(Ilustrasi Putra Mahkota Akbar Al-Amin)
"Huaaah.... Capek.. Raz.. Gendong... "
Dijawab tidak.
Aku malah kena kena jitak.
Dasar om-om jahat.
"Bersabarlah, Yang Mu... Eh... Izz.. Kamu masih nyamar kan?"
"Huh.. Auk ah!"
Razan tidak berubah. Ia selalu mengabaikanku kalau diajak ngomong serius. Untuk kategori gadis yang hendak menikah, bukannya biasa ya kalau lagi cari-cari calon (suami) sendiri? Kenapa aku nggak boleh kepo sama Razan apakah dia udah punya pacar atau tidak. Siapa tau kan bisa jadi kandidat.
"Jangan berani-beraninya.... "
"Apaan sih!!!?? " Aku kesal dia tau apa yang aku pikirkan. Mungkin dia seorang dukun yang bisa baca pikiran orang.
"Nggausah ngomong juga aku tau apa yang kamu pikirkan, Izz..."
'Tuhkan'
*
"Kakaaaaaaakkk....."
Aku menghambur ke pelukan Kak Akbar.
"Hah??? Izza???"
Kak Akbar tampak kaget dengan kehadiranku. Ia melirik Shahrazan yang menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yah gitu deh adikmu,"
"Ya Ampun! Izza, apa yang terjadi?" Kak Akbar tampak cemas. Semakin dewasa, kakak semakin baik padaku. Sikapnya sangat berbeda ketika kami masih kecil. Ia cenderung dingin dan acuh tak acuh. Aku tidak begitu peduli dulu dan tetap mendekat. Namun, karena Kak Nooriyah sudah menikah, dan aku kesepian, aku jadi makin nempel padanya. Kali ini, Kak Akbar tidak tampak menghindariku karena mungkin ia paham kalau aku kesepian.
Aku pun menceritakan semua rencanaku, termasuk minggat dan bawa uang hadiah pernikahan sebagai dana gelap.
Kak Akbar dan Shahrazan hanya mendengarkan dengan mimik nelangsa. Mereka tampak mengasihani nasibku ini.
"Bukan kasihan, tapi ngenes. Kok bisa-bisa anak bodoh dan ceroboh kayak kamu minggat dari istana, itu lho... Kamu mau jadi kambing ternak di ibu kota?"
Lagi-lagi, mereka heboh sendiri.
"Yaudah kalo kakak nggak mau bantu. Aku mau pergi sendiri aja,"
"Hhhhhh...... " Kak Akbar menghela nafas. Ia benar-benar tidak percaya adiknya begitu ceroboh.
"Gini aja yuk, nanti malam kita liat festival. Besok baru kembali ke Istana, gimana? Kakak traktir semua yang kamu mau," Kak Akbar berusaha membujukku. Aku bergeming tapi pura-pura setuju, besok pagi aku akan melarikan diri dari rombongan mereka.
"Okedeh, "
Kak Akbar tersenyum, pelayan pun mulai menata meja untuk meletakkan sarapan rombongan Kak Akbar yang baru pulang dari misi patroli wilayah utara Kerajaan Puth.
*
Malam pertama Festival Bunga Mekar dimulai.
Ada banyak penjual makanan, aksesoris, mainan anak, hingga perkakas rumah tangga berjejer di sepanjang jalan. Aku sangat gembira. Terakhir kudengar, festival seperti ini terjadi sekitar tiga tahun lalu ketika Kak Nooriyah hendak lamaran. Wahai para rakyat, berterima kasihlah padaku yang jadi sebab-musabab terjadinya festival ini. Seharusnya kalian memberiku jajanan gratis. Huvv...
"Ada makanan yang kamu inginkan, Izz?" Kak Akbar yang menggandeng tanganku tampak celingak-celinguk mencari penjaja makanan yang sedang ramai.
Ramai \= Enak.
Enak\= Kesukaanku.
Logika apa itu?
"Aku mau corndog"
"Baiklah... Mari ke sana,"
Aku bahagia bisa berjalan-jalan bersama kakak, meski banyak orang yang memperhatikan rombongan kami. Betaoa tidak, kakak begitu gagah. Meski wajag kami berdua ditutup kain, aura kami tentu membuat orang lain menengok. Tidak ada yang bisa disembunyikan dari aura royal family.
Tibalah kami di gerobak penjaja corndog. Setelah membeli corndog dan sate gurita, aku melanjutkan perjalanan ke penjaja stew buah. Beruntung, ada satu yang jual. Kak Akbar tampaknya sudah tak berselera makan karena kenyang menatapku ngunyah sedari tadi.
"Sebenernya, aku juga nggak rela kamu nikah cepat-cepat Izz... "
Kak Akbar mendadak mellow.
"Ya kan? Aku juga sama, kak. Kasihan diriku ini kalau udah harus mikirin rumah tangga padahal bisa main seru begini,"
Kak Akbar tertawa mendengar responku. Ia mengelus lembut kepalaku. Dan berpesan,
"Ingatlah, jangan terlalu percaya orang lain. Yang tampak baik, bukan berarti baik. Orang seperti kita harus hidup dengan penuh kewaspadaan. Entah apa jadinya kalau kau jauh dariku, adikku... Kau sungguh bodoh dan ceroboh,"
Lagi-lagi petuah om-om, bikin keseleg aja.
"Iya kak.. Siap laksanakan!"
"Yuk ke alun-alun, sebentar lagi ada pertunjukan kembang api, "
"Iyakah? Asyik!!!"
Begitulah akhirnya malam pertama Festival Bunga Mekar berakhir dengan letusan kembang api di atas air mancur alun-alun kota. Para rakyat bersuka-cita dan mendoakan yang baik-baik untuk pertunangan putri raja.
Aku hanya bisa mengamini dalam hati supaya nggak dianggap orang gila. Mana ada putri raja yang Ikut-ikutan festival rakyat jelata?
*
Sesampainya di penginapan, terlihat tiga orang berseragam penjaga istana.
Aku pun pasrah dijemput paksa oleh Moti yang ikut rombongan penjaga istana.
"Putri jahat!! Bikin saya kena serangan jantung!" Moti protes. Aku mendengus kesal karena begitu bodoh mempercayai Razan dan Kakak. Tentu aja mereka bakal lapor ayah.
"Pergilah, Izz... Besok kami akan menyusul," Kak Akbar melambaikan tangan padaku yang mendadak kena serangan lumpuh. Malas bergerak.
"Ayo putri, sini saya gendong,"
Moti menawarkan diri tapi aku menepisnya. Aku kesal karena dia nggak bisa diajak kerjasama. Pura-pura nggak tahu kek kalo aku hilang. Kenapa harus dicari.
"Ayo, putri... "
Hup!
"Permisi sebentar.... "
Razan mengangkatku dan memasukkanku ke kereta kuda istana.
"Selamat jalan, Izz,"
Ia tersenyum sambil melambaikan tangan.
Aku bengong.
Oh tidak... Aku harus kabur lagi!!!
...****************...
(bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments