*BGT Bab 20

"Saya tau, tuan muda adalah ahli beda diri tingkat satu di perguruan. Tapi, kesehatan tuan muda masih harus di perhatikan. Ingat, dokter sudah mengatakan sebelumnya. Cedera tulang punggung itu adalah cedera yang paling fatal. Jadi .... "

"Jangan bantah aku, Zein. Kamu sudah sangat mirip seperti mama. Sebaiknya, kamu saja yang jadi mamaku sekarang. Bagaimana?"

Zein yang paham dengan makna dari ucapan Gerry, tentu tidak ingin berucap lagi. Karena jika dia terus membantah, maka Gerry pasti akan semakin marah padanya. Karena itu, dia hanya bisa diam sambil menundukkan wajahnya saja.

"Tidak, Tuan muda. Maafkan saya. Saya hanya mengkhawatirkan kesehatan tuan muda saja. Sebagai bawahan, sekaligus teman terdekat tuan muda, saya yang bertanggung jawab atas keselamatan juga kesehatan tuan muda. Karena itu juga adalah amanah yang tuan besar berikan pada saya." Zein bicara panjang lebar membuat Gerry semakin kesal saja.

"Jangan bawa-bawa kata-kata yang tidak penting, Zein. Jangan buat aku semakin kesal lagi padamu."

"Ma-- maaf, tuan muda. Maafkan saya."

"Sudah. Ayo kembali!"

"Semua! Dengar baik-baik. Apa yang terjadi malam ini, tidak akan ada yang membicarakannya lagi. Sedikitpun jangan pernah diungkit. Jika aku dengar masalah ini sampai keluar, maka si penyebar berita akan aku pecat secara tidak hormat. Paham?" Gerry bicara dengan suara lantang.

Semua yang ada di parkiran dalam itupun langsung menjawab serentak. "Paham, tuan muda."

"Bagus. Kalian boleh bubar sekarang juga."

"Untuk kamu, Zein. Urus mobilku yang rusak itu. Usahakan supaya dia kembali seperti semua dalam waktu dekat. Dan, ingat satu hal yang harus kamu perhatikan. Jangan sampai papa dan mama tahu akan hal ini. Terutama, kejadian malam ini jangan sampai mama tahu."

"Baik, tuan muda. Saya akan melakukan dengan baik seperti yang tuan muda katakan."

"Hm ... kalau begitu, aku pulang dulu."

"Hati-hati, tuan muda."

Kini, tinggal Zein saja diparkiran tersebut. Dia adalah tangan kanan Gerry yang bisa diandalkan. Selain dia, tidak ada yang berani lebih banyak bicara lagi dengan Gerry. Karena Gerry terkesan cukup galak dan tegas.

Zein berani karena selain menjabat sebagai asisten, dia juga seorang teman buat Gerry. Mereka bersama sejak kecil hingga saat ini. Latar belakang dari keluarga miskin membuat Zein sadar akan siapa dia. Tapi, Gerry yang berhati baik tidak mempertimbangkan itu semua. Dia malah tetap berteman dengan Zein. Bahkan, Gerry dengan senang hati membiayai Zein sekolah bersama-sama dengannya. Karena itu, Zein merasa sangat berhutang budi pada Gerry.

Terlepas dari semua itu, Zein juga tahu bagaimana keluarga Gerry yang sangat mementingkan anak angkat dari pada anak kandung mereka sendiri. Karena itu, Zein juga merasa dia harus memperhatikan Gerry dengan baik. Karena Gerry sejak kecil agak kekurangan perhatian dari orang tua. Terutama, dari mamanya.

Sementara itu, di sisi lain, tepatnya di rumah Cherry. Cherry sedang duduk bersandarkan diri di atas ranjang yang ada di kamarnya. Panggilan itu terus terdengar di kupingnya. Panggilan dari seseorang yang datang dari masa lalu. Hal itu sungguh mengusik perhatian Cherry saat ini.

"Panggilan itu ... tidak mungkin."

"Tidak. Ini pasti hanya perasaanku saja. Panggilan itu bukan panggilan dari seseorang yang datang dari masa lalu ku. Aku yakin kalau mereka bukan orang yang datang dari masa lalu."

Cherry yang resah lalu bangun dari duduknya. Dia pun menatap diri di cermin lagi. Lalu, dia beranjak menuju pintu yang akan membawanya ke balkon.

Setelah berada di balkon, dia berusaha menghirup udara segar angin malam yang terasa sangat sejuk. Dengan harapan, hal itu bisa membuat hatinya merasa lebih tenang.

Tapi sayang, ingatan itu terus menganggu Cherry.

"Tapi kenapa aku bisa merasakan kalau pria yang tadi berteriak itu adalah pria yang sama dengan waktu itu? Apa yang salah dengan pikiran juga hatiku saat ini? Kenapa aku tiba-tiba merasa tidak nyaman sekarang?"

Kebetulan, Zia melewati kamar Cherry. Saat melihat lampu masih menyala, Zia berpikir kalau Cherry masih belum kembali dari pergi. Karena itu, dia langsung masuk untuk memastikan.

Namun, ketika Zia telah membuka pintu kamar, dia pun langsung melihat pintu menuju balkon terbuka. Zia yang cemas, langsung pergi ke balkon tanpa pikir panjang lagi.

"No-- nona. Kamu ... belum tidur?" Zia berucap dengan nada agak gelagapan karena sedikit gugup.

Cherry pun langsung menoleh. "Zia. Aku belum tidur. Tepatnya, belum bisa tidur sekarang."

"Ada apa, nona? Apa misi yang kamu jalankan malam ini ada hambatan? Atau, kamu gagal melakukan apa yang ingin kamu lakukan malam ini, nona."

"Tidak. Bukan itu, Zia. Aku .... "

Lalu, tanpa ragu Cherry mengatakan apa yang sedang dia pikirkan. Zia pun menanggapi hal tersebut dengan serius.

"Sungguh? Apa mungkin dia memang benar orang yang sama, Nona? Karena selama ini, nona belum pernah berada di situasi seperti ini. Karena itu, jika ingin dibilang kebetulan, bukankah ini agak sedikit tidak wajar?"

"Ya. Kamu benar. Ini memang tidak bisa dibilang kebetulan, Zia. Karena aku baru pernah mengalami hal ini sekarang. Tepatnya, setelah kejadian buruk itu, aku baru pertama kali merasakan seperti kembali ke masa lalu sekarang."

"Nona. Kalau boleh aku memberi saran. Dekati saja orang-orang itu. Mungkin, dari mereka nona akan tahu sebuah kebenaran yang selama ini nona ingin ketahui."

Terpopuler

Comments

Arvino Xafir

Arvino Xafir

kebenaran apa lagi dari masa lalu cerry ya kira"

2023-06-27

0

Nurul Huda

Nurul Huda

saran bagus zia.kuharap cherry gak tergoda sama adit.gak sudi aku thor mending ama bang gerry aja.

2023-04-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!