(Ilustrasi Pertunangan Putri Isyana)
Begitulah pada akhirnya nasib gembelku berakhir.
Saat ini, sudah hampir empat minggu berlalu sejak hukuman dari Baginda Raja berlangsung. Artinya, hukumanku segera berakhir. Yey! Aku sangat bosan karena pekerjaanku sehari-hari hanya menyapa tamu-tamu dan para pelamar yang datang dari Istana Langit.
Sudah jelas mereka hanya kumbang yang mengincar wangi kembang, mereka bahkan tidak akan berhasil mendapatkan pollen, kau tau kan, maksudku? Ini semua cuma formalitas akal-akalan Raja saja supaya tampak adil. Padahal, nasib pernikahanku sudah jelas di depan mata. Mempelaiku siapa lagi kalau bukan Sang Raja Cordovan.
"Kemana lagi habis gini?" tanyaku ke arah Moti sambil menyesap teh hangat yang baru ia sajikan. Setelah sarapan, sedari pagi aku sudah menyapa tamu-tamu kerajaan, dan sekarang sudah tengah hari. Rasanya, tak apa kalau beristirahat sejenak.
"Istirahat dulu, Putri. Anda tidak lupa kan? Nanti puncak perayaan festival. Acara makan malam resmi bersama Baginda Raja dan tamu negara,"
"Oh benar. Sudah puncak aja ya,"
*
Malam pun datang, rasanya hari berlalu begitu cepat kali ini. Padahal, aku baru saja bangun dari tidur siang yang nyaman. Saatnya mandi dan berpakaian, Moti sudah mempersiapkan semuanya.
Kami berjalan menyusuri Istana Pelangi menuju Banquet Istana Surya. Tampak beberapa tamu undangan berpakaian resmi memberi salam, kemudian duduk rapi di tempat yang telah dipersiapkan.
Aku menuju ke tempat duduk di barisan depan, menghadap singgasana Raja dan Ratu. Aku mengecek sekeliling, tidak kutemukan Kak Akbar.
"Yang Mulia Putera Mahkota memasuki ruangan,"
'Ah, itu dia.... '
"Kakak!!"
Kak Akbar melotot.
"Ah, Yang Mulia!" Ralatku cepat. Ia tersenyum, tampak di sebelahnya, Shahrazan juga hadir. Hari ini dia tampak lain, tidak seperti biasanya. Apa itu? Rambutnya, kenapa rapi banget dipakein pomade. Kenapa dia jadi ganteng banget hari ini?
"Salam pada Yang Mulia Putri, " Razan memberi salam, aku mengangguk sambil tersipu.
Shahrazan yang biasa berpenampilan urakan, hari ini tampak berbeda. Rambut rapi di-pomade, setelan jas hitam legam mengkilat, jambang dan janggutnya yang terurus, serta, dadanya... oh tidak! Ini pelecehan seksual. Tapi, dadanya... dadanys begitu bidang. Gimana otot perutnya ya? Ah tidak! Apa yang kupikirkan dasar otak mesum!
"Yang Mulia, anda baik-baik saja?" Ia mendekatkan wajahnya ke arahku.
"Aku baik!" Kaget, aku langsung membalikkan badan. Moti yang mengamati dari kejauhan tampak curiga. Dikiranya aku lagi diare.
"Yang Mulia Raja Zanzabir III dan Ratu Elsha memasuki ruangan,"
Raja dan Ratu berjalan pelan di atas karpet merah sambil melambai ke para tamu undangan. Gaun ratu tampak menawan. Gaun lengan panjang berwarna emas dengan tebaran permata putih dan tiara ringan di atas kepala, menambah kesan elegan. Baginda raja mengenakan setelan royal uniform dengan jubah merah-putih membentang gagah. Mahkota turun-temurun yang diwariskan oleh kakekku dan raja sebelumnya juga menambah kesan kewibawaan tingkat tinggi. Tentu saja siapapun yang berada di dekat Raja dan Ratu akan terpesona dengan keanggunan keduanya. Kesan yang khas sekali sebagai anggota kerajaan.
"Kenapa kamu melamun?"
'Eh kaget! Berhentilah berbisik didekatku, kumohon, Raz! '
"Tidak apa-apa," jawabku dingin. Hatiku. Tenanglah. Nggak biasanya kamu berdebar begini. Ya Tuhan apa yang terjadi!
"Mau kuambilkan minum?"
"Ya, terima kasih, " sahutku singkat.
Shahrazan tampak beranjak dari tempat duduknya ke arah meja besar yang berisi aneka makanan dan minuman. Tidak ada minuman beralkohol di sini, kami menggantinya dengan minuman manis, atau rempah-rempah. Ia kembali ke tempatku berada sambil membawa jus lemon hangat kesukaanku.
"Seger banget," desisku. Razan tersenyum. Ia juga menyesap lemon hangatnya sambil berbincang dengan Kak Akbar.
"Salam semuanya. Hari ini adalah jamuan puncak dari Festival Bunga Mekar. Tidak terasa, sudah satu bulan lamanya anda semua beramah-tamah di Kerajaan Puth. Semoga anda semua merasa nyaman," Raja Zanzabir mulai berpidato disambut tepuk tangan meriah tamu undangan.
"Malam ini, aku memanggil tokoh utama hari ini," Raja melayangkan pandang ke arahku. Aku tersenyum canggung. Males banget.
