Desa Bhagya, merupakan desa yang asri dan sejuk, orang-orangnya juga ramah, rombongan Raja Cordovan tampak menikmati waktu mereka di sini. Desa Bhagya merupakan desa terakhir di Benua Indiyah yang berpenghuni. Setelah meninggalkan Desa Bhagya, para pengelana harus tabah melewati kesunyian Hutan Fillandya yang panjangnya berkilo-kilo meter. Setelah itu, baru sampai di Teluk Porthsmont. Ada beberapa kapal penumpang dan barang yang tersedia sekali sehari jika ingin menyebrang ke Benua Britani.
Hari sudah cukup terik.
Rombongan Raja Cordovan tampak bersiap pergi. Sedari pagi, para pelayan dan ksatria sibuk mengangkuti barang-barang Putri dan Raja yang dikeluarkan untuk menambah kenyamanan bermalam di penginapan rakyat jelata. Tidak ada penginapan khusus bangsawan di Desa Bhagya. Sudah bisa dipastikan, kelengkapan akomodasi menjadi ala kadarnya.
Hup!
Hup!
Hup!
Dengan cekatan, para pelayan dan ksatria bekerja sama memindahkan barang agar cepat selesai. Hanya butuh beberapa menit saja sampai semuanya beres. Kusir dan pengawal kereta sudah bersiap di posisi, menunggu majikan mereka tiba.
Tampak dari dalam penginapan, Raja dan Putri berjalan riang menuju kereta. Putri memberikan beberapa koin emas sebagai tip untuk pelayan dan pemilik penginapan. Kepergiannya rombongan Raja dan Putri menyisakan kenangan indah untuk semua orang di Desa Bhagya.
*
"Apakah tidur anda nyenyak, Mark?" tanya Putri sambil mengikat rambutnya. Cuaca hari ini sangat lembab dan panas. Sang Putri yang terbiasa berdiam di istana tentu agak kewalahan dengan perjalanan panjang yang menguras waktu dan tenaga ini. Beruntung, Markian sangat memperhatikan segala keperluannya, ia juga sangat lembut padanya, sungguh berbeda sikapnya dibandingkan dengan saat mereka pertama kali bertemu.
"Lumayan, andai saja tidak tidur terpisah," jawabnya menggoda Sang Putri. Pipi Isyana merona, ia memukul pelan dada Mark, dan mereka tertawa bersama.
'Sabar, belum waktunya' batin Isyana dan Mark tanpa suara.
Jalanan menuju Hutan Fillandya tergolong aman, meski banyak bebatuan kecil yang berserak, tapi tak membuat kereta kuda mengalami guncangan berat. Kereta Kencana berlambang Phoenix Biru yang merupakan hewan nasional Kerajaan Cordovan, melaju mulus melintasi area perbatasan.
Ketika rombongan memasuki Hutan Fillandya, bunyi jangkrik mulai menyambut mereka. Bau kekayuan menyeruak dari segala penjuru. Nuansa asri dan rindang tersaji di depan mata. Putri sangat menikmati momen ini. Kereta sedikit terguncang karena beberapa akar pohon yang menonjol keluar. Tak sengaja, tubuh mereka terlempar dari kursi penumpang dan saling tumpang-tindih. Putri dan Raja tersipu malu, namun, tidak merasa hendak menjauhkan diri.
"Maaf, Yang Mulia! Ada batu besar! Apakah anda tidak apa-apa?" suara kusir memecah kecanggungan. Raja berdehem dan mengatur posisi duduk seperti sedia kala kemudian membantu Putri berdiri.
"Kami baik-baik saja," sahut Sang Raja berwibawa meski dengan wajah memerah karena tak sengaja menindih tubuh Putri tadi.
TRAKTAK TAK!
Tiba-tiba bebatuan kecil tersembur dari pinggir jalan dan mengagetkan mereka berdua. Mereka tergelak. Seumur hidup, baru kali ini Putri dan Raja mengalami perjalanan panjang yang berkesan.
"Segar sekali ya," Putri membuka jendela. Wajahnya dibiarkan tersapu sejuknya angin hutan yang jarang ia temui ketika berada di Kerajaan Puth. Markian mengganguk dan membelai rambutnya yang menari ditiup angin.
Sepanjang mata memandang, tampak julangan tinggi pepohonan dan siulan burung-burung bersahutan. Rindangnya dahan pohon membuat sinar matahari samar-samar, sehingga hanya menyisakan bayangan bunga dan dedaunan berwarna hitam. Beberapa satwa jinak seperti rusa, kelinci, dan tupai sesekali mereka jumpai dalam perjalanan. Jangkrik, kumbang dan belalang tak absen untuk ikut berloncatan menikmati indahnya musim semi. Bunga dan pohon tumbuh dengan baik tanpa perawatan, berbeda dengan tanaman dalam ruang yang ada di istana mereka.
Dua puluh kilometer telah dilalui, saat ini, rombongan sudah berada di Teluk Porthsmont. Hanya perlu menyeberang sedikit lagi untuk sampai ke Benua Britani. Di tengah perjalanan, mereka bisa mampir ke Gene Island untuk berwisata sejarah, namun, jarang orang yang melakukannya karena Gene Island terkenal dengan sebutan pulau berhantu.
Markian membangunkan Putri yang tertidur di bahunya, untuk menunjukkan keindahan Teluk Porthsmont yang diterangi lampu-lampu jalan. Hari sudah cukup malam, sebelum menyeberang, mereka akan beristirahat sebentar untuk makan dan minum.
Putri yang baru terbangun merasa sedikit pegal. Ia menepuk-nepuk bahunya dan memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri supaya syarafnya agak longgar. Segera setelah ia membuka mata, keindahan Teluk Porthsmont memanjakan matanya. Deburan halus ombak yang menyapu teluk sungguh menenangkan pikiran. Suara hening yang berbaur dengan padatnya aktivitas para penyebrang, menambah daya tarik tersendiri. Siluet-siluet Benua Britani dan Gene Island yang hendak mereka kunjungi menimbulkan perasaan gembira. Akhirnya, perjalanan panjang akan segera berakhir.
"Mari makan dulu," ajak Mark pada Putri Isyana. Mereka menuju ke kedai yang berada di area Porthsmont. Sebuah desa kecil yang ditujukan untuk menjamu para pengelana dari Britani dan Indiyah yang sering melakukan perjalanan pulang-pergi, terutama di musim festival seperti ini. Desa Porthsmont termasuk desa berskala kecil. Bangunan-bangunan yang ada hanya beberapa rumah penduduk, dua penginapan, satu bangunan untuk petugas perbatasan, juga kedai serta bar, dan toko suvenir. Tak banyak orang yang tinggal di Porthsmont. Hanya orang asli sini, atau pengelana yang benar-benar kehabisan uang dan akhirnya menjadi pedagang untuk menyambung hidup.
Keindahan Porthsmont yang sederhana memiliki aura yang berbeda daripada kemegahan istana. Putri dan Raja tampak tak keberatan untuk singgah sejenak.
JEGLEK!
Setelah kenyang makan dan bersiap naik ke kapal, tiba-tiba, seluruh lampu di Porthsmont padam.
"Apa??? Kenapa ini?" teriak bartender yang batal menyajikan minuman karena tak bisa membedakan botol akibat gelapnya ruangan.
"Jeff! Periksa generator!" Seorang petugas berlari mematuhi perintah komandannya. Ia menuju ke pusat pembangkit listrik dan melakukan pengecekan. Suasana yang awalnya riuh, menjadi redam. Sunyi senyap, tanpa bantuan penglihatan. Tak lama, suasana menjadi gaduh kembali. Orang-orang berdesakan untuk segera keluar dari kedai karena merasa sesak.
"Minggir..." teriak salah satu orang yang tak diketahui karena gelap.
"Awas!! Lewat dulu..." teriak lainnya.
"Eh..Geseerrr!!!"
Suasana jadi tak kondusif. Raja Markian memerintahkan pengawal untuk bersiaga dan bersiap keluar secara teratur menuju kereta. "Jangan jauh-jauh," bisiknya pada Isyana, namun tak direspon.
TRINGGGG
Akhirnya, listrik kembali menyala. Satu per satu bohlam di kedai memancarkan cahayanya. Orang-orang tak jadi panik. Suasana sudah kembali tenang. Raja Markian menghela nafas lega. Ia yang awalnya tersenyum mendadak terperanjat. Putri Isyana menghilang!
Matanya menjelajah ke segala arah, namun tak ditemukan keberadaan Putri. Firasatnya buruk.
"CARI PUTRI SAMPAI KETEMU!" Perintah Markian. Moti dan Magda mendadak panik.
"Ap..Apa?? Putri menghilang??? Oh tidak!" Moti ketakutan hingga menangis. Magda juga merasakan hal yang sama, namun ia mencoba menenangkan Moti.
Markian tak bisa menyembunyikan raut bingung dan marah yang terjadi bersamaan. Bagaimana bisa ia tak menyadari sabotase seperti ini? Benar sudah dugaannya bahwa kewaspadaan seorang Tiran Cordovan menurun drastis ketika bersama Putri Isyana. Seumur hidup, baru kali ini Markian merasa teledor dan mengira perjalanannya akan lancar-lancar saja.
Pasukan Markian menyisir seluruh desa, beberapa lainnya juga berlari menuju hutan. Suara derap langkah berkuda membuat suasan malam tampak mencekam. Teriakan para prajurit dan pelayan yang mencari-cari Putri memecah keheningan malam. Semua orang sibuk, tanpa ada yang menyadari, ada perahu kecil yang sudah berlayar menuju Gene Island.
*
'Ada dimana aku?'
Isyana kebingungan dan bertanya-tanya tanpa suara. Nafasnya sesak, ada sumpalan kain di mulutnya dan lilitan selendang yang membuat matanya tak bisa melihat. Kepalanya sakit, seperti baru saja dihantam benda tumpul. Setelah hilang kesadaran, ia tiba-tiba berada di permukaan yang terombang-ambing.
"Wwoowooongg.... wwoowwooonggg" Teriaknya minta tolong. Namun, suaranya tertahan. Artikulasinya jadi tak jelas.
Isyana sedang dibawa oleh dua pembunuh bayaran menggunakan perahu kecil untuk dibuang ke Gene Island.
Jika dilihat orang, perahu kecil itu sedang mengangkut beberapa karung, mungkin perahu pedagang. Tanpa ada yang memperhatikan detil, rupanya ada satu karung yang bergerak-gerak seperti hendak melepaskan diri. Suara teriakan samar terdengar dari karung tersebut. Dua orang yang tampak seperti pedagang itu sebenarnya adalah pembunuh bayaran. Mereka adalah orang-orang suruhan Duke Elliot.
Duke merencanakan penculikan Putri supaya Markian datang dengan tangan kosong ke Tanah Cordovan. Hal ini akan memuluskan rencana pemakzulan raja dan mempengaruhi opini publik supaya Takhta diserahkan kepada pewaris yang tak terkena kutukan penyihir. Kutukan yang tersebar di Kerajaan Cordovan adalah rumor yang sengaja dikarang dan disebarkan oleh Kubu Elliot supaya pemerintahan Markian hancur. Tanpa ada yang mengetahui, bahwa, kutukan itu memang benar adanya.
Putri Isyana mencoba bertahan dengan segala kekuatannya. Putri yang awalnya bergerak terus, kali ini terlihat tenang, sepertinya tubuhnya lelah jika harus memberontak terus-terusan. Begitulah yang dipikirkan kedua pembunuh itu. Padahal, Putri Isyana sebenarnya sedang mengerat tali kekangnya dengan pisau kecil yang selalu dibawanya.
'Aku harus kabur' begitu pikirnya. Namun, ia tak boleh terlihat mencurigakan.
Perahu kecil yang mereka tumpangi awalnya tidak ada masalah, namun, semakin di tengah laut, perahu terombang-ambing sangat parah.
"Hei, buang karung-karungnya," perintah salah satu dari pembunuh itu. Karung-karungpun dibuang, dan hanya satu karung yang tersisa yaitu karung yang berisi Putri Isyana. Perahu masih terombang-ambing karena dahsyatnya ombak. Dua orang itu mulai panik dan mencoba mengendalikan laju angin dengan layar. Namun sia-sia, guncangan ombak menjadi tak tertahankan.
"Gawat!! Kenapa ini!!"
Belum sempat menstabilkan layar, tiba-tiba muncul sesosok bayangan hitam dan besar dari dalam laut.
"Mon..monster!!!" Teriak salah satu pembunuh. Pembunuh lain yang tak terlihat takut segera mengacungkan tombak bertali. Monster laut Whaney memang berpotensi menyerang kapal kecil. Predator laut ganas itu jarang terlihat di perairan Teluk Porthsmont, karena laut Porthsmont tidak termasuk laut dalam. Sungguh situasi yang aneh. Dua pembunuh bayaran tersebut mau tak mau harus membantai monster terlebih dahulu sebelum melancarkan misi mereka.
'JLEBBB'
"HYAHHH!"
Salah seoranh pembunuh melontarkan tombak dan berhasil mengenai bagian kulit Whaney. Ia salah sasaran, seharusnya yang diincar adalah bagian mata Whaney. Sayang seribu sayang, senjata mereka bukan apa-apa bagi monster yang ukurannya seperti ikan paus itu. Dua pembunuh itu malah tertarik ke arah Whaney dan tercebur ke laut. Dua pembunuh itu pun terpental ke permukaan laut dan tersapu ombak ganas. Tak perlu waktu lama bagi mereka untuk tenggelam ditelan lautan yang sedang mengamuk.
Isyana yang sedari tadi mencoba melepaskan diri akhirnya berhasil. Setelah mengeluarkan diri dari karung yang membungkusnya, Isyana sangat terkejut dengan genangan air yang hampir membuat perahu tenggelam. Isyana mencoba mengusir air keluar, namun terlambat, Ia terjatuh oleh hantaman ombak yang baru saja datang.
Blubub...
Blubub...
Isyana hampir kehilangan kesadaran karena hentakan keras ombak yang datang. Kepalanya terantuk puing-puing perahu yang hancur. Sebelum pingsan, Iayana mencoba berenang ke permukaan, namun, terlambat. Air laut segera memasuki paru-parunya.
Gelap.
Isyana tak ingat apapun.
Pufffsssshhh..
Suara semburan udara dari punggung Whaney.
Pendar-pendar kebiruan menyorot ke langit dari balik puing perahu. Whaney yang melihat cahaya itu lalu menyelam dan mengangkat tubuh si pemilik liontin ke permukaan. Whaney kemudian mengangkutnya di atas tubuhnya.
Isyana.
Entah akan dibawa ke mana oleh monster laut itu.
...****************...
(bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments