Shaikh Anwar tersenyum dan menerima perintah raja dengan senang hati.

"Anak-anak pulang hari ini kan?" Tanya Baginda merujuk pada Putra Mahkota dan Ajudannya, Shahrazan, yang notabene putra tertua Shaikh Anwar.

"Benar, Yang Mulia. Diperkirakan malam ini sudah sampai di ibukota,"

"Bagus. Biarkan dulu putri menggembel di ibu kota. Besok jemput paksa di penginapan. Anak itu sok-sok-an aja minggat. Padahal ketebak mau ke mana, Ha.. Ha.. Ha...,"

Mereka berdua tergelak.

Pemberontakan batin Putri Isyana pun gagal. Karena ayahnya lebih pintar.

"Baginda memang luar biasa, " Shaikh Anwar menepuk kedua tangannya diiringi senyum lebar. Baginda raja dan Shaikh pun melanjutkan agenda pagi mereka.

*

Tak jauh dari istana.

Ada penginapan terkenal.

Tentu saja, ketebak.

Putri Isyana ada di sana.

"Aduh.... Masih ngantuk,"

Matahari sudah muncul. Para pegawai penginapan "Zam-Zam Royale Inn" pun sudah mulai mempersiapkan diri menyambut tamu.

Suara gedebak-gedebuk sudah ada sejak subuh hingga sekarang. Tentu saja Putri Isyana merasa terganggu.

*

"Yah... Aku harus tahan.... " gumamnya dalam hati. Ini adalah harga yang harus dibayar untuk kebebasan. Merdeka!

*

'TOK TOK'

'Ada yang ngetuk kamar nih, minta dihajar, '

"Nggak ada orang!" aku kesal sekali, masih ngantuk juga.

"Permisi, nona. Sarapan sudah siap. Silakan datang ke restoran. Makanan hanya disajikan sampai pukul 9, ya... "

'Hah???!! Jam berapa ni?'

Kutengok jam dinding di kamar. Baru jam 7 mereka sudah heboh! Astagaa... Nasibku jadi gembel.

"Baiklah," sahutku dari dalam kamar sambil merapikan diri. Pertama-tama, aku harus mandi dulu, baru ke restoran. Ya Ampun.. Ngga ada yang siapin mandi pula!

*

Setelah bersiap, aku pun turun ke restoran di lantai dasar. Sepanjang perjalanan ke sana, banyak orang berbisik-bisik betapa cantiknya mataku. Kenapa juga mereka bisa liat kalau aku cantik? Padahal aju sudah pakai burqa dan tidak berhias sedikit pun. Hanya rapi-rapi saja. Aku kan ngga sebodoh itu untuk menarik perhatian!

"Silahkan lewat sini," pelayan penginapan mempersilahkanku duduk di meja. Lalu mulai menghidangkan makanan pembuka dan secangkir teh.

"Terima kasih," sahutku.

Aku mulai menikmati hari pertama kebebasanku. Meski ribet awalnya, tapi sekarang aku sudah mulai terbiasa.

"Iya kan! Putri Isyana tuh dibuang!"

Samar-samar kudenger orang lagi gibahin aku. Dasar sialan! Aku sampai keseleg.

"Hussh!!! Ngawur!! Nantik lidahmu dipotong loh!!" sahut salah satu dari tukang gibah itu.

Yhaa nggak segitunya sih, aku juga masih punya perikemanusiaan, kecuali dihajar dikit aja biar sadar.

"Ya kalo nggak dibuang, kenapa sampai ada rumor mau dinikahin ke Cordovan? Siapa juga gadis waras yang mau jadi Ratu di benua dingin!"

Kali ini, aku ingin memuji komentarnya.

Begitulah, ngga ada orang waras yang mau jadi Ratu Cordovan.

"Bukan dibuang, dijual kalik!"

Kali ini udah keterlaluan. Aku pun nyiram teh yang udah dingin ke muka tukang gibah itu.

"Punya mulut tuh dijaga ya!" aku ngamuk. Enak aja bilang dijual dijual dikira barang loakan!

"Eh sinting! Kurang ajar lo"

Rambutku (hampir) dijambak tapi sudah ada sebilah pedang di antara kami.

"Jangan berani-beraninya..... "

Belum sempat orang berpedang itu meneruskan kalimatnya. Tukang gibah sudah pingsan duluan.

"Lho... gini aja?" Aku terkikik heran.

Siapa gerangan? Apakah pangeran berkuda tampan mengenaliku?

"Izz... "

Lho. lho.. eh... Kok manggil Izz?

"Siapa ya?"

Pemuda itu pun membuka penutup wajahnya.

Kulit gelap dengan garis wajah kokoh dan rahang tajam. Serta tatapan mata yang begitu menyala-nyala dengan rambut hitam bergelombang kusut.

"Raz!"

Tentu saja itu Shahrazan! Om-om ganteng ajudannya kakak.

Tunggu, tadi kayaknya ada satu orang lagi deh yang mau ngaplok tukang gibah tadi tapi kemana ya?

"Kamu tuh ya... "

"Heheh..." aku nyengir celingak-celinguk mencari kakak.

"Kok sudah disini aja, mana kakak? Kok kamu tau ini aku? Kan lagi nyamar ceritanya," belum sempat menjawab, telingaku sudah dijewer. Biarpun ajudan, Shahrazan sudah seperti kakakku sendiri. Ia dan Kak Akbar seumuran. Dan kami sudah bersama sejak kecil. Lebih dari hubungan Ksatria-majikan, Razan dan Kak Akbar sudah seperti belahan jiwa, tak terpisahkan. Mungkin itu juga yang bikin dia jadi overprotektif juga padaku sama seperti kakak.

"Yang Mulia Putra Mahkota menginap di tempat lain. Aku lagi jalan-jalan di sekitar sini dan mencium aroma oud Yang Mulia Putri. Tidak mungkin ada rakyat jelata yang menggunakan oud khas anggota kerajaan. Kau memang ceroboh ya? Kalau mau menyamar tuh ngga usah dandan,"

Aku meringis.

"Maaf, kebiasaan sih,"

"Ayo pulang!"

"Gak mau! Aku lagi minggat. Aku nggak mau nikah!"

Aku menahan tarikan tangannya sekuat tenaga. Tiba-tiba...

Gedebuk!

Aku terjungkal ke arahnya.

Astaga.

Sejak kapan om-om ini tampak ganteng?

Apa aku lagi puber?

"Astaga, Raz!!!"

"Maaf, Putri... "

Kami berdua tersipu. Wajah galaknya kok bisa berubah begitu. Sejak kapan?

Suasana jadi canggung.

"Ba.. Baiklah.. antar aku ke kakak aja.. Aku nggak mau pulang pokoknya... "

Belum kelar sarapan, aku harus pindah ke penginapan lain. Aku akan makan lagi di sana.

Shahrazan membawakan barang-barangku dan mengantar aku ke penginapan tempat kakak berada.

"Raz... kamu udah punya pacar?"

"Hah?"

...****************...

(bersambung)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!