"Putri Isyana Noor Zanzabir, silakan duduk di sini," Baginda mempersilahkanku duduk. Aku pun maju dan menatap sekeliling, rupanya semua ganteng.
"Putri, bagaimana sebulan ini, sudah adakah pelamar yang menarik hatimu?" tanya Raja dengan mata berkedip sebelah.
Aku tahu harus menjawab apa.
Kalau salah jawab, jelas sudah uang hadiahku bakal diminta balik
"Sudah, Yang Mulia,"
"Baiklah, sebutkan nama calon mempelaimu,"
Suasana banquet mendadak tegang. Semua orang tampak menantikan jawabanku. Tidak usah menunggu, pria-pria malang. Kalian semua kalah sama Si itu tuh.
"Yang Mulia Markian de Cordovan," sahutku pelan.
"Y.. Y.. Yaaaa???????" terdengar suara tamu tak percaya, setengah lagi tak mendengar.
"Yang keras, Putri. Mereka tak bisa mendengarmu," Goda Raja.
"Yang Mulia Markian de Cordovan!!!!" Aku menahan malu, Raja tampak senyum-senyum dan mempersilakan Raja Cordovan untuk maju dan berdiri di sebelahku.
Seorang pria tinggi dan tegap, dalam balutan jas putih menyapu deretan tamu dari arah belakang. Dagu terbelah, mata biru, rambut legam, oh apakah dia pria tiran yang dirumorkan? Kenapa kok ganteng ya? Ada apa denganku? Kenapa setiap pria kubilang ganteng?
"Salam kepada Yang Mulia Raja Zanzabir, Yang Mulia Ratu Elsha dan Yang Mulia Putri Isyana," sapanya sopan. Kami mengangguk dan aku pun memberi salam, "Salam kepada Yang Mulia Raja Markian de Cordovan, saya Isyana, putri bungsu Raja Zanzabir III,"
"Baiklah, dengan ini, kuumumkan, Putri Isyana dan Raja Markian telah bertunangan,"
Kami pun bertukar cincin. Cincin yang dipasangkan padaku sungguh indah. Sekiranya berlian 5 karat. Cantik sekali. Aku pun memasangkan cincin serupa tanpa ornamen di jari manisnya. Dengan ini, aku harus mengucap selamat tinggal pada rencana-rencana pelarianku ke depannya. Karena, minggat ketika sudah jadi tunangan orang sama dengan pemberontakan dan bisa mengancam perang antar-negara.
Tentu saja para tamu undangan bertepuk tangan meriah. Kontras dengan itu, para pelamar bermuka masam, utusan kerajaan Cordovan tampak bersorak gembira. Aku manyun dalam hati aja. Raja Cordovan hanya menunjukkan senyum tipis seperti tisu. Apa-apaan orang ini?
*
"Bisa bicara berdua saja, Putri?"
Setelah prosesi pertunangan resmi berakhir. Raja negri dingin itu menghampiriku.
"Baiklah, apa yang anda inginkan?"
"Mari ke balkon istana saja, supaya lebih terdengar,"
Aku mengikutinya.
Sesampainya di balkon istana. Ia memperlihatkan potret dirinya yang sudah kuremas waktu itu.
"Bisa tolong anda jelaskan, apa ini?"
"Potret anda, kan? Kenapa? Anda lupa wajah sendiri?" jawabku sekenanya.
Mimik muka Raja Cordovan tampak kesal. Oh. Aku menyukak ini. Rupanya ia bisa berekspresi juga.
"Baiklah. Apakah anda tidak ingin bertunangan dengan saya?"
"Yha benar,"
"Mari kita akhiri saja sekarang," tantangnya. Aku menarik tangannya yang sangat besar dan kasar itu. Seperti kuli.
"Tunggu.. Tunggu.. Bercanda," Ujarku cepat. Aku merasakan tangannya yang besar dan dingin itu berubah menjadi panas. Wajahnya juga memerah. Apakah pengaruh jahe?
"Maaf... " Aku melepaskan tanganku darinya.
"Dengarlah, aku tau kau tak menyukaiku, aku juga tidak menyukaimu. Hanya saja, kita harus melakukan ini. Sebagai tugas," jelas Markian tegas dan lugas.
Aku rasa dia seperti sedang memberi petuah orientasi pada hari pertama kerja seseorang. Aku ini tunangannya, kok ngomongnya gitu?
"Si.. Siapa bilang gitu?"
"Yah, kau tak usah berpura-pura, aku baca suratmu. Bahkan kau mau memutuskan pertunangan secara sepihak. Baiklah ayo lakukan saja hari ini,"
"Ti.. Tidak.. Maafkan aku, aku ngarang aja itu," sebelum menulis surat di amplop merah, aku bahkan tidak melihat potretnya. Aku bahkan percaya begitu saja pada rumor yang beredar. dipikir-pikir, picik juga tindakanku itu.
"Dengar, Putri. Aku juga susah harus menikah. Apalagi dengan tunangan yang sampai repot mengirimi amplop merah. Tapi aku bisa apa? Negaraku butuh ratu, dan kebetulan cuma anda yang tersisa,"
Hah? Apa katanya?
"Apa anda bilang? Aku barang sisa gitu?"
"Ya, apa lagi? Bukankah sudah jelas? Kakak anda sudah menikah semua,"
"Apa??!!!!"
Kali ini aku ingin sekali meninju wajahnya.
...****************...
(bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments